Liputan6.com, D.C - Pada 28 Agustus 1963, Martin Luther King Jr menyampaikan pidatonya yang abadi sepanjang masa, "I Have a Dream" di kaki patung Abraham Lincoln 'Sang Pembebas Budak'.
"I have a dream that my four little children will one day live in a nation where they will not be judged by the color of their skin but by the content of their character."
Advertisement
"Aku punya mimpi, suatu hari nanti 4 anakku bisa hidup di sebuah negara di mana mereka dinilai tidak berdasarkan warna kulit, tapi oleh karakter mereka," kata dia seperti Liputan6.com kutip dari BBC, Minggu (28/8/2022).
Pidato itu disampaikan di hadapan sekitar 200 ribu orang. Di tengah salah satu demonstrasi terbesar dalam sejarah Amerika Serikat.
"Aku gembira kalian semua berkumpul di sini, di mana kita akan membuat sejarah baru, sebuah aksi demonstrasi terbesar sepanjang sejarah negara kita demi persamaan hak dan kebebasan," imbuh dia.
Tatkala Martin Luther King Jr bicara, persamaan hak dan kebebasan adalah sebuah utopia.
Diskriminasi rasial merajalela di AS. Warga Afro-Amerika tak mendapat kesempatan yang sama dengan saudara sebangsanya yang kulitnya terang.
Pemisahan hitam-putih diberlakukan: di pekerjaan, kesempatan dalam bidang ekonomi, sekolah, kendaraan, restauran, toko, pada apapun.
Ledakan Menewaskan 4 Gadis Muda
Kurang dari sebulan setelah King menyampaikan pidatonya, ledakan menewaskan 4 gadis muda di sebuah gereja di Birmingham. Ada banyak pekerjaan yang harus dilakukan. Mimpi itu masih jauh...
Kemudian, pada 1964, Martin Luther King Jr dianugerahi penghargaan Nobel Perdamaian. Tahun yang sama, AS membuat langkah maju yang signifikan dengan meloloskan UU Hak Sipil.
Namun, King bernasib tragis. Ia ditembak mati pada 4 April 1968. Guncangan dari kematiannya memicu kerusuhan dan bentrokan di berbagai kota di seluruh Amerika Serikat
Presiden kala itu, Lyndon B. Johnson, menyerukan hari berkabung nasional. Saat pemakaman salah satu sahabatnya, Benjamin Mays membacakan eulogi. "Martin Luther King Jr yakin Amerika akan bersatu. Ia percaya dinding pemisah yang ditegakkan oleh hukum, fakta adanya segregasi dan diskriminasi rasial dan warna kulit bisa dihancurkan. Seperti yang ia katakan dalam pidatonya Washington Monument.. "I have a dream".
Dan kini, 51 tahun berlalu, meski masih ada perselisihan rasial seperti yang terjadi di Ferguson, Missouri, mimpi King sudah menjadi kenyataan. Seorang Barack Obama bahkan bisa menjadi Presiden AS.
Advertisement
Sejarah Lain
Pidato King bukan satu-satunya peristiwa bersejarah di tanggal ini. Pada 28 Agustus 1916, Jerman menyatakan perang terhadap Rumania. Dan Italia menyatakan perang kepada Jerman.
Perang Dunia I melibatkan dua kekuatan besar dunia, yakni Sekutu (Britania Raya, Prancis, dan Rusia) dan Kekuatan Sentral (Jerman, Austria-Hongaria, dan Italia).
Pada 28 Agustus 1943, Denmark melancarkan serangan besar-besaran untuk melawan pendudukan kelompok Nazi yang dipimpin Adolf Hitler, di tengah kecamuk Perang Dunia II.
Baca Juga
29 November 2001: Akhir Hayat Gitaris Legendaris The Beatles George Harrison, Meninggal Akibat Kanker Tenggorokan
28 November 2014: Serangan Teroris Paling Berdarah Nigeria, Ledakan 3 Bom di Luar Masjid Bunuh 120 Orang
27 November 2000: Kematian Tragis Damilola Taylor, Bocah 10 Tahun yang Tewas Ditusuk Pisau Usai Pulang Sekolah