Liputan6.com, Jakarta Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Mahendra Siregar mengatakan kekuatan politik pemerintah otoritas dunia sebaiknya tidak diharapkan bisa menyelesaikan konflik geopolitik.
Begitu juga dengan para bank sentral dunia, mereka juga tidak bisa diharapkan sebagai pihak yang bisa menyelesaikan masalah.
Advertisement
"Jangan berharap bahwa kekuatan politik pemerintah otoritas dunia akan menyelesaikan masalahnya bahwa mereka tidak menambah berat masalahnya saja sudah luar bisanya. Dan jangan berharap bank bank sentral internasional ini akan menyelesaikan masalah ini," kata Mahendra pada Sidang Pleno ISEI XXII dan Seminar Nasional 2022 di Semarang, Rabu (24/8/2022).
Konflik global yang terjadi saat ini kata Mahendra sangat berbelit. Krisis energi yang terjadi sekarang berpotensi menimbulkan ketegangan baru.
Dua hari lalu pemerintah negara-negara barat dan Eropa sangat membutuhkan pasokan energi. Lalu muncul ide untuk melakukan perdamaian dengan Iran, agar minyaknya bisa masuk pasar. Sebagaimana diketahui, Iran memiliki produksi minyak hingga 3,5 juta barel per hari untuk ekspornya.
"(Mereka) kepepet betul dengan sumber energi. Mereka ingin melakukan perdamaian, dengan pihak Iran. Supaya iran segera masuk lagi ke pasar dunia memberikan pasokan minyaknya," kata dia.
Hanya saja, solusi tersebut tidak dihitung dari sisi regional politik. Mahendra mengatakan Iran merupakan negara pesaing terbesar Arab Saudi. Dalam hal ini Saudi tidak ingin Iran masuk dalam pasar minyak dunia.
Selanjutnya
"Saudi tidak mau Iran masuk kembali sehingga dia membuat suatu sinyal pernyataan. Katakanlah 'ohh kami kurang senang dengan kondisi harga minyak yang kelihatannya jauh dari perkembangan fundamental'. Kalau bacanya gitu enggak ada yang ngerti," tutur dia.
"Tapi kalau bacanya, dia enggak puas kalau Iran di ajak kembali dan Brazil memberikan kekuatan bagi Iran untuk memperkuat militer dan pengaruh politiknya di kawasan, baru ngerti," sambungnya.
Pada akhirnya negara Saudi memberikan sinyal membatasi suplai minyak ke pasar global. Akibatnya dalam 2 hari harga minyak dunia kembali naik di atas USD 100 dolar per barel.
Untuk itu, dia menegaskan untuk tidak menggantungkan harapan kepada penyelesaian konflik geopolitik pada kekuatan politik negara dunia.
Reporter: Anisyah Al Faqir
Sumber: Merdeka.com
Advertisement
BI Ramal Pertumbuhan Ekonomi RI 5,5 Persen di Kuartal III-2022
Bank Indonesia (BI) memproyeksikan pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal III-2022 mencapai 5,5 persen. Angka ini lebih tinggi dari kuartal II lalu yang mencapai 5,44 persen secara tahunan atau year on year/yoy.
"Dengan demikian, perbaikan ekonomi domestik terus berlanjut," kata kata Gubernur BI Perry Warjiyo dalam konferensi pers virtual hasil RDG Agustus 2022 di Jakarta, Selasa (23/8).
Perry mengungkapkan, tingginya pertumbuhan ekonomi didorong oleh peningkatan permintaan domestik, terutama konsumsi rumah tangga, serta tetap tingginya kinerja ekspor.
Perbaikan ekonomi nasional juga tercermin pada peningkatan pertumbuhan mayoritas lapangan usaha, terutama Industri Pengolahan, Transportasi dan Pergudangan, serta Perdagangan Besar dan Eceran.
Secara spasial, perbaikan ekonomi ditopang oleh seluruh wilayah, terutama Jawa, Sumatera, dan Sulawesi-Maluku-Papua (Sulampua). Ke depan, pertumbuhan ekonomi diprakirakan akan tetap tinggi.
Keyakinan Konsumen
Selain itu, berbagai indikator dini pada Juli 2022 dan hasil survei Bank Indonesia terakhir, seperti keyakinan konsumen, penjualan eceran, dan Purchasing Managers' Index (PMI) Manufaktur terus membaik. Dari sisi eksternal, kinerja ekspor hingga bulan Juli 2022 tetap positif di tengah melambatnya perekonomian global.
Kinerja Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) juga tetap baik, sehingga menopang terjaganya ketahanan eksternal. NPI pada kuartal II 2022 mencatat surplus, ditopang oleh surplus transaksi berjalan yang meningkat dibandingkan dengan triwulan sebelumnya dan perbaikan defisit transaksi modal dan finansial.
"Dengan perkembangan tersebut, pertumbuhan ekonomi 2022 diprakirakan bisa ke atas dari kisaran proyeksi Bank Indonesia pada 4,5 persen sampai -5,3 persen," tutupnya.
Advertisement