Alasan Kenapa Minyak Makan Merah Bisa Lebih Murah dari Minyak Goreng Sawit

Terkuak jika ada beberapa alasan harga minyak makan merah bisa lebih murah dari harga minyak goreng sawit.

oleh Arief Rahman H diperbarui 26 Agu 2022, 16:57 WIB
Pedagang menunjukkan minyak curah di Pasar Kebayoran Lama, Jakarta, Jumat (15/7/2022). Berdasarkan Sistem Pemantauan Pasar Kebutuhan Pokok (SP2KP) Kementerian Perdagangan, harga minyak goreng curah hari ini, Jumat (15/7/2022) berada di level Rp15.200 per liter secara nasional. Harga ini tercatat turun yakni Rp15.236 pada Kamis (14/7/2022). (Liputab6.com/Angga Yuniar)
Liputan6.com, Jakarta Menteri Koperasi dan UKM Teten Masduki menyebut harga jual minyak makan merah akan lebih murah dibanding minyak goreng curah atau kemasan sederhana. Minyak makan merah kemungkinan dijual Rp 9.000 per liter.
 
Terkuak jika ada beberapa alasan harga minyak makan merah bisa lebih murah dari harga minyak goreng sawit.
 
Itu karena proses produksi yang lebih singkat serta biaya produksi yang lebih murah. Kemudian, kapasitas produksi yang bisa dilakukan jauh lebih sedikit ketimbang minyak goreng pada umumnya.
 
Selain itu, distribusi yang lebih singkat karena pabriknya berada di setiap 1.000 hektar lahan kelapa sawit. Serta kapasitas produksi yang lebih kecil.
 
Jika minyak goreng biasa, diproduksi di pabrik besar dan berpusat di Pulau Jawa. Kemudian, baru diedarkan lagi ke daerah-daerah, langkah ini menjadi salah satu yang menentukan harga jual minyak goreng.
 
"Ini (minyak makan merah) kan terintegrasi, seriap 1.000 hektar ada 1 pabrik, dan bisa diedarkan tadi ke 2 kecamatan (sekitar pabrik). Jadi biaya logistik lebih murah, bisa optimis lebih murah," terang dia.
 
Teten menilai ini bisa menjadi solusi bagi masyarakat perihal keberadaan minyak goreng murah.
 "Pasti dibawah (harga) minyak goreng, di bawah Rp 14.000 per liter, harus dibawah, bisa Rp 9.000 (per liter). Murah lah ini solusi bagi masyarakat, solusi bagi petani, solusi bagi konsumen," ungkapnya dalam konferensi pers di Kementerian Koperasi dan UKM, Jumat (26/8/2022).
 
 
Deputi Bidang Pengawasan Pangan Olahan Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) Rita Endang mengatakan hingga kini masih dibahas perihal metode pengemasan minyak merah tersebut.
Namun, pihaknya melihat opsi menggunakan kemasan plastik karena lebih murah.
 
"Memang pada kunjungan kemarin desain kemasan belum dirancang, paling murah itu pouch, keamanan terhadap isi juga bisa dijamin, melihat solusi baik keamanan dan ketersediaan, pouch plastik paling murah, available banyak pabrik palstik di Indonesia," ungkapnya.
 
 

Pabrik Mulai Dibangun

Presiden Joko Widodo atau Jokowi meninjau proses penelitian minyak makan merah di Pusat Penelitian Kelapa Sawit (PPKS) Kampung Baru, Kota Medan, Kamis (7/7/2022). (Foto: Biro Pers Sekretariat Presiden).

 

Menteri Koperasi dan UKM Teten Masduki mengatakan pembangunan perdana pabrik minyak makan merah akan dilakukan pada Oktober 2022. Ini menyusul perintah Presiden Joko Widodo yang meminta percepatan realisasinya.

Pada tahap awal, ia menyatakan pembangunan pabrik akan dilakukan di Sumatera Utara. Ini juga menjadi lokasi uji coba untuk pengembangan teknologi pengolahan minyak makan merah.

"Jadi pak Presiden minta ada percepatan, jadi mungkin Oktober ini mulai bangun fisik, DED (Detail Engineering Design) selesai akhir bulan ini, langsung produksi mesinnya, jadi ada (produksi) CPO mini, ada pabrik pengolahan ke minyak makan merah," kata dia dalam konferensi pers di Kemenkop UKM, Jumat (26/8/2022).

Menteri Teten mengatakan kedepannya pembangunan pabrik akan dilakukan di setiap titik-titik perkebunan kelapa sawit. Misalnya, kebun dengan luasan 1.000 hektar.

"Ini akan menggandeng pembiayaan selain dari pembiayaan LPDB, dan pembangunan fisik oleh BPDPKS. Ini investasinya Rp 23 miliar, untuk (produksi) 10 ton," kata dia.

Rp 23 miliar ini merupakan biaya produksi minyak makan merah dengan kapasitas 10 ton per hari per pabrik. Namun, Menteri Teten belum mengungkap biaya pembangunan pabriknya tersebut.

Mengacu catatan Liputan6.com, Asosiasi Petani Kelapa Sawit Indonesia (Apkasindo) menghitung, biaya pembangunan pabrik sekitar Rp 143 Miliar untuk 1 pabrik.

 


Bisa Dibangun Koperasi

Presiden Joko Widodo meninjau proses penelitian minyak makan merah di Pusat Penelitian Kelapa Sawit (PPKS), Kampung Baru, Kota Medan.

Lebih lanjut, Menteri Teten mengatakan koperasi juga bisa membangun secara mandiri pabrik tersebut. Kemudian mulai memproduksi dari kebun sawit yang dimiliki koperasi tersebut.

"Koperasi yang sudah punya kebun sendiri, ada 2 ribu - 3 ribu hektar, punya financial sendiri kalau bangun pabrik juga bisa," kata dia.

Di sisi lain, Menteri Teten menyampaikan, kalau balik modal biaya pembangunan ini bisa dicapai dalam 3-4 tahun. Sehingga, membuka juga peluang pembiayaan dari perbankan.

"ROI-nya (Return of Investment) 4 atau 3 tahun, bahkan sampai 6 tahun pun bank biasanya masih menyediakan," ujarnya.

"Bahkan koperasi juga kan punya anggota usaha mikro, mereka jual ke anggotanya juga sudah menguntungkan," tambah Menteri Teten.


Sosialisasi

Menteri Koperasi dan UKM Teten Masduki dalam konferensi pers terkait minyak makan merah di Kemenkop UKM, Jumat (26/8/2022).

Menteri Teten mengatakan pihaknya akan menggandeng juru masak atau chef untuk sosialisasi kepada masyarakat. Tujuannya memberi pemahaman pada masyarakat bahwa minyak makan merah aman untuk digunakan.

"Ini arahan juga dari Presiden, karena warnanya merah, nanti orang takut, kita akan bikin sosialisasi minyak makan ini sehat juga dengan para chef, goreng-goreng lah nanti. Pak presiden juga sudah melihat ini dipakai goreng tempe dan tempenya tidak jadi merah, ayam goreng juga tidak jadi merah," tuturnya.

"Itu memang warna sawit, selama ini kan (minyak goreng) dibleeching, ini betul-betul bisa sehat rakyat kita," tambah dia.

Infografis Pemicu Harga Minyak Goreng Melonjak (Liputan6.com/Triyasni)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya