Liputan6.com, Jakarta - Untuk mencegah siklus generasi sandwich berulang kembali di sebuah keluarga, penting bagi orangtua untuk memberikan edukasi keuangan bagi anak sejak dini.
Generasi sandwich yang kini kerap dibahas merupakan situasi nyata yang dialami banyak generasi milenial yang kini telah mulai berkeluarga, namun harus tetap menanggung kehidupan orangtuanya.
Advertisement
Data BPS menunjukkan selama lima tahun terakhir, rasio ketergantungan lansia terus meningkat. Saat ini, setiap 100 orang penduduk usia produktif harus menanggung 17 orang penduduk lansia.
Bila tren generasi sandwich terus berjalan, beban generasi muda, baik milenial, Gen Z, maupun anak-anak mereka nantinya akan makin berlipat ganda.
Rantai ini hanya bisa diputuskan bila generasi muda mulai merencanakan hari tuanya dari jauh-jauh hari dan juga mendidik generasi penerus agar dapat lebih bijak dalam mengelola keuangan, dengan cara edukasi dan membentuk kebiasaan keuangan yang baik sejak dini.
“Generasi milenial merupakan generasi pertama dalam sejarah yang belum pasti lebih makmur daripada generasi orangtua mereka, walaupun mereka adalah generasi yang diberkati oleh revolusi digital. Kami tidak ingin ini berlanjut ke generasi selanjutnya,” kata Co-Founder dan CEO Whiz, Dominic Sumarli, melalui keterangannya, Rabu (24/8/2022).
Dari pengalaman kerja di berbagai bank ritel dan fintech, ia melihat fondasi inovasi di perusahaan jasa keuangan hanya fokus pada orang dewasa dan melewatkan segmen anak maupun remaja.
Padahal, Dominic menilai anak-anak adalah generasi penerus--jauh lebih mudah mendidik mereka, dibandingkan mengubah yang sudah tua--untuk membentuk kebiasaan uang yang baik sejak dini agar tumbuh menjadi dewasa yang bertanggung jawab dan mandiri secara finansial.
"Aplikasi Whiz hadir sebagai gabungan dari celengan, dompet digital, serta alat pencatatan keuangan untuk memudahkan edukasi keuangan melalui kegiatan sehari-hari,” Dominic memungkaskan.
Sementara Ratih Ibrahim selaku Psikolog Klinis, CEO & Founder Personal Growth, berujar mengenalkan uang pada anak sejak dini artinya kita mengajak mereka menghargai uang sekaligus belajar berhitung.
"Saat menabung, anak mulai mengenal angka, belajar menahan diri, dan memahami mana yang jadi prioritas,” ucapnya.
Anak Bisa Atur Keuangan Secara Mandiri
Berita baiknya, sekarang edukasi keuangan dapat dilakukan dengan mudah dan praktis melalui aplikasi digital.
Bila selama ini lembaga keuangan dan aplikasi teknologi finansial hanya menyasar orang dewasa, kini telah hadir aplikasi Whiz yang dapat digunakan oleh orangtua dan anak dari usia 8 tahun untuk mendapatkan ilmu literasi finansial melalui pengalaman yang diberikan secara nyata, praktis dan menyenangkan.
Whiz baru saja meluncurkan aplikasi keuangan bagi keluarga pertama di Indonesia, di mana orangtua dapat mengatur, menjadwalkan pengiriman, dan memonitor uang saku anak melalui dompet digital yang bisa digunakan di semua merchant yang menerima pembayaran elektronik via QRIS.
Tak hanya itu, orangtua juga dapat mengajarkan anak berbagai konsep keuangan, menghargai nilai uang dari usahanya, mengelola uang secara mandiri mulai dari mendapatkan hingga menyimpannya.
Advertisement
Transaksi Mandiri Anak
Di sisi lain, anak dapat bertransaksi secara independen layaknya orang dewasa sekaligus belajar menabung dan mengelola keuangannya.
Orangtua tidak perlu khawatir lagi karena sekarang dapat memantau semua aktivitas anak dalam genggaman, menentukan limit pengeluaran anak, dan mendapatkan notifikasi transaksi secara langsung.
Untuk diketahui, sejak didirikan oleh Dominic Sumarli, Agnes Lie, dan Frederick Widjaja tahun lalu, Whiz telah menerima dukungan dari beberapa investor terkemuka dunia seperti Sequoia dan Y Combinator.
Selain itu, Whiz telah memiliki izin uang elektronik dan transfer dana dari Bank Indonesia serta terdaftar di Kementerian Komunikasi dan Informasi.
Infografis: Deretan Bank Digital di Indonesia (Liputan6.com/Abdillah)
Advertisement