Asosiasi Pedagang Pasar Protes Rencana Ekspor Beras ke China

APPSI berharap pemerintah melakukan kajian ulang terkait rencana mengekspor beras ke China pada tahun ini dan tahun depan

oleh Liputan6.com diperbarui 23 Agu 2022, 15:09 WIB
Petugas mendata ketersediaan stok beras di Gudang Bulog Divisi Regional DKI Jakarta, Kelapa Gading. (merdeka.com/Iqbal S Nugroho)

Liputan6.com, Jakarta Ketua Asosiasi Pedagang Pasar Seluruh Indonesia (APPSI) Sudaryono memandang rencana pemerintah Indonesia mengekspor beras ke China pada tahun ini tidak tepat. Ini dikarenakan situasi yang dinilai masih krisis pangan dunia.

"Ekspor beras ke China untuk saat ini tidaklah tepat, selain masih dalam situasi krisis pangan dunia, data perberasan nasional juga belum sepenuhnya valid," Kata Sudaryono di Jakarta, Selasa (23/8/2022).

Sudaryono berharap pemerintah melakukan kajian ulang terkait rencana mengekspor beras ke China pada tahun ini dan tahun depan. Hal itu, perlu dilakukan pemerintah mengingat harga kebutuhan pokok dalam negeri seriang tidak menentu. Untuk itulah perlu dilakukan kajian mendalam soal rencana ini.

"Karena harga kebutuhan pokok kadang tinggi dan di musim panen bisa rendah banget. Kalau memang sudah melalui kajian yang mendalam dan tidak mengganggu stok dalam negeri itu tidak masalah," ujar Sudaryono.

Selain itu, lanjut Sudaryono, kajian mendalam perlu dilakukan sebagai bentuk kehati-hatian pemerintah dan keberpihakan pemerintah kepada masyarakat. Jangan sampai, kata dia, kebijakan itu malah membuat bomerang di dalam negeri.

"Disaat semua negara sedang menahan cadangan pangan nya, jangan kita malah melakukan sebaliknya, ini sangat bahaya terhadap cadangan pangan nasional kita. Walau beras mencukupi, tapi kondisi pangan dalam negeri belum stabil," ujarnya.

 


Dibahas di Kementerian Pertanian

Pemerintah Indonesia mengirimkan 5.000 metrik ton beras untuk masyarakat Sri Lanka yang sedang mengalami krisis pangan. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Adapun rencana pemerintah mengekspor beras ke China sebelumnya disampaikan Dirut Rajawali Nusantara Indonesia atau ID Food, Frans Marganda. Rencana ekspor ini telah dibahas dengan Kementan pada Juni lalu. Meski demikian, pihaknya masih menunggu kelanjutan rencana tersebut daru kementan.

Seperti diketahui, Direktur Jenderal Tanaman Pangan, Kementerian Pertanian (Kementan) Suwandi mengatakan, China secara tertulis meminta impor beras dari Indonesia sebanyak 2,5 juta ton. Meski demikian, Kementan akan terlebih dahulu memastikan pasokan untuk mengamankan kebutuhan dalam negeri.

Lebih lanjut, Suwandi menuturkan, hingga Juni 2022, total luas panen padi diperkirakan mencapai 6,2 juta hektare (ha) dengan proyeksi produksi 32 juta ton gabah kering giling (GKG). Jumlah itu setara dengan 18,73 juta ton beras.

Adapun Kementan menargetkan, produksi padi tahun ini sebanyak 55 juta ton. Target itu ditempuh, salah satunya, lewat peningkatan produktivitas padi di atas 6 ton per ha. Sebab selama ini, rata-rata produktivitas padi nasional masih pada kisaran 5 ton per ha.

INFOGRAFIS JOURNAL Negara dengan Konsumsi dan Produksi Beras Jadi Nasi Terbanyak di Dunia (Liputan6.com/Abdillah)

Tag Terkait

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya