Liputan6.com, Kiev - Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky, Rabu (24/8) mengatakan rakyat Ukraina “berjuang demi nasib kita” sementara negara itu merayakan Hari Kemerdekaan serta menandai enam bulan invasi Rusia.
Berbicara dalam pidato video dari Lapangan Kemerdekaan Kyiv, Zelensky mengatakan Ukraina akan berjuang untuk tanah airnya “hingga akhir,” dan bahwa meskipun akhir perang akan ditandai dengan perdamaian, Ukraina sekarang ini menginginkan kemenangan.
Baca Juga
Advertisement
“Dan kita ingin mengangkat tangan sekali saja, sewaktu kita akan merayakan kemenangan. Ukraina secara keseluruhan,” kata Zelensky, seperti dikutip dari laman VOA Indonesia, Kamis (25/8/2022).
“Karena kita tidak menjual tanah dan rakyat kita. Bagi kita, Ukraina adalah seluruh Ukraina, tanpa ada konsesi atau kompromi.”
Zelensky mengatakan Ukraina akan merebut kembali kontrol atas wilayah Donbas di bagian timur serta Krimea.
Pasukan Rusia mengalihkan fokus mereka ke Donbas setelah gagal dalam gerakan awal untuk memasuki ibu kota Ukraina, Kyiv. Separatis dukungan Rusia telah memerangi pasukan Ukraina di Donbas sejak 2014. Pada tahun yang sama, Rusia menganeksasi Krimea dalam langkah yang tidak diakui masyarakat internasional.
“Kalian tidak ingin tentara kalian mati? Bebaskan tanah kami,” kata Zelensky. “Kalian tidak ingin ibu kalian menangis? Bebaskan tanah kami. Ini adalah persyaratan kami yang jelas dan sederhana.”
Perayaan Hari Kemerdekaan secara terbuka dilarang di Kyiv karena para pemimpin Ukraina, dan AS, memperingatkan tentang peningkatan upaya Rusia untuk menyerang infrastruktur sipil dan fasilitas pemerintah di Ukraina.
* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Bantuan Militer
Para pejabat AS diperkirakan akan mengumumkan sedini Rabu (24/8) tambahan bantuan baru senilai $3 miliar untuk melatih dan memasok pasukan Ukraina pada tahun-tahun mendatang.
Para pejabat mengatakan bantuan itu akan mendanai drone, persenjataan dan peralatan lain yang mungkin tidak digunakan di medan tempur dalam satu atau dua tahun ini.
Tidak seperti kebanyakan paket terdahulu yang memberikan bantuan langsung di medan tempur, dana baru ini kebanyakan bertujuan untuk membantu Ukraina mendapatkan pertahanan jangka menengah hingga panjang.
Bantuan baru ini akan diberikan di luar sekitar $10,6 miliar bantuan militer yang telah dikirimkan AS untuk Ukraina dalam satu setengah tahun ini.
Kementerian pertahanan Norwegia, Rabu (24/8) menyatakan bahwa Norwegia dan Inggris bersama-sama memasok Ukraina dengan drone mikro yang digunakan untuk “pengintaian dan identifikasi target.”
Norwegia juga memasok sistem portable yang akan memungkinkan pasukan Ukraina mengacaukan drone musuh, yang menurut kementerian pertahanan Norwegia “secara khusus cocok untuk melindungi patroli yang lebih kecil, posisi-posisi artileri dan berbagai sumber daya penting lainnya.”
* BACA BERITA TERKINI LAINNYA DI GOOGLE NEWS
Advertisement
Volodymyr Zelensky Minta PBB Agar Amankan PLTN Ukraina
Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky dalam pidato hariannya pada Kamis (18/8) mengatakan tidak ada kendala objektif untuk menghalangi misi Badan Energi Atom Internasional (IAEA) mencapai pembangkit listrik tenaga nuklir (PLTN) Zaporizhzhia.
“Rusia harus segera dan tanpa syarat mengizinkan wakil-wakil IAEA ke PLTN Ukraina itu,” katanya. Namun, ia juga menambahkan, pihak yang mengorganisir pemerasan nuklir tentu saja tidak dapat menjadi “pembawa” misi semacam itu.
“Rusia harus dengan segera dan tanpa syarat mengizinkan wakil-wakil IAEA ke PLTN dan juga menarik pasukannya dari wilayah sekitar PLTN. Dunia memiliki kekuatan untuk memastikan ini,” kata Zelensky. “Jika dunia tidak memastikan ini, kita bisa membuang begitu saja seluruh dokumen internasional mengenai keselamatan nuklir dan radiasi ke tempat sampah. Rusia sedang menghancurkan tatanan internasional ini.”
Sebelumnya, Zelensky bertemu dengan Sekjen PBB Antonio Guterres dan Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan di Lviv, kota di Ukraina Barat.
“Saya mengadakan negosiasi yang sangat substantif mengenai banyak topik hari ini dengan Presiden Turki Erdogan. Saya berterima kasih kepadanya atas dukungan tak tergoyahkan bagi kedaulatan dan integritas teritorial negara kita. Kami membahas kerja sama pertahanan, ekonomi dan energi,” katanya. “Saya berterima kasih kepada Turki atas kesediaannya mengambil peran pelindung dalam rekonstruksi Kharkiv dan wilayah Kharkiv. Ini adalah misi bagi negara yang benar-benar kuat. Hari ini, langkah pertama telah diambil – suatu perjanjian mengenai infrastruktur ditandatangani.”
PLTN Zaporizhzhia
Sebelumnya, Guterres menyerukan agar kawasan PLTN Zaporizhzhia “didemiliterisasi,” dengan menarik peralatan dan personel militer.
“Akal sehat harus diutamakan untuk menghindari tindakan apapun yang mungkin membahayakan integritas fisik, keselamatan atau keamanan PLTN,” kata Guterres. “Fasilitas ini tidak boleh digunakan sebagai bagian dari operasi militer apa pun. Sebaliknya, perjanjian sangat diperlukan untuk membangun kembali Zaporizhzhia sebagai infrastruktur sipil semata dan untuk memastikan keselamatan daerah tersebut,” lanjutnya.
“Kita harus mengatakan apa adanya – setiap potensi kerusakan pada Zaporizhzhia adalah tindakan bunuh diri,” ujarnya.
Guterres mengatakan PBB memiliki kemampuan logistik dan keamanan untuk mendukung setiap misi IAEA untuk mengamankan PLTN, asalkan Rusia dan Ukraina menyetujuinya.
Zelensky, Guterres dan Erdogan juga membahas berbagai upaya untuk mengakhiri perang dan pengiriman biji-bijian Ukraina yang diperantarai PBB dan Turki. Selama berbulan-bulan Rusia menghalangi keberangkatan kapal pembawa biji-bijian itu dari kawasan Laut Hitam ke berbagai negara, termasuk negara-negara Afrika yang menghadapi bencana kelaparan. Sekitar 560 ribu ton biji-bijian telah dikirimkan sejauh ini, kata PBB.
Advertisement