6 Fakta Menarik Eswatini, Kerajaan di Afrika yang Punya 2 Ibu Kota

Kerajaan Eswatini memiliki fakta-fakta yang menarik untuk diulik, simak 6 fakta negara yang pemimpinnya mengunjungi Indonesia baru-baru ini.

oleh Elly Purnama diperbarui 26 Agu 2022, 08:32 WIB
Presiden Joko Widodo atau Jokowi menerima kunjungan Raja Eswatini, Raja Mswati III di Istana Merdeka Jakarta, Rabu (24/8/2022). (Foto: Biro Pers Sekretariat Presiden).

Liputan6.com, Jakarta - Pemimpin Kerajaan Eswatini, Raja Mswati III datang ke Istana Merdeka, Jakarta, menemui Presiden Joko Widodo, pada Rabu, 24 Agustus 2022. Pertemuan itu bukanlah yang pertama kalinya. Ia pernah mengunjungi Indonesia setidaknya enam kali.

Dalam pertemuan kali ini, kedua pemimpin negara membahas upaya peningkatan kerja sama ekonomi kedua negara. Dikutip dari kanal News Liputan6.com, Menteri Luar Negeri Retno Marsudi mengungkapkan bahwa pertemuan itu juga mengulas kemajuan dari pertemuan terakhir kedua pemimpin pada 2019, yakni adanya perusahaan wellness-spa Indonesia sudah membuka usaha di Eswatini.

"Rencananya Eswatini akan mengimpor kosmetik-kosmetik produk Indonesia," kata Retno. Kedua negara juga akan menandatangani kerja sama penguatan hubungan bilateral, terutama di bidang ekonomi. Retno juga mengungkapkan bahwa kunjungan itu dimanfaatkan Raja Mswati III untuk berlibur dan berwisata.

Selain cerita kunjungan di atas, belum banyak warga Indonesia yang familiar dengan negara yang terletak di selatan Afrika itu. Berikut adalah enam fakta menarik tentang kerajaan yang juga dikenal dengan nama Swaziland, seperti dirangkum Liputan6.com, dari beragam sumber.  

1. Punya 2 Ibu Kota

Kerajaan Eswatini adalah sebuah negara kecil di antara Afrika Selatan dan Mozambik. Kerajaan ini memiliki dua ibu kota. Ibu kota eksekutif dan pusat administrasi negara berada di Mbabane. Sedangkan, ibu kota legislatif Eswatini berada di Lobamba dan tempat kedudukan Raja Mswati III dan ibunya.

Sebelum menjadi Eswatini, negara ini bernama Swaziland. Namun, nama itu membuat Swaziland kerap disangka Swiss. Raja Mswati III lalu memutuskan mengubah nama menjadi Eswatini yang diartikan sebagai Tanah Swazi.

Dikutip dari BBC, perubahan nama menjadi Eswatini diumumkan pada April 2018 di sebuah stadion, tepat pada perayaan peringatan 50 tahun kemerdekaan Swaziland sekaligus menandai ulang tahun ke-50 sang raja. Namun, sejumlah individu mengkritik langkah tersebut karena diangggap dilakukan tanpa melewati prosedur konstitusional yang tepat.


2. Monarki Absolut

Ilustrasi Sabana (Photo by Magda Ehlers from Pexels)

Kerajaan Eswatini adalah salah satu monarki absolut terakhir yang tersisa di dunia, dikutip dari situs BBC. Raja memerintah dengan dekrit atau keputusan atas jutaan rakyatnya, yang sebagian besar tinggal di pedesaan dan mengikuti cara hidup tradisional.

Sang pemimpin, Raja Mswati III naik takhta pada 1986 saat ia berusia 18 tahun. Dia menggantikan ayahnya yang telah lama menjabat, Raja Sobhuza II, yang meninggal pada usia 82 tahun.

Raja yang dikenal sebagai Ngwenyama atau The Lion sering muncul di depan umum dalam pakaian tradisional. Statusnya sebagai raja absolut membuat apa yang raja katakan (keputusan) harus dilaksanakan.

