Liga Muslim Dunia Kecam Penusukan Novelis Ayat-Ayat Setan Salman Rushdie

Liga Muslim Dunia tidak setuju atas aksi penusukan terhadap penulis novel Ayat-Ayat Setan, Salman Rushdie.

oleh Tommy K. Rony diperbarui 23 Agu 2022, 09:09 WIB
Penulis Inggris Salman Rushdie berbicara selama Festival Heartland di Kværndrup, 2 Juni 2018. (Carsten Bundgaard/Ritzau Scanpix/AFP)

Liputan6.com, Roma - Sekretaris Jenderal Liga Muslim Dunia (Muslim World League) Muhammad bin Abdul Karim Al-Issa ikut menyesalkan aksi penusukan terhadap Salman Rushdie, penulis novel kontroversial Ayat-Ayat Setan. Aksi penusukan itu dinilai sebuah kejahatan yang tidak diterima Islam.

Dalam wawancara bersama Arab News, Al-Issa menjelaskan bahwa metode kekerasan tidak diakui dalam Islam. Isu kontroversial disebut tidak oleh ditangani dengan kekerasan.

"Islam melawan kekerasan dan tidak bisa menerima metode kekerasan. Isu-isu religius dan intelektual, termasuk frasa-frasa ofensif jika dibaca sepenuhnya atau parsial, tidak boleh dihadapi dengan cara-cara kekerasan seperti ini," ujarnya kepada Arab News, dikutip Senin (22/8/2022).

Pernyataan itu diberikan Sekjen Liga Muslim Dunia usai berbincang dengan Kardinal Matteo Maria Zuppi, ketua Konferensi Episkopal Italia.

"Ada ayat-ayat dalam agama Islam yang berseberangan dengan kekerasan. Dan ayat-ayat itu eksplisit," jelas Al-Issa yang merupakan mantan menteri kehakiman di Arab Saudi.

Al-Issa dinilai merupakan figur global dari Islam Moderat. Ia pun mendukung dialog lintas-kepercayaan, serta mengingatkan bahwa Tuhan menciptakan orang secara berbeda-beda.

"Dialog adalah bahasa orang bernalar, yang bijaksana. Jika semuanya melakukannya, kita semua akan erat, dan pendekatan ini mengusir rasa takut kepada orang lain," jelasnya. "Kita semua berbagi kehidupan di dunia ini dan kita harus bicara dan memahami satu sama lain."

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.


Iran Bantah Terlibat dalam Insiden Penusukan Novelis Salman Rushdie

Salman Rushdie menghadiri Gala Lions Gala Perpustakaan Umum New York 2018 di Perpustakaan Umum New York di Gedung Stephen A. Schwarzman pada 5 November 2018 di New York City, AS. (Dominik Bindl/Getty Images/AFP)

Pemerintah Iran telah membantah terlibat dalam insiden serangan terhadap novelis Salman Rushdie, penulis novel Ayat-Ayat Setan. Iran menjadi sorotan sebab Ayatollah Khomeini pernah memberikan fatwa hukuman mati ke Rushdie ketika novel itu terbit sekitar 30 tahun yang lalu. 

Pelaku penusukan adalah Hadi Matar yang merupakan warga AS. Ia pun belum lahir ketika fatwa itu keluar dan usianya masih 24 tahun sehingga masuk kategori Generasi Z.  

Dilaporkan BBC, Senin (15/8), juru bicara Kementerian Luar Negeri Iran secara tegas membantah negaranya terlibat dalam insiden upaya pembunuhan yang terjadi di New York pada pekan lalu tersebut.

Pihak Hadi Matar dijerat pasal pembunuhan tingkat dua, yakni berniat membunuh tanpa rencana. Pelaku menganggap dirinya tidak bersalah atas pasal tersebut. 

Kondisi Salman Rushdie sudah dilaporkan membaik. Ia sudah bisa melepas ventilator dan berkomunikasi. 

Salman Rushdie memperoleh banyak dukungan dari para pemimpin dunia, termasuk Presiden AS Joe Biden dan Presiden Prancis Emmanuel Macron. Namun, novelis kelahiran Bombay ini tidak mendapat dukungan yang vokal dari pemerintahan India usai insiden terjadi.

Novel Ayat-Ayat Setan telah dicekal di India. Penerbitannya di AS juga sempat mengalami kesulitan, hingga kemudian novelnya diterbitkan oleh kumpulan rahasia para penerbit: The Consortium.

