Harga BBM Pertalite Naik, Inflasi Bisa Sentuh 8 Persen

Jika dihadapkan pada dua pilihan, ekonom menyampaikan kalau pemerintah seharusnya memilih menambah subsidi ketimbang bertaruh dengan dampak menaikkan BBM.

oleh Arief Rahman H diperbarui 25 Agu 2022, 21:01 WIB
Sejumlah kendaraan mengisi bahan bakar minyak (BBM) di sebuah SPBU di Jakarta, Kamis (31/3/2022). PT Pertamina (Persero) akan memberlakukan tarif baru BBM jenis Pertamax menjadi Rp 12.500 pada 1 April 2022. (Liputan6.com/Herman Zakharia)

Liputan6.com, Jakarta - Peningkatan angka inflasi bakal jadi dampak pasti dari kenaikan harga BBM Subsidi. Bahkan, kenaikan angka inflasi ini dipredikasi sulit untuk dikendalikan.

Ekonom dari Center of Reform on Economic (CORE) Indonesia Piter Abdullah mengatakan tak ada cara yang bisa efektif menambal dampak tersebut.

"Tidak ada cara yg diperkirakan bisa efektif menahan lonjakan inflasi kalau BBM subsidi dinaikkan. Solusi terbaik adalah tidak menaikkan harga BBM subsidi," ujar dia kepada Liputan6.com, Kamis (25/8/2022).

Piter melihat, kenaikan harga BBM seperti Pertalite mengerek inflasi di atas 6 persen. Bahkan prediksi Piter bisa mencapai 8 persen.

"Ketika itu terjadi daya beli masyarakat akan terpangkas, pertumbuhan ekonomi juga tertahan. Target pertumbuhan ekonomi pemerintah sulit tercapai," ujarnya.

"Bagi pekerja dan kelompok masyarakat bawah kenaikan inflasi umumnya tidak diiikuti kenaikan gaji, Daya beli mereka akan terpangkas, kesejahteraan menurun," tambahnya.

Jika dihadapkan pada dua pilihan, Piter menyampaikan kalau pemerintah seharusnya memilih menambah subsidi ketimbang bertaruh dengan dampak menaikkan BBM.

"Kalau saya, sebaiknya pemerintah tidak menaikkan harga BBM subsidi, APBN masih bisa menanggung nya," ujar dia.

 


Tak akan Stagflasi

Pengendara mengisi BBM di SPBU Jakarta, Minggu (10/2). Hari ini BBM kembali diturunkan Pertamina adapun penurunan harga BBM ini, untuk wilayah Jabodetabek, harga Pertamax Turbo diturunkan dari Rp 12.000 jadi Rp 11.200 per liter.(Liputan6.com/AnggaYuniar)

Piter menyebut, ketika inflasi naik, daya beli masyarakat akan terpangkas. Jika digabung dengan kenaikan suku bunga, akan menahan konsumsi dan pertumbuhan ekonomi.

Kendati demikian ia tak menyebut Indonedia akan masuk ke stagflasi. Dimana kondisi perekonomian mengalami resesi sementara inflasi melonjak tinggi.

"Meskipun pertumbuhan ekonomi akan tertahan tapi saya perkirakan tidak akan sampai resesi. kenaikan suku bunga ini ditujukan untuk menahan lonjakan inflasi dengan mengurangi likuiditas di perekonomian," kata dia.

Dampak ini yang menurutnya tidak bisa terhindarkan jika pemerintah menaikkan harga BBM Subsidi. Ia juga tak memprediksi berapa lama efek domino ini akan dirasakan masyarakat.

 


Bank Indonesia Sudah Bersiap

Pengendara motor antre mengisi bahan bakar minyak (BBM) di SPBU Kelapa Dua, Jakarta , Kamis (14/4/2022). Pemerintah memberi sinyal akan menaikkan harga Pertalite dan solar. Hal ini menjadi langkah pemerintah dalam menghadapi dampak kenaikan harga minyak mentah dunia. (Liputan6.com/Johan Tallo)

Sementara itu, Piter tak menampik telah melihat sinyal-sinyal kuat kenaikan harga BBM Subsidi. Salah satunya langkah Bank Indonesia yang berencana menaikkan suku bunga acuan.

Tujuannya, untuk meredam inflasi yang meningkat yang diprediksi akibat dari naiknya harga BBM Subsidi.

"Seperti saya sampaikan dalam banyak kesempatan sebelumnya ada kemungkinan BI menaikkan suku bunga acuan apabila BI memperkirakan kedepan ada lonjakan inflasi yang dipicu oleh kenaikan harga bbm subsidi," kata dia.

"Saya menduga BI dalam hal sudah memperkirakan--atau sudah berkoordinasi--pemerintah akan menaikkan harga BBM subsidi," ujar dia.

Kenaikan suku bunga berperan untuk menahan lonjakan inflasi tidak terlalu tinggi. Dengan demikian kenaikan suku bunga memperkuat bahwa pemerintah akan menaikkan BBM Subsidi.

"Tapi dalam hitungan kami di CORE, kenaikan suku bunga acuan tidak akan mampu menahan lonjakan inflasi apabila harga BBM subsidi dinaikkan," pungkasnya.

 


Masih di Evaluasi

Petugas mengisi BBM pada sebuah mobil di salah satu SPBU, Jakarta, Selasa (1/3). Pertamina menurunkan harga bahan bakar minyak (BBM) umum Pertamax, Pertamax Plus, Pertamina Dex, dan Pertalite Rp 200 per liter. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Airlangga Hartarto mengatakan pemerintah masih membahas rencana kenaikan harga BBM atau Bahan Bakar Minyak. Saat ini pemerintah masih melakukan evaluasi sampai 2 hari kedepan.

"Terkait dengan evaluasi (harga BBM) masih dilakukan dalam 1-2 hari ini," kata Airlangga di Istana Negara, Jakarta, Rabu (24/8).

Hasil evaluasi tersebut kata dia akan dilaporkan terlebih dahulu kepada Presiden Joko Widodo. Baru setelahnya akan diambil keputusan bersama antara pemerintah dengan kepala negara.

"Minggu ini akan kami laporkan kepada presiden, akan dilaporkan terlebih dahulu," katanya.

Sebelumnya, Menteri Investasi Bahlil Lahadalia kembali memberikan sinyal kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) bersubsidi.

Dia menyebut tahun ini pemerintah telah mengalokasikan dana hingga Rp 502 triliun hanya untuk menahan kenaikan harga BBM dari harga keekonomiannya.

Infografis Ragam Tanggapan Siap-Siap Kenaikan Harga BBM Bersubsidi. (Liputan6.com/Abdillah)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya