Liputan6.com, Banyuwangi - Ancaman krisis pangan melanda Indonesia bahkan dunia. Untuk menghadapi krisis ini Provinsi Jawa Timur menyiapkan sedikitnya 10 juta ton padi pada 2022.
"Hasil panen ini kita harapkan bisa menyumbang pasokan pangan nasional," ujar Khofifah, Rabu (24/8/2022).
Advertisement
Kata Khofifah, tingginya produksi padi di Jatim bukan tanpa alasan. Selama ini Jatim dikenal sebagai lumbung padi nasional. Tidak hanya padi, komoditi pangan lain juga ditarget bisa meroket, sehingga diharapkan kebutuhan pangan di Jawa Timur bisa surplus.
"Sehingga bisa memasok kebutuhan daerah lain. Dunia saat ini dilanda tiga krisis, yaitu krisis pangan, energi, dan keuangan. Kami telah menyiapkan hasil panen 10 juta ton padi tahun ini," tambah Khofifah.
Terkait krisis ini, pihaknya mengajak semua pihak mewaspadainya. Sedangkan khusus untuk pangan kata dia, produksi padi di Jatim terus meningkat, bahkan surplus. Tahun 2021 produksi padi mencapai 9,89 juta ton.
“Jumlah ini meningkat dari tahun sebelumnya yang hanya 8,9 juta ton, hingga Juli 2022, produksi padi Jatim sudah tembus 8,3 juta ton. Sehingga optimis sampai Desember produksi padai mencapai 10 juta ton,”paparnya.
Pihaknya juga menggenjot produksi komoditi pangan lainya, seperti membuat food estate mangga di Gresik. Harapannya kabupaten di Jawa Timur menumbuhkan pusat pangan berbasis lokal.
“Kami merencanakan Banyuwangi bisa membuat Food Estate manggis,”kata Khofifah.
Energi Terbarukan
Selain pangan, pihaknya mendorong mahasiswa ikut mengembangkan energi terbarukan. Karena energi berbasis fosil juga dalam ancaman krisis. Pihaknya terus melakukan inventarisir berbagai potensi untuk energi terbarukan.
“Energi kita juga dalam ancaman krisis. Harus ada inovasi mengubah energi berbasis air atau udara,”pungkasnya
Advertisement