Liputan6.com, Jakarta - Dua minggu selepas pemimpin Korea Utara Kim Jong Un mendeklarasikan kemenangan atas COVID-19, negara tersebut menemukan suspek infeksi SARS-CoV-2 pada hari ini, Kamis, 25 Agustus 2022.
Dilansir dari Channel News Asia, Korea Utara menemukan empat kasus baru dengan gejala demam di daerah perbatasan dengan China. Demam yang dialami oleh empat warga Korea Utara itu diduga disebabkan oleh infeksi virus Corona.
Advertisement
Korean Central News Agency yang dikelola oleh pemerintah Korea Utara melaporkan, para pekerja kesehatan melakukan tes genetik atas sampel-sampel yang diambil dari empat orang suspek di Provinsi Ryanggang. Tes tersebut guna mengonfirmasi apakah demam yang mereka alami merupakan gejala COVID-19.
Diketahui, Korea Utara kerap menggunakan istilah 'virus ganas' atau 'epidemi ganas' untuk menggambarkan COVID-19.
KCNA mengatakan, pihak berwenang pun segera mengambil langkah mengunci wilayah dimana kasus demam muncul dan akan menerapkan pembatasan ketat hingga para tim medis dapat menentukan penyebab demam.
Sebelumnya, Korea Utara menyatakan tidak ada kasus COVID-19 yang terkonfirmasi di bagian mana pun dari negara tersebut. Hal tersebut disampaikan seiring Kim Jong Un mengklaim kemenangan Korea Utara terhadap COVID-19 pada 10 Agustus 2022. Kim Jong Un juga memerintahkan untuk melonggarkan tindakan pencegahan, tiga bulan setelah negara tersebut mengakui adanya wabah.
Setelah mengakui wabah virus Omicron pada Mei, Korea Utara melaporkan sekitar 4,8 juta "kasus demam" di seluruh populasi 26 juta yang sebagian besar tidak divaksinasi. Hanya sebagian kecil dari populasi di negara tersebut yang diidentifikasi sebagai COVID-19.
Klaim Korea Utara Menang dari COVID-19
Kim mengklaim hanya 74 orang telah meninggal akibat virus Corona. Menurut para ahli menilai angka tersebut sebagai jumlah yang sangat kecil mengingat kurangnya alat kesehatan masyarakat di negara itu.
Deklarasi kemenangan Kim atas COVID-19 selama pertemuan nasional di Pyongyang diikuti oleh pidato agresif dari saudara perempuannya, Kim Yo Jong. Dia mengatakan bahwa Kim sendiri menderita demam saat memimpin kampanye anti-virus dan menyalahkan Korea Selatan.
Korea Utara mengklaim bahwa infeksi awalnya disebabkan oleh selebaran propaganda anti-Pyongyang dan barang-barang lainnya yang dibawa melintasi perbatasan dengan balon yang diluncurkan oleh aktivis Korea Selatan. Klaim tersebut digambarkan sebagai "konyol" dan tidak ilmiah oleh Korea Selatan.
Advertisement