BI Diprediksi Naikkan Suku Bunga Acuan 25 Bps Hari Ini

Bank Indonesia (BI) dijadwalkan akan mengumumkan hasil Rapat Dewan Gubernur (RDG) bulan Agustus 2022 pada Selasa, (23/8).

oleh Liputan6.com diperbarui 23 Agu 2022, 11:45 WIB
Karyawan menghitung uang kertas rupiah yang rusak di tempat penukaran uang rusak di Gedung Bank Indonessia, Jakarta (4/4). Selain itu BI juga meminta masyarakat agar menukarkan uang yang sudah tidak layar edar. (Merdeka.com/Arie Basuki)

Liputan6.com, Jakarta Bank Indonesia (BI) dijadwalkan akan mengumumkan hasil Rapat Dewan Gubernur (RDG) bulan Agustus 2022 pada Selasa, (23/8). Berdasarkan undangan yang diterima secara resmi oleh Merdeka.com, konferensi pers virtual hasil RDG akan dimulai pukul 14.00 WIB melalui akun youtube Bank Indonesia.

"Konferensi pers virtual Hasil Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia bulan Agustus 2022 yang akan diumumkan oleh Gubernur BI, Bp. Perry Warjiyo beserta seluruh Anggota Dewan Gubernur BI," tulis BI.

Direktur Center of Economic and Law Studies (Celios) Bhima Yudhistira memproyeksikan BI akan menaikkan suku bunga acuan 25 basis poin menjadi 3,75 Persen. Kenaikan ini mempertimbangkan tren penurunan harga komoditas dalam beberapa waktu terakhir.

"Hal itu karena pertimbangan supply untuk cadangan devisa bisa terganggu," kata Bhima saat dihubungi Merdeka.com di Jakarta, Selasa (23/8/2022).

Selain itu, keputusan bank sentral untuk menaikkan suku bunga acuan juga untuk meredam laju inflasi di Tanah Air. Menyusul, rencana pemerintah untuk menaikkan harga BBM bersubsidi jenis Pertalite maupun Solar imbas lonjakan harga minyak mentah dunia.

"Kenaikan ini untuk ancang ancang menjaga inflasi. Khawatir pemerintah tetap bersikeras menaikkan harga Pertalite ataupun Solar. Perkiraan kalau Pertalite dan Solar naik 30 persen, inflasi bisa di atas 7 persen," bebernya.

 


Mitigasi

Anak-anak dengan latar gedung bertingkat menikmati minuman di Jakarta, Sabtu (19/3/2022). Bank Indonesia (BI) memperkirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia akan meningkat lebih tinggi, pada kisaran 4,7 persen hingga 5,5 persen, dari pertumbuhan 3,69 persen pada 2021. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Untuk itu, BI diminta melakukan mitigasi imbas penyesuaian suku bunga acuan terhadap pertumbuhan kredit, khususnya sektor UMKM yang masih memasuki fase pemulihan pasca terdampak parah Covid-19.

Kemudian kredit konsumsi, termasuk KPR yang akan sangat sensitif terhadap tingkat kenaikan suku bunga.

"Pertimbangan terkait inflasi ini perlu memperhitungkan bahwa inflasi disebabkan oleh sisi suplai atau pasokan, sementara permintaan masyarakat masih rendah," tutupnya.

Reporter: Sulaeman

Sumber: Merdeka.com

 

* BACA BERITA TERKINI LAINNYA DI GOOGLE NEWS


Rupiah Melemah Menanti hasil RDG Bank Indonesia

Pekerja menunjukan mata uang Rupiah dan Dolar AS di Jakarta, Rabu (19/6/2019). Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) sore ini Rabu (19/6) ditutup menguat sebesar Rp 14.269 per dolar AS atau menguat 56,0 poin (0,39 persen) dari penutupan sebelumnya. (Liputan6.com/Angga Yuniar )

 Nilai tukar rupiah pada Selasa pagi melemah jelang pengumuman hasil Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia (RDG BI).

Rupiah pagi ini melemah 11 poin atau 0,07 persen ke posisi 14.903 per dolar AS dibandingkan posisi pada penutupan perdagangan sebelumnya 14.892 per dolar AS.

Analis Indonesia Commodity and Derivatives Exchange (ICDX) Revandra Aritama saat dihubungi di Jakarta, Selasa, mengatakan, faktor penggerak rupiah dari eksternal masih seputar perlambatan ekonomi dan inflasi Amerika Serikat.

"Publik masih menunggu pernyataan The Fed mengenai inflasi dan apa kebijakan suku bunga yang akan diambil The Fed, apakah akan tetap agresif atau mulai melunak," ujar Revandra dikutip dari Antara, Selasa (23/8/2022).

Sebelumnya, para pejabat bank sentral mengatakan bahwa The Federal Reserve perlu terus menaikkan suku bunga untuk mengendalikan inflasi yang tinggi dalam beberapa dekade terakhir.

Pejabat The Fed yang memberikan dukungan kenaikan suku bunga diantaranya adalah Presiden Fed San Fransisco Mary Daly yang cenderung mendukung kenaikan 50 basis poin (bps) atau 75 bps pada September.


Suku Bunga AS

Karyawan bank menunjukkan mata uang dolar Amerika Serikat (AS) di Jakarta, Senin (2/11/2020). Nilai tukar rupiah pada perdagangan Senin (2/11) sore ditutup melemah 0,1 persen ke level Rp14.640 per dolar AS, dari perdagangan sebelumnya yaitu Rp14.690 per dolar AS. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Sementara Presiden Fed St Louis James Bullard mendukung kenaikan suku bunga sebesar 75 bps dan dia mengatakan bahwa suku bunga akan berada di area 3,75 persen - 4 persen pada akhir tahun ini.

Pelaku pasar masih berspekulasi akan kenaikan sebesar 50 basis poin pada pertemuan bank sentral September mendatang.

"Dari dalam negeri, isu kenaikan BBM terutama pertalite menjadi pendorong sentimen terhadap rupiah. Jika BBM terutama pertalite dinaikkan, kemungkinan inflasi akan melonjak dan memberikan tekanan pada rupiah," kata Revandra.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya