Liputan6.com, Jakarta - Menteri Koperasi dan UKM Teten Masduki menegaskan produksi minyak makan merah hanya dilakukan UMKM dan Koperasi. Artinya, ia melarang korporasi besar untuk ikut serta dalam mengembangkan minyak makan merah.
Ia menyampaikan, kalau pembangunan minyak makan merah ini merupakan afirmasi Presiden Joko Widodo untuk petani sawit. Dengan begitu, petani tak hanya menjual tandan buah segar (TBS) sawit, tapi juga produk turunannya.
Advertisement
"Supaya mereka tidak lagi hanya menjual sawitnya tap mereka bisa melakukan hilirisasi memproduksi M3 (minyak makan merah) sehingga mereka bisa meningkat nilai tukar petani bisa sejahtera," kata dia kepada wartawan di Kantor Kementerian Koperasi dan UKM, Jumat (26/8/2022).
Untuk itu, ia menegaskan hal ini perlu diperketat penjagaannya. Termasuk dari sisi standardisasi dan izin edar.
"Karena itu memang ini harus diproteksi, ini saya tegaskan kepada BSN dan BPOM bahwa kebijakan afirmatif ini harus protektif, sebab kalau yg industri besar diberikan izin juga memproduksi ini ya pasti matilah pabrik rakyat ini," katanya menjabarkan.
Dengan begitu, harapannya akan bisa berpengaruh terhadap nilai tukar petani. Karena ada tambahan dari penjualan produk selain dari TBS.
Lalu, pembangunan pabrik minyak makan merah berbasis koperasi juga dinilai tak akan mengancam industri minyak goreng besar. Fokusnya mengarah konsumen menengah kebawah.
"Saya kira pasarnya berbeda, minyak goreng berbeda, bahkan mereka juga, sehingga nanti yang industri besar ekspor minyak gorengnya keluar negeri nggak akan mengganggu," kata dia.
Izin Edar
Izin edar juga jadi perhatian Menteri Teten untuk minyak makan merah ini. Ia meminta BPOM hanya mengeluarkan izin edar bagi koperasi.
Upaya ini menjadi langkah untuk memproteksi usaha koperasi di minyak makan merah. Sehingga penjualan produknya tidak dicaplok oleh korporasi.
"Ya ini kita lagi atur, kan izin edarnya nanti hanya untuk M3 untuk koperasi petani. Sampe sekarang arahan presiden seperti itu, udah lah yang gede kan banyak, sekali-kali lah kasih," terang dia.
Advertisement
Dijual Rp 9.000 per Liter
Menteri Koperasi dan UKM Teten Masduki menyebut harga jual Minyak Makan Merah akan lebih murah dibanding minyak goreng curah atau kemasan sederhana. Minyak makan merah kemungkinan dijual Rp 9.000 per liter.
Angka ini bisa dicapai karena proses produksi yang lebih singkat serta biaya produksi yang lebih murah. Kemudian, kapasitas produksi yang bisa dilakukan jauh lebih sedikit ketimbang minyak goreng pada umumnya.
"Pasti dibawah (harga) minyak goreng, dibawah Rp 14.000 per liter, harus dibawah, bisa Rp 9.000 (per liter). Murah lah ini solusi bagi masyarakat, solusi bagi petani, solusi bagi konsumen," ungkapnya dalam konferensi pers di Kementerian Koperasi dan UKM, Jumat (26/8/2022).
Ia menjabarkan, harga bisa lebih murah karena diatribusi yang juga lebih singkat karena pabriknya berada di setiap 1.000 hektar lahan kelapa sawit. Serta kapasitas produksi yang lebih kecil.
Jika minyak goreng biasa, diproduksi di pabrik besar dan berpusat di Pulau Jawa. Kemudian, baru diedarkan lagi ke daerah-daerah, langkah ini menjadi salah satu yang menentukan harga jual minyak goreng.
"Ini (minyak makan merah) kan terintegrasi, seriap 1.000 hektar ada 1 pabrik, dan bisa diedarkan tadi ke 2 kecamatan (sekitar pabrik). Jadi biaya logistik lebih murah, bisa optimis lebih murah," terang dia.
Pada kesempatan yang sama Deputi Bidang Pengawasan Pangan Olahan Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) Rita Endang mengatakan metode pengemasannya masih dalam tahap diskusi. Namun, pihaknya melihat opsi menggunakan kemasan plastik karena lebih murah.
"Memang pada kunjungan kemarin desain kemasan belum dirancang, paling murah itu pouch, keamanan terhadap isi juga bisa dijamin, melihat solusi baik keamanan dan ketersediaan, pouch plastik paling murah, available banyak pabrik palstik di Indonesia," ungkapnya.
Sosialisasi
Sementara itu, Menteri Teten mengatakan pihaknya akan menggandeng juru masak atau chef untuk sosialisasi kepada masyarakat. Tujuannya memberi pemahaman pada masyarakat bahwa minyak makan merah aman untuk digunakan.
"Ini arahan juga dari Presiden, karena warnanya merah, nanti orang takut, kita akan bikin sosialisasi minyak makan ini sehat juga dengan para chef, goreng-goreng lah nanti. Pak presiden juga sudah melihat ini dipakai goreng tempe dan tempenya tidak jadi merah, ayam goreng juga tidak jadi merah," tuturnya.
"Itu memang warna sawit, selama ini kan (minyak goreng) dibleeching, ini betul-betul bisa sehat rakyat kita," tambah dia.
Advertisement