Liputan6.com, Jakarta - Minuman soda pasti tidak asing bagi kita, selama berabad-aba kita mengetahui bahwa minuman soda mempunyai gelembung-gelembung dan desis soda yang menyenangkan. Namun tahukah apa rahasia di balik gelembung-gelembung ini?
Desis dalam soda sendiri terdiri atas gelembung-gelembung karbon dioksida, atau CO2. Cirinya adalah minuman berkarbonasi diresapi dengan gas memiliki cr tidak berwarna dan tidak berbau hal ini dapat terjadi karena pada tekanan tinggi selama produksi sampai cairan menjadi jenuh dengan gas.
Advertisement
"Soda mendesis karena dibuat mendesis," Ucap Mark Jones, seorang ahli kimia industri dadari American Chemical Society saat ia mengatakan kepada Live Science yang dikutip Selasa (23/8/2022).
Jadi munculnya desis dan gelembung-gelembung dalam minuman soda karena adanya reaksi dari bahan-bahan yang memang terdapat bahan-bahan tersebut.
Selain pada soda, reaksi dan fermentasi seperti ini muncul pada minuman yang mempunyai karbonisasi alami pada proses pembuatannya. Tapi sejak munculnya soda berkarbonasi modern yang dapat ditelusuri ke pendeta Inggris dan ilmuwan Joseph Priestley, yang dijuluki "bapak industri minuman ringan," untuk dapat mengembangkan alat karbonasi pada tahun 1772, menurut Britannica. Pada 1794, toko perhiasan milik Swiss Jacob Schweppe menjual air mineral buatan berkarbonasi kepada teman-temannya di Jenewa.
Pada awalnya, air berkarbonasi dalam kemasan digunakan untuk pengobatan, kata Britannica. Rasa ditambahkan kemudian - jahe sekitar tahun 1820, dan lemon pada tahun 1830-an. Pada tahun 1886, apoteker John Pemberton di Atlanta, Georgia, menemukan Coca-Cola, minuman cola pertama.
* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Karbonasi Air Pada Minuman
Pada dasarnya pada peristiwa karbonasi tidak hanya menghasilkan buih yang mmendesis, tetapi juga bereaksi dengan air untuk menghasilkan asam karbonat, memberikan rasa yang sedikit tajam. Meskipun asam karbonat dan asam penambah rasa lainnya yang ditambahkan pembuat soda ke minuman ringan telah dikaitkan dengan kerusakan pada gigi.
"Saya pikir American Dental Association lebih peduli dengan gula dalam soda," kata Jones.
Ketika sebuah soda dalam botol, minuman ringan disimpan sangat dingin karena karbon dioksida larut lebih baik dalam soda pada suhu rendah.
Joe Glajch, seorang ahli kimia analitik dan konsultan kimia farmasi, mengatakan bahwa "Memanaskan cairan memaksa gas keluar dari larutan," ucapnya kepada Live Science.
Setelah soda diresapi dengan karbon dioksida, gas effervescently lolos karena prinsip dalam kimia fisik yang dikenal sebagai hukum Henry, dapat dijelaskan ahli kimia Inggris William Henry pada tahun 1803, menurut Britannica Hukum Henry menyatakan bahwa jumlah gas yang terlarut dalam cairan sebanding dengan tekanan gas yang sama di sekitar cairan.
* BACA BERITA TERKINI LAINNYA DI GOOGLE NEWS
Advertisement
Tekanan dalam Minuman Bersoda
Ketika soda dikalengkan atau dibotolkan, ruang di atas minuman biasanya diisi dengan karbon dioksida pada tekanan yang sedikit di atas tekanan atmosfer standar (sekitar 14,7 pon per inci persegi, atau 101,325 kilopascal). Karena dalam hukum Henry tekanan gas yang terperangkap di bagian atas wadah tertutup dan karbon dioksida yang dilarutkan dalam minuman tetap berada di dalam cairan.
Berbeda lagi, ketika wadah soda dibuka, karbon bertekanan dilepaskan ke udara. Gas ventilasi ini menghasilkan desisan khas yang diharapkan dari botol atau kaleng soda yang baru dibuka.
"Botol soda secara efektif adalah bejana tekan yang akan menahan tekanan itu sampai Anda membuka bagian atasnya," kata Jones.
Tekanan yang ada di dalam cairan soda dapat meledak apabila kaleng atau botol telah dikocok atau diganggu sebelum dibuka, gas yang terperangkap di dalam cairan dapat keluar untuk bergabung dengan gas di atas minuman.
Karbon dioksida Bahan Utama Munculnya Reaksi
Di dunia ini karbon dioksida membentuk sekitar 0,04% dari atmosfer bumi, menurut Sekolah Iklim Universitas Columbia. Hukum Henry menunjukkan bahwa ketika soda terkena udara, maka karbon dioksida dalam minuman ringan secara alami ingin mencapai konsentrasi yang sama dalam cairan seperti di udara. Hasilnya adalah sebagian besar keluar dari cairan sebagai gelembung CO2 kecil.
Ketika soda semakin mendesis ketika dituangkan ke dalam gelas karena tindakan menuangkan sangat meningkatkan luas permukaan cairan dan membantu gelembung keluar, kata Glajch. "Contoh yang baik dari ini dapat dilihat dengan bir," kata Glajch. "Jika kita menuangkan bir ke dalam gelas, kita bisa mendapatkan busa dengan ukuran yang baik di atasnya, tergantung pada jenis bir dan seberapa berkarbonasinya. Busa itu adalah semua gas yang berasal dari minuman."
Salah satu trik yang dapat mengurangi jumlah gelembung selama penuangan adalah dengan memungkinkan minuman ringan tetap bersoda lebih lama caranya adalah dengan menuangkan soda di sepanjang sisi gelas. "Itu secara drastis mengurangi luas permukaan tuang" dan dengan demikian mempertahankan lebih banyak CO2 dalam cairan, kata Glajch.
Advertisement