Menkes: Cacar Monyet yang Beredar Varian Afrika Barat, Punya Fatality Rate Rendah

Menkes Budi memastikan penularan cacar monyet hanya terjadi lewat kontak fisik langsung, bukan dari droplet.

oleh Lizsa Egeham diperbarui 24 Agu 2022, 08:47 WIB
Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin mengikuti rapat kerja dengan Komisi IX DPR di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Senin (4/7/2022). Raker membahas perubahan Tarif Indonesian - Case Based Groups (INA-CBGs) dan kapitasi dalam rangka implementasi kebutuhan dasar kesehatan. (Liputa6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta - Menteri Kesehatan (Menkes) Budi Gunadi Sadikin mengatakan bahwa penyakit cacar monyet atau monkeypox memiliki dua varian yakni, Afrika Tengah dan Afrika Barat. Namun, kata dia, varian yang paling banyak beredar adalah Afrika Barat dan memiliki tingkat fatality rate rendah.

"Varian cacar monyet itu ada dua, versi Afrika Barat sama Afrika Tengah. Yang Afrika Barat itu lebih rendah fatality rate-nya dari yang Afrika Tengah. Nah, Alhamdulillah yang beredar sekarang itu banyak yang Afrika Barat," kata Budi Gunadi di Kompleks Istana Kepresidenan Jakarta, Selasa 23 Agustus 2022.

Dia menyampaikan, bahwa saat ini kasus cacar monyet di dunia mencapai 39.000. Dari jumlah itu, Budi menyebut sebanyak 12 kasus cacar monyet dinyatakan meninggal dunia.

"Jadi sekitar 0,03 persen relatif masih sangat rendah," ucapnya.

Budi menjelaskan bahwa penularan cacar monyet berbeda dengan Covid-19 yang melalui droplet. Adapun cacar monyet menular apabila masyarakat berkontak fisik langsung dengan penderita.

"Ini (cacar monyet) harus benar-benar nempel kontak fisik. Dia hanya bisa menular secara fisik sudah kelihatan bintik-bintik cacarnya dan cairannya," ujarnya.

"Kalau Covid-19 kan masih sehat pun bisa menular jadi lebih berbahaya, kalau cacar monyet, kita lihat nih kalau temen kita udah cacar monyet baru dia bisa menular," sambung Menkes Budi.

Menurut dia, masyarakat bisa lebih mudah menghindari penularan cacar monyet dibanding Covid-19. Pasalnya, masyarakat hanya tinggal menghindari orang yang memiliki gejala cacar monyet.

"Jadi kalau udah masih cacar kita masih deket-deketan, salam-salaman, tempel-tempelan, ya salah sendiri. Harusnya kita bisa menghindari itu dengan lebih mudah. Dari sisi protokol kesehatannya, identifikasinya lebih mudah, cara menghindarinya juga jauh lebih mudah," pungkas Budi.

 


Kondisi Pasien Cacar Monyet di Jakarta

Wakil Gubernur DKI Ahmad Riza Patria (tengah) berbincang dengan dokter spesialis paru dr M Yanuar (kiri) dan Kepala Dinas Kesehatan DKI Jakarta dr. Widyastuti, MKM saat meninjau Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) khusus Covid-19 di Pasar Minggu, Jakarta, Sabtu (3/10/2020). (Liputan6.com/Herman Zakharia)

Sebelumnya, Wakil Gubernur DKI Jakarta Ahmad Riza Patria menjelaskan pasien cacar monyet pertama di Indonesia baru melakukan perjalanan dari Eropa Barat dan melakukan isolasi mandiri di indekosnya. Hal itu dipaparkan Riza pada Senin (22/8) sore.

"Atas kesepakatan bersama, domisilinya belum bisa disampaikan. Pokoknya di Jakarta, tinggal di kos-kosan, usianya 27 (tahun), laki-laki, baru pulang dari Eropa Barat," kata Riza.

Riza juga menyampaikan terdapat delapan ruam pada pasien pertama tersebut. Namun, kondisinya sudah membaik dan terus berobat jalan serta melakukan karantina di kamar indekosnya.

"Yang bersangkutan masih terus berobat jalan dan dalam karantina di tempat masing-masing. Sekitarnya juga sudah diberi tahu ya. (Pasien) sudah diperiksa cuma ada delapan titik begitu seperti cacar. Sudah membaik, Alhamdulillah," kata Riza

Infografis Gejala dan Pencegahan Cacar Monyet (Liputan6.com/Triyasni)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya