Liputan6.com, Jakarta - Peningkatan angka inflasi bakal jadi dampak pasti dari kenaikan harga BBM Subsidi. Bahkan, kenaikan angka inflasi ini dipredikasi sulit untuk dikendalikan.
Ekonom dari Center of Reform on Economic (CORE) Indonesia Piter Abdullah mengatakan tak ada cara yang bisa efektif menambal dampak tersebut.
Advertisement
"Tidak ada cara yg diperkirakan bisa efektif menahan lonjakan inflasi kalau BBM subsidi dinaikkan. Solusi terbaik adalah tidak menaikkan harga BBM subsidi," ujar dia kepada Liputan6.com, Kamis (25/8/2022).
Piter melihat, kenaikan harga BBM seperti Pertalite mengerek inflasi di atas 6 persen. Bahkan prediksi Piter bisa mencapai 8 persen.
"Ketika itu terjadi daya beli masyarakat akan terpangkas, pertumbuhan ekonomi juga tertahan. Target pertumbuhan ekonomi pemerintah sulit tercapai," ujarnya.
"Bagi pekerja dan kelompok masyarakat bawah kenaikan inflasi umumnya tidak diiikuti kenaikan gaji, Daya beli mereka akan terpangkas, kesejahteraan menurun," tambahnya.
Jika dihadapkan pada dua pilihan, Piter menyampaikan kalau pemerintah seharusnya memilih menambah subsidi ketimbang bertaruh dengan dampak menaikkan BBM.
"Kalau saya, sebaiknya pemerintah tidak menaikkan harga BBM subsidi, APBN masih bisa menanggung nya," ujar dia.
Tak akan Stagflasi
Piter menyebut, ketika inflasi naik, daya beli masyarakat akan terpangkas. Jika digabung dengan kenaikan suku bunga, akan menahan konsumsi dan pertumbuhan ekonomi.
Kendati demikian ia tak menyebut Indonedia akan masuk ke stagflasi. Dimana kondisi perekonomian mengalami resesi sementara inflasi melonjak tinggi.
"Meskipun pertumbuhan ekonomi akan tertahan tapi saya perkirakan tidak akan sampai resesi. kenaikan suku bunga ini ditujukan untuk menahan lonjakan inflasi dengan mengurangi likuiditas di perekonomian," kata dia.
Dampak ini yang menurutnya tidak bisa terhindarkan jika pemerintah menaikkan harga BBM Subsidi. Ia juga tak memprediksi berapa lama efek domino ini akan dirasakan masyarakat.
Advertisement
Bank Indonesia Sudah Bersiap
Sementara itu, Piter tak menampik telah melihat sinyal-sinyal kuat kenaikan harga BBM Subsidi. Salah satunya langkah Bank Indonesia yang berencana menaikkan suku bunga acuan.
Tujuannya, untuk meredam inflasi yang meningkat yang diprediksi akibat dari naiknya harga BBM Subsidi.
"Seperti saya sampaikan dalam banyak kesempatan sebelumnya ada kemungkinan BI menaikkan suku bunga acuan apabila BI memperkirakan kedepan ada lonjakan inflasi yang dipicu oleh kenaikan harga bbm subsidi," kata dia.
"Saya menduga BI dalam hal sudah memperkirakan--atau sudah berkoordinasi--pemerintah akan menaikkan harga BBM subsidi," ujar dia.
Kenaikan suku bunga berperan untuk menahan lonjakan inflasi tidak terlalu tinggi. Dengan demikian kenaikan suku bunga memperkuat bahwa pemerintah akan menaikkan BBM Subsidi.
"Tapi dalam hitungan kami di CORE, kenaikan suku bunga acuan tidak akan mampu menahan lonjakan inflasi apabila harga BBM subsidi dinaikkan," pungkasnya.
Masih di Evaluasi
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Airlangga Hartarto mengatakan pemerintah masih membahas rencana kenaikan harga BBM atau Bahan Bakar Minyak. Saat ini pemerintah masih melakukan evaluasi sampai 2 hari kedepan.
"Terkait dengan evaluasi (harga BBM) masih dilakukan dalam 1-2 hari ini," kata Airlangga di Istana Negara, Jakarta, Rabu (24/8).
Hasil evaluasi tersebut kata dia akan dilaporkan terlebih dahulu kepada Presiden Joko Widodo. Baru setelahnya akan diambil keputusan bersama antara pemerintah dengan kepala negara.
"Minggu ini akan kami laporkan kepada presiden, akan dilaporkan terlebih dahulu," katanya.
Sebelumnya, Menteri Investasi Bahlil Lahadalia kembali memberikan sinyal kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) bersubsidi.
Dia menyebut tahun ini pemerintah telah mengalokasikan dana hingga Rp 502 triliun hanya untuk menahan kenaikan harga BBM dari harga keekonomiannya.
Advertisement