Liputan6.com, Bandung - Bioplastik atau plastik biodegradable adalah suatu jenis plastik ramah lingkungan yang dapat terurai oleh mikroorganisme serta seluruh komponennya terbuat dari bahan baku yang dapat diperbaharui. Keberadaan plastik ramah lingkungan ini berpeluang menjadi solusi limbah plastik saat ini.
Baca Juga
Advertisement
Untuk membuat awetan kering dalam bentuk plastik ini diperlukan ketelitian dan kehati-hatian yang cukup, tetapi pembuatanya sangat mudah dan memerlukan waktu yang tidak lama.
Pada umumnya makhluk hidup yang diawetkan dalam bentuk awetan ini adalah berbagai macam serangga, bunga, dan berbagai bentuk daun tumbuhan. Walaupun sudah tersimpan cukup lama, tumbuhan tersebut tidak akan layu dan masih tampak segar serta tidak akan rusak kecuali bila dipecah.
Plastik biodegradable dapat dipakai sebagai kemasan karena tidak mudah ditembus uap air. Karenanya, jenis ini dapat dipakai sebagai kemasan alternatif.
Mengingat bioplastik tidak menghasilkan senyawa kimia berbahaya sebagaimana plastik biasa, maka plastik tetap aman saat terbakar. Bila terbuang ke tanah, bioplastik justru akan memperbaiki kesuburan tanah karena hasil penguraian mikroorganisme meningkatkan unsur hara dalam tanah.
Pada umumnya, bioplastik terbuat dari pati, minyak nabati dan mikrobiota. Struktur kimia dari bioplastik akan mengalami perubahan yang sekaligus memengaruhi sifat-sifatnya karena pengaruh mikroorganisme sehingga dapat terurai dengan mudah dalam tanah.
Bioplastik memiliki kekurangan dari segi biaya produksinya. Kelemahan lainnya adalah pada daya tahan bioplastik yang dianggap sangat minim ketimbang plastik biasa. Bioplastik tidak sekuat dan sefleksibel plastik konvensional. Bahkan disinyalir tidak tahan panas, sehingga pada penggunaannya masih terbatas.
Menurut Fieger, dikutip dari kajianpustaka.com, bioplastik dapat dihasilkan melalui beberapa cara. Salah satunya adalah biosintesis menggunakan bahan berpati atau berselulosa. Adapun cara pembuatan bioplastik yang berbasiskan pati adalah sebagai berikut:
- Mencampur pati dengan plastik konvensional (PE atau PP) dalam jumlah kecil (10-20%).
- Mencampur pati dengan turunan hasil samping minyak bumi, seperti PCL, dalam komposisi yang sama (50%).
- Menggunakan proses ekstruksi untuk mencampur pati dengan bahan- bahan seperti protein kedelai, gliserol, alginate, lignin dan sebagainya sebagai bahan plasticizer.
*** Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Selanjutnya
Sedangkan, menurut Widyasari, terdapat beberapa metode yang dikembangkan dalam pembuatan bioplastik, antara lain yaitu sebagai berikut:
Metode Isobe
Pada metode ini bahan dasar (zein) dilarutkan dalam aseton dengan air 30% (v/v) atau etanol dengan air 20% (v/v). Kemudian ditambahkan bahan pemplastik (lipida atau gliserin), dipanaskan pada suhu 50°C selama 10 menit. Selanjutnya dilakukan pencetakan pada casting dengan menuangkan 10 ml campuran ke permukaan plat polietilen yang licin. Bahan dibiarkan selama 5 jam pada suhu 30 sampai 45°C. Film yang terbentuk dilepaskan dari permukaan cetakan, dikeringkan dan disimpan.
Metode Frinault
Bioplastik ini dibuat dengan bahan dasar (kasein) menggunakan pencetak ekstruder dengan beberapa tahap proses yang terdiri dari pencampuran bahan dasar dengan aseton/etanol-air, penambahan pemplastik, pencetakan ekstruder kemudian pengeringan film.
Metode Yamada
Bioplastik ini terbuat dari bahan dasar (zein) yang dilarutkan dalam etanol 80%. Ditambahkan pemplastik, dipanaskan pada suhu 60° sampai 70°C selama 15 menit. Campuran kemudian cetak pada autocasting machine. Selanjutnya dibiarkan selama 3-6 jam.
Advertisement