Cuaca Besok Rabu 24 Agustus 2022: Pagi Cerah Berawan, Jabodetabek Malam Hujan

Cuaca besok Rabu 24 Agustus 2022, wilayah Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi (Jabodetabek) pada pagi hari langitnya diprediksi berawan serta cerah berawan.

oleh Devira Prastiwi diperbarui 23 Agu 2022, 08:15 WIB
Pengendara motor menggunakan jas hujan saat hujan deras mengguyur kawasan Jalan Thamrin, Jakarta, Selasa (31/5/2022) (Liputan6.com/Faizal Fanani)

Liputan6.com, Jakarta - Cuaca besok Rabu 24 Agustus 2022, wilayah Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi (Jabodetabek) pada pagi hari langitnya diprediksi berawan serta cerah berawan.

Tetapi berbeda pada siang hingga malam harinya, sesuai laporan cuaca Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG).

Di Ibu Kota, Jakarta Barat dan Jakarta Selatan diperkirakan turun hujan dengan intensitas ringan pada siang hari, sisanya cerah berawan.

Namun pada malam harinya, hampir seluruh Jakarta diprediksi diguyur hujan berintensitas sedang, kecuali Jakarta Utara dan Kepulauan Seribu berawan.

"Waspada potensi hujan disertai kilat/petir dan angin kencang di sebagian wilayah Jaktim dan Jaksel pada sore hingga menjelang malam hari," papar peringatan dini BMKG.

Berbeda, wilayah penyangganya yaitu Bekasi, Depok, dan Jawa Barat, hujan dengan intensitas ringan diperkirakan akan turun dari siang hingga malam hari.

"Waspada potensi hujan yang dapat disertai kilat/petir dan angin kencang pada waktu antara siang hingga menjelang malam hari di Kabupaten dan Kota Bogor, Kabupaten dan Kota Sukabumi," jelas peringatan dini BMKG.

Di Kota Tangerang, Banten, siang hari diprediksi cerah berawan, lalu hujan ringan di malam hari.

Berikut informasi prakiraan cuaca untuk wilayah Jabodetabek selengkapnya yang dikutip Liputan6.com dari laman resmi BMKG www.bmkg.go.id:

 Kota  Pagi  Siang  Malam
 Jakarta Barat  Cerah Berawan  Hujan Ringan  Hujan Sedang
 Jakarta Pusat   Berawan  Cerah Berawan  Hujan Sedang
 Jakarta Selatan   Cerah Berawan  Hujan Ringan  Hujan Sedang
 Jakarta Timur  Cerah Berawan  Cerah Berawan  Hujan Sedang
 Jakarta Utara   Berawan  Cerah Berawan  Berawan
 Kepulauan Seribu   Berawan  Cerah Berawan  Berawan
 Bekasi   Berawan  Hujan Ringan  Hujan Ringan
 Depok   Berawan  Hujan Ringan  Hujan Ringan
 Kota Bogor   Berawan  Hujan Ringan  Hujan Ringan
 Tangerang  Cerah Berawan  Cerah Berawan  Hujan Ringan

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.


Penjelasan BMKG soal Fenomena Hujan Lebat di Musim Kemarau 2022

Seorang pria basah kuyup oleh hujan yang dibawa oleh Badai Tropis Meari, di Hamamatsu, prefektur Shizuoka, Jepang tengah, Sabtu (13/8/2022). Badai itu menyebabkan hujan lebat di pulau Honshu utama Jepang saat menuju ke utara Sabtu menuju ibu kota, Tokyo, menurut pejabat cuaca Jepang. (Kyodo News via AP)

Sebelumnya, Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), Dwikorita Karnawati, menyebut fenomena hujan lebat dan cuaca ekstrem yang terjadi di sepanjang musim kemarau 2022 merupakan salah satu indikasi dampak perubahan iklim.

Situasi yang terjadi saat ini, kata dia, sesuai dengan hasil analisis BMKG yang dikeluarkan pada Maret 2022. Saat itu, BMKG menyampaikan bahwa sebagian wilayah Indonesia akan mengalami keterlambatan datangnya awal musim kemarau.

"BMKG juga memprakirakan bahwa musim kemarau akan terjadi dengan sifat hujan di atas normal (kemarau basah) pada sebagian wilayah Indonesia, sekaligus menegaskan adanya penyimpangan iklim pada tahun 2022,” kata Dwikorita seperti dikutip dari Antara, Jakarta, Minggu 21 Agustus 2022.

Berdasarkan pantauan BMKG, hingga awal Agustus 2022 menunjukkan bahwa sebanyak 257 zona musim (ZOM) di Indonesia telah memasuki musim kemarau atau sebesar 75 persen dari total 342 ZOM.

Daerah-daerah yang masih mengalami musim hujan, di antaranya adalah sebagian Sumatera bagian utara dan tengah, Kepulauan Bangka Belitung, sebagian kecil Jawa Barat, sebagian besar Kalimantan, sebagian Sulawesi bagian selatan, tengah dan utara, Maluku, Maluku Utara dan sebagian kecil Papua Barat.

Normalnya, awal bulan Agustus seharusnya 99 persen ZOM telah mengalami musim kemarau. Namun, hingga awal Agustus 2022, jumlah ZOM yang telah memasuki musim kemarau baru mencapai 75 persen yang mengindikasikan adanya beberapa wilayah mengalami keterlambatan dalam memasuki musim kemarau.