 

* BACA BERITA TERKINI LAINNYA DI GOOGLE NEWS


Salman Rushdie Dibela Presiden Prancis Emmanuel Macron

Presiden Prancis Emmanuel Macron memberi isyarat saat konferensi pers bersama Presiden Ukraina setelah pertemuan mereka di Kyiv, Ukraina, 8 Februari 2022. Volodymyr Zelensky berharap segera mengadakan pertemuan puncak dengan pemimpin Rusia, Prancis, dan Jerman. (Sergei SUPINSKY/AFP)

Presiden Prancis Emmanuel Macron memberikan dukungan moril kepada novelis Salman Rushdie yang dirawat di rumah sakit. Penulis Ayat-Ayat Setan itu ditusuk ketika mengisi acara di New York.

Salman Rushdie disebut sebagai korban dari serangan pengecut dan kebencian. 

"Selama 33 tahun, Salman Rushnie menunjukkan kebebasan dan pertempuran melawan obskurantisme. Ia telah menjadi korban serangan pengecut oleh pasukan kebencian dan barbarisme," ujar Presiden Macron via Twitter, Minggu (14/8).

Lebih lanjut, Presiden Macron berkata perjuangan Salman Rushdie bersifat universitas.

"Pertempurannya adalah pertempuran kita, universal. Kita semua hari ini, lebih dari sebelumnya, berada di pihaknya," kata Macron. 

Perdana Menteri Inggris Boris Johnson berkata ia merasa "jijik" terhadap serangan terhadap Sir Salman Rushdie.

Salman Rushdie memang telah mendapat gelar ksatria pada 2007 atas jasanya di bidang sastra.

"Merasa jijik mengetahui bahwa Sir Salman Rushdie telah ditusuk ketika melakukan sebuah hak yang kita tidak boleh berhenti pertahankan," ujar PM Boris Johnson. "Kita semua berharap ia baik-baik saja."

Gubernur New York Kathy Hochul turut memberikan kecaman terhadap aksi pelaku penyerangan Salman Rushdie. Hochul menegaskan bahwa rakyat New York tidak akan gentar. 

"Kita tidak gentar dalam komitmen kita untuk memastikan kita menyorot hal tersebut, kita mengecam apa yang terjadi, kita mengecam segala kekerasan, dan kita ingin orang-orang merasa aman dalam bicara dan menulis kebenaran. Dan saya akan lanjut melindungi hal itu setiap hari sebagai Gubernur anda," ujar Gubernur New York dalam pernyataan resminya.


Best Seller Lagi

Halaman awal di novel The Satanic Verses tulisan Salman Rushdie. Dok: Amazon.com

Di situs Amazon, ada tiga format Ayat-Ayat Setan yang tembus 20 besar daftar best seller di kategori Sastra dan Fiksi: audiobook, kindle, dan edisi soft cover. Pada Minggu (14/8), Ayat-Ayat Setan berada di nomor 11 di daftar buku laris pada situs tersebut.

Novel Ayat-Ayat Setan pertama kali terbit pada 1988. Di dunia sastra, novel ini meraih Whitbread Award, serta pernah masuk nominasi Booker Prize, namun kalah oleh novel Oscar and Lucinda.

Tema novel tersebut memicu kontroversi karena dianggap penistaan agama. Pemimpin Tertinggi Iran Ayatollah Ruhollah Khomeini mengumumkan hukuman mati kepada Salman Rushdie. 

Penerbitan novel ini di Amerika Serikat dilakukan oleh penerbit rahasia yang menamakan diri mereka sebagai The Consortium. Menurut laporan The Washington Post pada 1992, Salman Rushdie sedang bersembunyi ketika proses penerbitan dilakukan. 

Awalnya, penerbit Viking akan menerbitkan buku tersebut, namun batal karena kontroversi, kemudian The Consortium mengambil alih. Perwakilan The Consortium berkata keputusan menerbitkan Ayat-Ayat Setan mewakili prinsip industri.

Novel itu meraih penghargaan dan nominasi sastra. Akant tetapi, konten novel tersebut masih menuai kontroversi di komunitas Muslim. 

Infografis Yuk Kenali Perbedaan Vaksin, Vaksinasi dan Imunisasi Cegah Covid-19. (Liputan6.com/Trieyasni)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya