Liputan6.com, Canberra - Sebuah proyek kerjasama nasional, yang dipimpin oleh Universitas Monash Australia, menemukan cara antisipasi dan deteksi peningkatan risiko beberapa jenis kanker atau penyakit jantung pada anak muda melalui tes DNA air liur dan ini secara gratis.
Proyek yang diumumkan pada hari Minggu ini diklaim sebagai studi skrining DNA pertama di dunia untuk risiko tersebut.
Baca Juga
Advertisement
Dikutip dari laman Xinhua, Senin (22/8/2022) temuan ini bisa mendeteksi setidaknya 10.000 orang berusia 18-40 untuk gen yang berisiko mengalami kanker dan penyakit jantung tertentu, termasuk varian DNA dalam gen BRCA1 dan BRCA2, dan kondisi risiko Sindrom Lynch.
Peserta perlu mendaftar di situs web dan menempatkan sampel air liur ke dalam tabung kecil yang diterima melalui pos dan mengirimkannya kembali untuk dites.
"Menyediakan pengujian genetik berdasarkan riwayat keluarga saja tidak cukup. Hingga 90 persen dari mereka yang berisiko tinggi pada populasi umum tidak diidentifikasi oleh pengujian berbasis riwayat keluarga saat ini," kata pemimpin proyek, Associate Professor Paul Lacaze dari Monash University.
Para peneliti mengatakan, varian DNA pada gen BRCA1 dan BRCA2 dapat menyebabkan peningkatan risiko kanker payudara dan ovarium herediter pada wanita.
Meskipun tidak akan bereaksi kuat pada pria, itu masih terkait dengan kanker payudara dan prostat pada pria, dan orang tua yang membawa varian ini juga dapat menularkannya ke anak-anak mereka.
* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Lynch Syndrome
Lynch Syndrome adalah kondisi lain yang meningkatkan risiko kanker kolorektal, endometrium, dan gastrointestinal lainnya.
Namun, para peneliti mengatakan, telah terbukti bahwa intervensi dini tersedia untuk mengurangi risiko kedua kondisi terkait kanker. Ini termasuk pemeriksaan tahunan sejak usia 30 tahun, dan pilihan operasi pengurangan risiko.
"Bagi sebagian orang, ini bisa menyelamatkan hidup mereka melalui deteksi dini dan pencegahan kanker dan penyakit jantung," kata Lacaze.
"Kami berharap bisa mengidentifikasi mereka yang berisiko saat mereka masih muda dan sehat, bukan setelah terjadi dan memberdayakan mereka untuk membuat keputusan yang lebih tepat tentang kesehatan masing-masing."
Tes ini juga mencakup risiko penyakit jantung, dengan fokus pada hiperkolesterolemia familial atau "kolesterol tinggi genetik", yang mengakibatkan risiko tinggi penyakit jantung sejak usia muda.
Para peneliti memperkirakan bahwa sekitar satu dari 75 orang dapat diidentifikasi berisiko tinggi terkena penyakit ini. Mereka akan ditawari konsultasi ahli lebih lanjut dan tindakan pencegahan, seperti pemindaian dan pemeriksaan rutin.
"Jika berhasil, pendekatan ini dapat secara dramatis meningkatkan akses ke pengujian genetik dalam skala luas dan menyelamatkan nyawa yang tak terhitung jumlahnya di berbagai kondisi," kata co-lead untuk proyek Jane Tiller.
* BACA BERITA TERKINI LAINNYA DI GOOGLE NEWS
Advertisement
Riset: Kanker Masih Jadi Penyebab Kematian Tertinggi Warga Korea Selatan
Kanker tetap menjadi penyebab kematian utama di Korea Selatan pada tahun 2020, terus menempati peringkat pertama sejak tahun 1983, demikian disebutkan dalam data kantor statistik negara tersebut pada Selasa (28/9).
Kanker menyebabkan 160,1 kematian per 100.000 orang di Korea Selatan pada tahun 2020.
Angka ini naik 1,2 persen dari tahun sebelumnya, menurut Statistik Korea, demikian dikutip dari laman Xinhua, Selasa (28/9/2021).
Tingkat kematian akibat kanker paru-paru adalah 36,4 per 100.000, mencatat yang tertinggi di antara kematian akibat kanker.
Disusul kanker hati 20,6, kanker kolorektal 17,4, kanker lambung 14,6, dan kanker pankreas 13,2.
Penyebab kematian tertinggi kedua di Korea Selatan adalah gangguan jantung, yang menyebabkan 63,0 kematian per 100.000 orang pada tahun 2020.
Pneumonia di Peringkat Ketiga
Tertinggi ketiga adalah pneumonia dengan angka kematian 43,3 per 100.000.
Tiga penyebab kematian teratas menyumbang 44,9 persen dari total kematian pada tahun 2020 di Korea Selatan. Itu turun 1,0 poin persentase dari tahun sebelumnya.
Pada daftar 10 besar penyebab kematian juga terdapat penyakit serebrovaskular dengan 42,6 kematian per 100.000, diabetes di angka 16,5, penyakit Alzheimer dengan 14,7, penyakit hati dengan 13,6, gangguan hipertensi 11,9 dan keracunan darah 11,9.
Bunuh diri menduduki peringkat kelima dengan tingkat kematian 25,7 per 100.000 pada tahun 2020.
Advertisement