Liputan6.com, Jakarta Ketua Umum Partai Persatuan Pembangunan (PPP) Suharso Monoarfa dilaporkan ke Polda Metro Jaya atas tuduhan melakukan menebar kebencian, permusuhan, penghinaan terhadap suatu agama atau beberapa golongan. Laporan itu tercatat dengan nomor LP/B/4281/VIII/2022/SPKT/ POLDAMETROJAYA dan dilaporkan seorang bernama Ari Kurniawan yang berprofesi sebagai seorang wiraswasta.
“Waktu kejadian 15 Agustus 2022, lokasi kejadian Jakarta Selatan dengan korban para kiai,” tulis laporan yang dilakukan Ari kemarin lusa ini, seperti dikutip Liputan6.com, Senin (22/8/2022).
Advertisement
Pelapor mengaku, selaku alumni santri Pondok Pesantren Al-Masthuriyah Jawa Barat menerangkan bahwa Suharso dalam pidatonya 15 Agustus 2022 dalam kegiatan pembekalan antikorupsi politik cerdas berintegritas di Gedung KPK telah menyebut pernyataan yang diyakini menyinggung para kiai.
“Terlapor menyebut, ketika saya kemudian menjadi Plt ketua umum (PPP), saya mesti bertandang pada beberapa kiai besar, pada pondok pesantren besar ini demi Allah dan Rasul-Nya terjadi dan setiap ketemu, Pak ndak bisa, Pak. Bahkan, sampai hari ini kalau kami ketemu di sana, itu kalau selamanya itu enggak ada amplopnya, Pak itu pulangnya itu sesuatu yang hambar,” jelas Ari.
Ari berkeyakinan, pernyataan Suharso yang diuraikannya telah menyatakan perasaan permusuhan, kebencian atau penghinaan terhadap suatu agama atau beberapa golongan rakyat Indonesia.
Suharso pun diduga telah melanggar Pasal 156 KUHP dan atau Pasal 156 A KUHP. Ari pun melampirkan sejumlah barang bukti yang mendukung laporannya, seperti flashdisk dan tangkapan layar pemberitaan media.
Suharso Monoarfa Minta Maaf
Ketua Umum Partai Persatuan Pembangunan (PPP) Suharso Monoarfa, meminta maaf pernyataan viral yang mengeluhkan adanya keharusan menyediakan amplop usai bertemu dengan para kiai atau ulama di berbagai daerah.
“Saya akui ilustrasi dalam sambutan itu adalah sebuah kekhilafan dan tidak pantas saya ungkapkan,” ujar Suharso Suharso Monoarfa, Jumat19 Agustus 2022.
Namun demikian, Suharso menyesalkan karena ada pihak-pihak yang sengaja mendeskriditkannya dengan memotong video yang viral tersebut. Sebab, dirinya sama sekali tidak menyudutkan para ulama dan kiai.
"Saya menyesalkan ada pihak yang dengan sengaja mencuplik sepotong dari sambutan saya pada acara Politik Identitas Cerdas Berintegritas yang diselenggarakan Komisi Pemberantasan Korupsi, Senin, 15 Agustus 2022 lalu. Cuplikan yang sepotong itu menjadi di luar konteks dan membentuk opini negatif,” katanya.
Suharso menjelaskan yang ia sampaikan tersebut adalah merespons dari pimpinan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Nurul Ghufron.
Suharso mengungkapkan, mestinya dirinya ada cara lain, bukan dengan mengungkapkan ilustrasi yang justru mengundang interpretasi keliru.
“Untuk itu saya mohon dibukakan pintu maaf yang seluas-luasnya,” tuturnya.
Sebelumnya Wakil Ketua Umum PPP Arsul Sani pun meminta maaf atas pernyataan Suharso itu. Arsul meminta maaf lantaran perkataan Suharso merendahkan martabat dan menghina para kiai.
"Kami memohon maaf yang setulus-tulusnya kepada para kiai dan berjanji bahwa jajaran PPP lebih berhati-hati atau ikhtiyat dalam berucap dan bertindak kedepan agar tidak terulang lagi," ujar Arsul dalam keterangannya.
Lebih lanjut, Arsul Sani mengakui bahwa meskipun dalam pidatonya ketika acara Pendidikan Politik Cerdas Berintegritas di KPK, Suharso Monoarfa tidak bermaksud merendahkan atau menghina kiai. Namun apa yang disampaikan oleh Suharso itu membuka ruang untuk ditafsirkan sebagai merendahkan para kiai.
Advertisement
Isi Pernyataan Suharso yang Tuai Polemik
Ketua Umum Partai Persatuan Pembangunan (PPP) Suharso Monoarfa mengeluhkan adanya keharusan menyediakan amplop usai bertemu dengan para kiai atau ulama saat dirinya melakukan kunjungan ke sejumlah tempat.
Suharso mengeluhkannya saat menghadiri acara Pembekalan Antikorupsi Politik Cerdas Berintegritas dengan(KPK pada, 15 Agustus 2022.
Awalnya, Suharso yang diberikan kesempatan berbicara menyindir mantan ketua umum partainya yang tersangkut kasus korupsi. Kemudian, Suharso menceritakan pengalamannya bertemu dengan para kiai di pondok pesantren.
"Waktu saya Plt. Saya bertandang ke kiai-kiai besar, ke pondok pesatren besar, ini demi Allah dan Rasul-Nya terjadi," ujar Suharso dikutip dari akun Youtube ACLC KPK, Kamis 18 Agustus 2022.
Suharso mengaku, saat itu dirinya bersama rekan-rekannya menyambangi kiai besar hendak meminta doa. Namun dia tidak menjelaskan detail nama kiai yang dia temui tersebut.
"Saya datang ke kiai itu dengan beberapa kawan, lalu saya pergi begitu saja. Saya minta didoain, kemudian saya jalan. Tak lama kemudian saya dikirimi pesan di WhatsApp, 'Pak Plt, tadi ninggalin apa enggak untuk kiai?, ninggalin apa? Saya tidak tertinggal sesuatu di sana? Mungkin ada barang cucu saya waktu itu yang saya bawa," kata Suharso.
Suharso mengaku saat menerima pesan tersebut belum mengerti maksud dari kalimat meninggalkan sesuatu. Sampai akhirnya dia bertemu dengan orang yang mengirimkan pesan tersebut.
"Oh enggak, ada sesuatu, oh nanti saja, maka sampailah setelah keliling itu ketemu lalu dibilang pada saya, 'gini Pak Plt, kalau datang ke beliau-baliau itu meski ada tanda mata yang ditinggalkan', 'wah saya ndak bawa, tanda matanya apa? Sarung, peci, Alquran atau apa," kata dia.
Namun rupanya yang dimaksud adalah meninggalkan amplop yang sudah lebih dahulu diisi uang. Suharso menyebut hingga kini hal tersebut masih terjadi apabila bertemu dengan para tokoh agama.
"Kayak enggak ngerti saja Pak Harso ini, gitu Pak. I've provited one, every week. Dan bahkan sampai saat ini, kalau kami ketemu di sana, itu kalau salamannya, enggak ada amplopnya, pak, itu pulangnya, sesuatu yang hambar," kata Suharso.