3. Cagar Alam dan Taman Nasional

Negara Eswatini terkenal dengan keindahan alam liarnya. Cagar Alam Mlawula dan Taman Nasional Kerajaan Hlane menjadi habitat bagi beragam satwa, termasuk singa, kuda nil, dan gajah.

Melansir Thekingdomofeswatini.com, Taman Nasional Kerajaan Hlane adalah kawasan lindung terbesar di Eswatini. Badak dan gajah sering mengunjungi lubang air di Kamp Ndlovu, sementara singa – lambang kerajaan Eswatini – menempati area berpagar yang terpisah.

Sementara, Cagar Alam Mlawula merupakan sabana dan mosaik hutannya diapit Pegunungan Lubombo di sebelah timur dan Sungai Mbuluzi di sebelah utara. Mlawula menawarkan keanekaragaman hayati yang lebih besar daripada Hlane. Impala adalah mamalia yang paling melimpah, dengan zebra, rusa kutub, nyala, dan kuda sering terlihat.


4. Makanan Populer di Eswatini

Black Bean Avocado Salad.| Via: purewow.com

Sebuah negara pasti memiliki makanan khasnya masing-masing, begitu pula dengan Eswatini. Melansir dari Tasteatlas.com, sishwala, slaai, dan steak burung unta panggang karoo merupakan makanan yang paling terkenal di negara tersebut.

Sishwala adalah bubur tradisional yang berasal dari Eswatini. Bubur ini dibuat dengan kombinasi jagung kering, garam, air, dan kacang kering. Kacang harus direndam semalaman, lalu ditiriskan, ditutup dengan air, dan dibumbui dengan garam.

Makanan selanjutnya yaitu slaai, sejenis salad khas Eswatini. Meskipun tidak ada resep pasti, biasanya slaai dibuat dengan kombinasi potongan alpukat, kacang tanah yang dihancurkan, jus lemon, dan parutan jahe. Semua bahan kecuali kacang tanah yang dihancurkan dicampur menjadi satu.

Selain itu, ada steak burung unta panggang karoo. Bahan-bahan yang dibutuhkan untuk hidangan ini termasuk steak burung unta yang diiris tipis, irisan bawang bombay, anggur putih, krim kental, merica, buah juniper, jagung, anggur merah, dan labu.


5. Keluarga Raja

Ilustrasi Eswatini. (Image by jorono from Pixabay)

Keluarga raja termasuk keluarga besar. Raja Mswati III saat ini memiliki 15 istri. Jumlah itu bahkan tak ada apa-apanya dari jumlah istri yang dimiliki ayahnya selama memerintah. Raja Sobhuza II, menurut penulis biogafi resmi, memiliki 125 istri.

Praktik poligami itu membuat jumlah pangeran dan putri Eswatini banyak. Para anggota keluarga kerajaan biasanya mengenakan bulu merah di rambut mereka sebagai simbol status sosial.

6. Kebudayaan Tari

Tarian upacara membentuk bagian utama dari budaya Eswatini, dengan dua acara terpenting adalah Tari Buluh Umhlanga dan Incwala, dikutip dari Bigseventravel.com. Umhlanga dilakukan oleh wanita dan gadis yang belum menikah untuk Ibu Suri di desa kerajaan Ludzidzini.

Umhlanga berlangsung selama delapan hari. Tarian ini merupakan penghargaan untuk kesucian perempuan.

Berbeda dengan Umhlanga, Incwala dilakukan oleh pria yang memegang tombak dan perisai yang mengenakan pakaian tradisional. Pada dasarnya, tarian itu untuk menghormati raja dan mengakui posisinya di puncak hierarki Swati. Bagian terakhir dari upacara ini tidak hanya melibatkan raja dan keluarganya, tetapi juga kepala negara, gubernur, imam, dan tentara.

Infografis: Warisan Budaya Indonesia yang Sudah Diakui UNESCO

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya