Liputan6.com, Jakarta Bank Indonesia memutuskan untuk menaikan suku bunga acuan atau BI 7-Day Reverse Repo Rate (BI7DRR) sebesar 0,25 basis poin (bps), dari sebelumnya 3,50 persen menjadi 3,75 persen. Dengan demikian, suku bunga acuan yang terjaga di level 3,5 persen selama 18 bulan sejak Februari 2021 resmi berakhir.
"Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia pada tanggal 22-23 Agustus 2022 memutuskan untuk menaikan BI 7-Day Reverse Repo Rate sebesar 25 basis poin menjadi 3,75 persen," ujar Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo, Selasa (23/8).
Advertisement
Menanggapi itu, Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menghormati keputusan yang diambil dewan gubernur bank sentral. Dia menilai, Bank Indonesia pasti sudah melakukan perhitungan yang cermat akan dampak yang ditimbulkan dari kenaikan suku bunga acuan.
"Kita hormati keputusan BI. Waktu dan levelnya BI pasti sudah menghitung," kata Sri Mulyani di Kompleks DPR-MPR, Jakarta, Selasa (23/8).
Bendahara negara ini memperkirakan kenaikan suku bunga bank sentral karena melihat tren pemulihan ekonomi yang cukup kuat dalam 7 bulan terakhir. Namun di sisi lain, pemulihan ekonomi yang kuat ini justru berdampak pada kenaikan harga-harga.
"Tren kenaikan harga-harga yang kemungkinan menimbulkan dampak rembesan ke kita, pasti ini juga dihitung BI. Termasuk sisi neraca pembayaran dan nilai tukar," kata dia.
Sehingga dia menegaskan, Bank Indonesia telah mengambil keputusan yang bisa dilakukan sebagai bank sentral untuk menjaga stabilitas ekonomi dan kebijakan makroprudensialnya.
"Itu pasti keputusan uang dilakukan BI suda membuat perhitungan terbaik dari berbagai faktor, sama seperti pemerintah, pasti banyak perhitungan," kata dia mengakhiri.
Reporter: Anisyah Al Faqir
Sumber: Merdeka.com
BI Naikkan Suku Bunga 25 Basis Poin Jadi 3,75 Persen
Sebelumnya, Bank Indonesia (BI) akhirny memutuskan untuk menaikan suku bunga acuan atau BI 7-Day Reverse Repo Rate (BI7DRR) sebesar 0,25 basis poin (bps), dari sebelumnya 3,50 persen menjadi 3,75 persen. Kenaikan ini setelah setelah menahan selama 18 bulan.
Kenaikan ini salah satunya dipicu oleh harga BBM nonsubsidi yang telah melambung. Dengan demikian, suku bunga acuan yang terjaga di level 3,5 persen selama 18 bulan sejak Februari 2021 resmi berakhir.
"Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia pada tanggal 22-23 Agustus 2022 memutuskan untuk menaikan BI 7-Day Reverse Repo Rate sebesar 25 basis poin menjadi 3,75 persen," ujar Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo, Selasa (23/8/2022).
ZSuku bunga deposito facility juga naik sebesar 0,25 bps menjadi 3 persen, dan suku bunga lending facility naik sebesar 0,25 bps menjadi 4,5 persen," dia menambahkan.
Perry lantas memaparkan sejumlah alasan mengapa bank sentral mendongkrak suku bunga acuan yang lama tertahan di angka 3,50 persen. Khususnya akibat laju inflasi yang meninggi imbas dari kenaikan harga BBM.
"Keputusan kenaikan suku bunga kebijakan tersebut sebagai langkah pre emptif dan forward looking untuk memitigasi risiko peningkatan inflasi inti dan ekspektasi inflasi akibat kenaikan harga BBM non subsidi dan inflasi volatile food," terangnya.
Selain itu, Bank Indonesia juga ingin terus memperkokoh nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat, serta menjaga perekonomian di tengah ketidakpastian global.
"Serta memperkuat kebijakan stabilisasi nilai tukar rupiah agar sejalan dengan nilai fundamentalnya, dengan masih tingginya ketidakpastian pasar keuangan global di tengah pertumbuhan ekonomi domestik yang semakin kuat," tuturnya.
Advertisement
Prediksi
Bank Indonesia (BI) diperkirakan menaikkan suku bunga acuan hingga 50 basis points (bps) pada akhir tahun 2022.
Head of Fixed Income, Ashmore Asset Management Indonesia, Anil Kumar mengatakan, Bank Indonesiaakan menaikkan suku bunga secara bertahap pada kuartal III 2022.
"Jadi kalau untuk akhir tahun kemungkinan kita akan lihat ada kenaikan 50 bps point sampai akhir tahun. Tapi kalau 12 bulan kemungkinan akan terjadi kenaikan 1 persen dari tingkat suku bunga BI,” kata dia dalam acara Money Buzz, Selasa (23/8/2022).
Dengan begitu, bunga deposito juga akan meningkat. Namun, Anil mengatakan, peningkatannya mungkin tidak mengikuti BI lantaran likuiditas di sektor perbankan masih tinggi. Diperkirakan, BI akan menaikkan suku bunga saat terjadi kenaikan harga BBM.
"Kemungkinan akan bisa mulai di bulan ini atau bulan September satu kali. Nanti satu kali lagi di Oktober. Tapi menurut saya, kenaikan suku bunga BI ini yang paling logis terjadi satu bulan atau di bulan atau satu bulan setelah kenaikan harga BBM,” kata Anil.
Dia menilai, saat harga BBM mulai naik, inflasi juga akan meningkat. Sehingga memicu Bank Indonesia untuk turut menaikkan suku bunga acuan. Lantaran, hingga saat ini BI beranggapan inflasi inti masih terjaga di bawah 3 persen, sehingga tidak ada kebutuhan untuk menaikkan suku bunga saat ini.
"Tapi ketika harga BBM naik, core inflasi meningkat, pada saat itu BI mungkin akan melakukan adjustment di suku bunga,” pungkas dia.