Liputan6.com, Beirut - Kedutaan Arab Saudi di Beirut, Lebanon mendapatkan ancaman via rekaman audio.
Dalam sebuah pernyataan, seperti dikutip dari Saudi Gazette, Kamis (25/8/2022), informasi yang tersedia dari Kementerian Dalam Negeri dan pemerintah kota menunjukkan bahwa pemilik rekaman audio yang beredar adalah warga negara Saudi. Pelaku kemudian diburu.
Advertisement
Pernyataan kementerian dalam negeri Lebanon mengatakan bahwa pria itu "dicari oleh otoritas Saudi karena kejahatan teroris."
Dalam rekaman audio yang beredar, pria tersebut, yang disebutkan sebagai warga negara Arab Saudi yang tinggal di pinggiran selatan Beirut. Ia mengatakan bahwa jika terjadi sesuatu pada anggota keluarganya, "tidak ada karyawan di kedutaan Saudi yang akan tetap hidup... Saya akan memusnahkan semua orang di kedutaan Saudi, semua orang yang terkait dengan kedutaan Saudi."
Pejabat Lebanon dan kalangan populer mengecamnya dan menyebut hal itu merupakan tindakan terorisme.
Duta Besar Arab Saudi untuk Lebanon Walid Al-Bukhari berbagi twit di mana dia mengatakan: "Terorisme adalah produk dari ekstremisme, akar dan benihnya dimulai dengan pikiran yang frustrasi."
Bukhari memposting ulang twit politikus dan analis Lebanon yang memperingatkan ancaman untuk menargetkan kedutaan Saudi. Mereka meminta dinas keamanan Lebanon untuk mengamankan dan melindunginya serta mengambil tindakan yang diperlukan untuk memverifikasi keseriusan ancaman.
Penyelidikan
Menteri Dalam Negeri Lebanon Bassam Mawlawi, yang juga kepala Dewan Keamanan Dalam Negeri Pusat, meminta Direktorat Jenderal Pasukan Keamanan Dalam Negeri untuk melakukan penyelidikan yang diperlukan.
Selain itu juga menangkap mereka yang terlibat dalam hal ini -- ancaman terhadap kedutaan Saudi.
Mawlawi juga memerintahkan untuk mengambil tindakan yang diperlukan secepat mungkin dan merujuk para tersangka ke pengadilan.
Mawlawi juga meminta Direktorat Jenderal Keamanan Publik untuk memberi tahu dia tentang jadwal pergerakan masuk dan keluar dari semua orang, yang ditemukan terlibat, di dalam maupun luar Lebanon. Ia menekankan bahwa "pernyataan ini untuk kepentingan Lebanon, keamanan dan keselamatannya serta hubungan baiknya dengan negara-negara saudara, khususnya Arab Saudi."
Advertisement
Amnesty Kecam Arab Saudi Usai Seorang Ibu Dihukum 34 Tahun Penjara Akibat Tweet
Sementara itu, Arab Saudi juga tengah jadi sorotan usai seorang ibu di Kerajaan Arab Saudi divonis 34 tahun penjara akibat Twitter. Wanita bernama Salma Al-Shehab itu disebut menyebarkan rumor dan melakukan retweet kepada pembangkang negara. Keputusan itu memicu kecaman dari aktivis.
Dilaporkan AP News, Jumat (19/8/2022), Salma divonis karena melanggar hukum cyber di Arab Saudi. Kelompok HAM Freedom Initiative menyebut Salma Al-Shehab ditangkap pada 15 Januari 2021. Ia ditangkap sebelum ia pergi ke Inggris.
Vonis berat bagi Salma terjadi di tengah langkah Pangeran Mohammed bin Salman untuk memberantas elemen-elemen yang dianggap pembangkang.
Sebelum kasus Salma disidang, ibu dua anak itu ditahan selama 285 hari di tahanan terpisah (solitary confinement). Freedom Initiative turut menyerot bahwa Salma adalah anggota minoritas Syiah.
Freedom Initiative mengkritik vonis Arab Saudi ini, serta menyindir langkah-langkah progresif Pangeran Mohammed bin Salman.
"Arab Saudi sesumbar kepada dunia bahwa mereka meningkatkan hak perempuan dan menciptakan reformasi hukum, tetapi tak perlu ditanyakan lagi bahwa vonis busuk ini menunjukkan bahwa situasi hanya semakin parah," ujar Bethany Al-Haidari, manajer kasus Arab Saudi dari Freedom Initiave.
Viral Video Diduga Wanita Pakai Ihram Pria di Depan Ka'bah, Otoritas Malaysia Buru Pelaku
Sebelumnya lagi, sebuah video yang menunjukkan seorang wanita mengenakan pakaian ihram pria di Masjidil Haram di Makkah, menjadi viral.
Penampakannya saat sedang beribadah di Arab Saudi baru-baru ini menimbulkan kontroversi di media sosial, seperti dikutip dari laman say.com/my, Selasa (16/8/2022).
Video tersebut dibagikan oleh seorang pengguna Twitter yang mengklaim bahwa jemaah itu adalah seorang wanita Malaysia yang melakukan umrah sambil mengenakan pakaian pria.
Mereka juga mengkritik individu tersebut karena tidak sopan dengan melakukan cross-dressing di tempat suci, yang memicu lebih banyak kemarahan dari pengguna media sosial lainnya.
Video itu di-retweet lebih dari 20.000 kali dan dilihat lebih dari satu juta kali.
Meski belum ada konfirmasi atas klaim tersebut, Menteri Urusan Agama Datuk Idris Ahmad telah memperingatkan bahwa tindakan tegas akan diambil terhadap individu tersebut jika terbukti benar.
Dalam unggahan Facebook pada Jumat, 12 Agustus, Idris Ahmad mengaku prihatin dengan isu tersebut karena menyangkut hukum Islam.
"Saya telah menghubungi Kementerian Dalam Negeri (MOHA) untuk meluncurkan penyelidikan terhadap individu tersebut segera setelah mereka kembali ke Malaysia," tulisnya.
Pihak Kementerian Dalam Negeri menambahkan, pihaknya juga telah menginformasikan kepada Kementerian Pariwisata, Seni, dan Budaya (Kemenpar) untuk menindak tegas instansi yang menangani perjalanan umrah individu tersebut jika dugaan tersebut terbukti benar.
Pahang Mufti Datuk Seri Dr Abdul Rahman Osman juga mengatakan bahwa tindakan harus diambil terhadap individu karena mereka telah menghina Islam.
“Pertama, tindakan menyerupai laki-laki saat melakukan umrah adalah penghinaan terhadap Islam dan harus diambil tindakan terhadap sosok tersebut,” katanya kepada media lokal.
Dia menambahkan bahwa tindakan harus diambil untuk mencegah kejadian serupa terulang di masa depan.
Advertisement