Liputan6.com, Jakarta Menghadapi dunia yang saat ini tengah menghadapi tantangan yang disebut The Perfect Storm atau 5C, Indonesia punya ketahanan yang baik dimana pertumbuhan ekonomi sebesar 5,44 persen (yoy) pada Triwulan II 2022.
Kasus Covid-19 sendiri di beberapa negara tercatat masih cukup tinggi. Di Amerika Serikat masih sekitar 100.000 kasus, Jepang 200.000 kasus, Prancis 90.000 kasus, sedangkan di Indonesia kurang dari 5.000 kasus.
Advertisement
Berdasarkan hasil sero survei yang dilakukan oleh Pemerintah di periode November hingga Desember 2021, sebanyak 86,6 persen penduduk di Indonesia telah memiliki antibodi terhadap Covid-19.
Selain pandemi Covid-19, konflik Ukraina dan Rusia juga berdampak pada meningkatnya commodity price baik pangan maupun energi yang sekaligus juga menyebabkan meningkatnya cost of living dan inflasi. Inflasi di Amerika Serikat saat ini berada di 8,5 persen, negara-negara di Eropa rata-rata berada di atas 8,5 persen, sedangkan inflasi Indonesia sendiri sampai bulan Juli tahun ini masih relatif terkendali di 4,94 persen.
“Indonesia mampu menangani pandemi dengan bantalan atau shock absorber yaitu APBN. Indonesia termasuk ke dalam upper middle income country dan tidak seperti negara lain yang memiliki saving, sehingga Pemerintah memberikan perlindungan sosial dan subsidi untuk masyarakat,” ungkap Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto saat menjadi Distinguished Guest Speaker pada acara seminar UPH Festival 2022 dengan tema “Change Mind and Hearts” di Grand Chapel Universitas Pelita Harapan, seperti ditulis Sabtu (27/8/2022).
Lebih lanjut, Menko Airlangga mengatakan bahwa di tahun 2035 Indonesia akan menghadapi bonus demografi dan ini menjadi momentum bagi Indonesia untuk meningkatkan kesejahteraannya.
“Kenapa kita ingin mencapai pendapatan perkapita USD12,000 pertahun atau masuk menjadi negara maju? Karena kita ingin menjadi negara yang sejahtera sebelum tua,” tutur Menko Airlangga.
Butuh Talenta Digital
Untuk dapat mencapai hal tersebut, dewasa ini yang menjadi game changer adalah transformasi digital. Hingga tahun 2030, Indonesia diperkirakan membutuhkan talenta digital sebanyak 9 juta orang.
Pengembangan keterampilan digital diperkirakan akan memberikan kontribusi senilai Rp4.434 triliun kepada PDB di tahun 2030 atau setara dengan 16 persen dari PDB.
Pemerintah juga telah memberikan dukungan pengembangan talenta digital melalui berbagai program seperti Kartu Prakerja, Gerakan Nasional Literasi Digital, Digital Talent Scholarship, Digital Leadership Academy, dan Sea Labs Academy.
“Dalam perjalanan panjang, kita harus selalu berubah. Saya yakin basis dari perguruan tinggi bisa membuat kita beradaptasi. Bahkan bukan hanya adaptasi tapi transformasi,” tutup Menko Airlangga.
Turut hadir dalam kesempatan tersebut antara lain Menteri Komunikasi dan Informatika serta Direktur Jenderal Amerika dan Eropa Kementerian Luar Negeri.
Advertisement