Sedangkan analisis hujan berdasarkan data lebih dari 3.000 titik pengamatan di Indonesia menunjukkan bahwa pada bulan Mei, Juni, dan Juli, kondisi hujan di atas normal (lebih tinggi dari normalnya) terjadi pada lebih dari 30 persen wilayah Indonesia.

 

* BACA BERITA TERKINI LAINNYA DI GOOGLE NEWS


Hujan di Atas Normal Berlanjut hingga Oktober 2022

Sejumlah kendaraan melintas saat hujan di Bundaran HI, Jakarta, Jumat (18/2/2022). BMKG mengungkapkan potensi curah hujan meningkat dan cuaca ekstrem sepanjang 17-23 Februari 2022. Sejumlah wilayah diminta waspada dampak yang terjadi dari cuaca buruk. (Liputan6.com/Faizal Fanani)

Kondisi hujan di atas normal ini diprakirakan akan berlanjut di bulan September dan Oktober. Lebih dari 50 persen wilayah Indonesia akan mengalami curah hujan bulanan di atas normal.

Dwikorita menuturkan, kombinasi berbagai faktor alam menjadikan sebagian wilayah Indonesia tetap dilanda hujan lebat, bahkan mengalami cuaca ekstrem meski di waktu musim kemarau.

Faktor alam tersebut, karena menghangatnya suhu muka laut (SML) Indonesia, masih aktifnya fenomena La Nina dan terjadinya fenomena iklim Indian Ocean Dipole (IOD) negatif.

Dia menerangkan menghangatnya Suhu Muka Laut di Indonesia menyebabkan peningkatan kadar uap air di atmosfer, sehingga potensi terbentuknya awan-awan hujan meningkat.

Fenomena La Nina berkontribusi terhadap peningkatan curah hujan karena menyebabkan peningkatan suplai uap air dari arah Samudra Pasifik, sedangkan fenomena IOD negatif menyebabkan peningkatan suplai uap air dari arah Samudra Hindia.

Analis Klimatologi BMKG, Supari menjelaskan bahwa Fenomena La Nina yang saat ini berada pada intensitas lemah (indeks sebesar -0.91), diprakirakan masih akan berlanjut setidaknya hingga periode September-November 2022, sedangkan fenomena IOD negatif yang berlangsung sejak Juni 2022 diprakirakan dapat bertahan hingga akhir tahun 2022.

Supari menambahkan bahwa analisis terhadap variabilitas suhu muka laut Indonesia menunjukkan bahwa terdapat kontribusi besar dari proses pemanasan global pada kenaikan suhu muka laut yang telah berlangsung sejak pertengahan April 2022, selain disebabkan oleh proses alamiah fenomena La Nina.

“Kondisi ini menunjukkan bahwa anomali iklim yang dirasakan di Indonesia saat ini merupakan bagian indikasi dampak perubahan iklim. Kondisi suhu muka laut yang hangat ini diprakirakan akan terus terjadi hingga Oktober-November 2022,” ujar dia.


Waspada Dampak Cuaca Ekstrem hingga November 2022

Sejumlah kendaraan melintas saat hujan di Bundaran HI, Jakarta, Jumat (18/2/2022). BMKG mengungkapkan potensi curah hujan meningkat dan cuaca ekstrem sepanjang 17-23 Februari 2022. Sejumlah wilayah diminta waspada dampak yang terjadi dari cuaca buruk. (Liputan6.com/Faizal Fanani)

Akibat ketiga faktor alam tersebut, hingga periode bulan November 2022, potensi pembentukan siklon tropis di wilayah belahan bumi utara (bbu) Indonesia masih cukup signifikan.

Sehingga, dampak tidak langsung terhadap kondisi cuaca ekstrem dan gelombang tinggi di wilayah Indonesia masih harus diwaspadai terutama di wilayah Indonesia bagian utara ekuator, seperti Maluku Utara, Maluku, Papua Barat, Kalimantan Barat, Sumatera Utara.

Sedangkan sebagian wilayah Indonesia selatan ekuator, seperti Bali, Nusa Tenggara dan sebagian wilayah Jawa kondisi cuaca umumnya cerah hingga berawan dengan potensi hujan relatif kecil untuk sepekan ke depan.

Sementara itu, Deputi Bidang Meteorologi Guswanto menjelaskan untuk periode sepekan ke depan, dinamika atmosfer skala regional yang meliputi fenomena gelombang atmosfer dan pola-pola tekanan rendah, masih berpotensi dalam memicu peningkatan curah hujan di beberapa wilayah Indonesia, terutama di wilayah Sumatera bagian Tengah dan Selatan, Kalimantan Tengah, Selatan, dan Timur, serta Sulawesi Selatan.

Sedangkan sebagian wilayah Indonesia selatan ekuator seperti Bali-Nusa Tenggara dan sebagian wilayah Jawa kondisi cuaca umumnya cerah hingga berawan dengan potensi hujan relatif kecil.

“Fenomena iklim global dan kami berharap seluruh masyarakat untuk terus mengikuti perkembangan informasi cuaca dan iklim yang disebarluaskan oleh BMKG agar risiko yang mungkin terjadi terkait cuaca atau iklim ekstrem dapat diminimalisasi,” ujar Guswanto.

Infografis Cuaca Ekstrem Ancam 17 Wilayah Indonesia. (Liputan6.com/Triyasni)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya