Liputan6.com, Jakarta Belum muncul tanda-tanda Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) akan mengumumkan pandemi COVID-19 akan berakhir. Disusul dengan munculnya cacar monyet, kini di India ada kasus flu tomat.
Sebuah studi dalam Lancet Respiratory Medicine Journal mengeluarkan peringatan soal meningkatnya kasus flu tomat atau demam tomat di India. Namun, dokter dan para pakar kesehatan menyebutnya istilah itu sebagai sesuatu yang kurang tepat.
Advertisement
Hal tersebut lantaran flu tomat tampaknya mengarah untuk merupakan penyakit untuk tangan, kaki, dan mulut (Hand, Foot and Mouth Disease/HFMD). Sehingga istilah flu tomat bukanlah nama ilmiah atau resmi.
"Sayangnya, publikasi baru-baru ini di The Lancet mengklaim bahwa lesi secara bertahap membesar hingga seukuran tomat, yang sepenuhnya salah, menyesatkan dan mengkhawatirkan," ujar para ahli mengutip laman India Today, Rabu (24/8/2022).
Anggota IMA di Kochi, India, Dr Rajeev Jayadevan mengungkapkan bahwa penyakit flu tomat umumnya disebabkan oleh virus Coxsackie yang mengakibatkan munculnya bintik merah kecil berukuran 4-6 mm pada kulit yang kemudian menjadi gelembung berisi cairan di dalamnya.
"Lesi kulit dapat muncul di tangan, kaki dan bokong. Ini menyebar melalui kontak antara anak-anak, dan hanya membutuhkan perawatan suportif. Itu tidak ada hubungannya dengan tomat,” ujar Rajeev.
Beberapa laporan baru juga muncul soal demam tomat, yang diperkirakan akan menjadi endemi baru. Padahal menurut dokter spesialis anak di Sir Ganga Ram Hospital, Dhiren Gupta, masyarakat baru saja pulih dari COVID-19 dan sangat sensitif menerima endemi baru. Terlebih, informasi terkait hal ini dianggap menciptakan kepanikan.
Bentuk HFMD dengan Gejala Tambahan
Lebih lanjut Dhiren mengungkapkan bahwa flu tomat atau demam tomat kemungkinan adalah bentuk baru dari HFMD dengan adanya tambahan gejala yang mengikuti.
"Sepertinya itu adalah bentuk HFMD dengan gejala tambahan nyeri sendi dan demam tinggi. Bagaimanapun, HFMD sendiri adalah sindrom yang dapat disebabkan oleh enterovirus yang berbeda," ujar Dhiren.
"Gejalanya bervariasi dari jenis virus, kelompok usia, dan status kekebalan tubuh pasien. Secara umum, itu tidak mengancam jiwa pada populasi umum," tambahnya.
Diketahui, flu tomat juga dapat menyebabkan munculnya ruam pada tangan, kaki dan bokong serta dapat menyebabkan sariawan pada mulut.
Studi yang dipublikasikan dalam Lancet Respiratory Medicine Journal menemukan bahwa penyakit menular ini umumnya menargetkan sebagian besar anak-anak berusia satu hingga lima tahun dan orang dewasa dengan gangguan kekebalan.
Lancet Respiratory Medicine Journal juga mengungkapkan bahwa India telah mencatat sebanyak 82 kasus flu tomat atau demam tomat sejak virus pertama kali dilaporkan di Kerala pada 6 Mei.
Advertisement
Menginfeksi 82 Anak di India
Semua anak yang terinfeksi flu tomat berdasarkan studi Lancet Respiratory Medicine Journal berusia dibawah lima tahun. Sejauh ini, virus flu tomat masih masuk kategori langka dan bersifat endemik. Flu tomat juga dianggap tidak mengancam jiwa.
“Infeksi virus yang langka berada dalam keadaan endemik dan dianggap tidak mengancam jiwa. Namun, karena pengalaman mengerikan dari pandemi COVID-19, diperlukan manajemen yang waspada untuk mencegah wabah lebih lanjut,” tulis laporan Lancet mengutip laman New York Post.
Menurut para ahli, kemiripan antara flu tomat dan HFMD dapat menambah keyakinan bahwa flu tomat tidak bisa dianggap sepele. Sehingga diperlukan adanya kewaspadaan karena obatnya pun kini belum ditemukan.
“Mengingat kesamaan dengan penyakit tangan, kaki dan mulut, jika wabah flu tomat pada anak-anak tidak dikendalikan dan dicegah, penularan dapat menyebabkan konsekuensi serius dengan menyebar pada orang dewasa juga,” studi menjelaskan.
Gejala pada Flu Tomat
Mengutip laman Daily Mail, lepuh yang terjadi pada flu tomat bisa membesar seukuran tomat. Virus satu ini juga datang disertai dengan demam dan nyeri sendiri.
Selain itu, flu tomat juga memunculkan gejala lainnya. Lalu apa sajakah itu? Berikut diantaranya.
- Muntah
- Diare
- Dehidrasi
- Nyeri tubuh
- Perubahan warna anggota badan
Menurut asisten profesor penyakit dalam di Rumah Sakit Amrita, Dr Subhash Chandra, penyakit flu tomat bukanlah penyakit fatal. Akan tetapi, dapat dengan mudahnya menular dari orang ke orang.
“Ini bukan penyakit fatal, tetapi menular dan dapat menyebar dari orang ke orang, meskipun cara penyebaran sebenarnya masih dipelajari,” ujar Subhash.
Advertisement