Jeju Terapkan Sistem Otorisasi Perjalanan Elektronik bagi Wisman per 1 September 2022

Selama ini, wisman yang datang dari negara bebas visa ke Pulau Jeju di Korea Selatan dibebaskan dari sistem otorisasi perjalanan elektronik (e-travel).

oleh Dyah Ayu Pamela diperbarui 27 Agu 2022, 20:06 WIB
Pejalan kaki berjalan di depan puncak Hallasan, atau gunung Halla, di pulau Jeju, Korea Selatan (9/5/2019). Pulau Jeju adalah satu-satunya provinsi berotonomi khusus Korea Selatan. (AFP Photo/Ed Jones)

Liputan6.com, Jakarta - Pulau Jeju di Korea Selatan akan mengadopsi sistem otorisasi e-travel untuk kedatangan warga asing dari negara-negara bebas visa mulai bulan depan, menurut para pejabat yang dikutip dari The Korean Times, Sabtu (27/8/2022). Rencana untuk memberlakukan Korea Electronic Travel Authorization (K-ETA) muncul setelah ratusan turis Thailand baru-baru ini memasuki Jeju menghilang atau ditolak masuk, karena dugaan upaya overstay.

Pemerintah Seoul sejauh ini mengecualikan kedatangan warga asing melalui Bandara Internasional Jeju dari K-ETA, dengan pertimbangan bahwa Jeju adalah tempat wisata. Namun mulai Kamis, 1 September 2022, warga dari 112 negara bebas visa, termasuk Thailand, harus mendapatkan ETA online sebelum bepergian, menurut Kementerian Kehakiman.

K-ETA adalah otorisasi perjalanan elektronik online yang harus diperoleh pengunjung asing dari negara bebas visa sebelum memasuki negara tersebut untuk berwisata, mengunjungi kerabat, atau bisnis. Mereka wajib mengirimkan informasi pribadi dan informasi lainnya melalui situs web atau aplikasi seluler.

Korea pertama kali memperkenalkan K-ETA pada September tahun lalu untuk 112 negara yang memiliki perjanjian bebas visa atau pengaturan serupa lainnya untuk mengizinkan masuk tanpa visa. Langkah ini bertujuan untuk menyaring orang asing yang masuk untuk mengambil keuntungan ilegal dari program bebas visa, kata kementerian itu.

Dari 1.504 warga negara Thailand yang tiba di Bandara Internasional Jeju dari Bangkok melalui penerbangan langsung Jeju Airlines antara 2--22 Agustus 2022, 855 ditolak masuk dan dipaksa pulang, kata kementerian itu.

"Dari 649 orang lainnya yang memasuki negara itu untuk program wisata tiga hari, 101 memisahkan diri dari kelompok wisata mereka dan menghilang," kata pejabat setempat.

 


Dari Tempat Pengasingan hingga Pembantaian

Pejalan kaki di tempat istirahat dekat puncak Hallasan, atau gunung Halla, di pulau Jeju, Korea Selatan (9/5/2019). Karena iklimnya yang baik, pulau ini ditumbuhi lebih dari 1.700 jenis tanaman, sehingga Jeju dijuluki sebagai "Pulau Botani" karena kekayaan floranya. (AFP Photo/Ed Jones)

Dikutip dari laman wikivoyage, Jeju menjadi tempat peninggalan prasejarah yang dahulunya bernama Tamna sejak 38 SM. Pulau ini merupakan rute perdagangan laut Baekje, Silla, dan Goguryeo dari Tiga Kerajaan Korea di ujung utara. Di awal abad ke-12 masa Sukjong dari Goryeo (1105) ketika Tamna sepenuhnya kehilangan status independennya da nada di bawah kendali namanya diubah menjadi Jeju.

Selama invasi Yuan Mongolia, Jeju berfungsi sebagai pos terdepan terakhir untuk protes anti-Yuan. Namun, Yuan menggagalkan perlawanan lebih lanjut, mengendalikan pulau pegunungan dengan maksud untuk membiakkan kuda untuk invasi yang direncanakan ke kepulauan Jepang. Saat ini, kawasan hutan besar Gunung Hallasan (300m-800m) berubah menjadi sabana.

Selama pemerintahan Dinasti Joseon (1392-1910), Jeju sebagian besar digunakan sebagai tempat pengasingan. Melihat lokasinya yang strategis, penjajah Jepang memanfaatkan pulau Jeju sebagai pangkalan militer, merekrut orang Jeju sebagai pekerja paksa, dan membangun terowongan bawah tanah sebagai tempat perlindungan bila AS menyerang. Beberapa terowongan itu masih dapat dikunjungi di pulau itu.

Pulau itu juga menyimpan sejarah kelam selama Pemberontakan Jeju pada 1948--1949. Terjadi pembantaian massal ketika pemberontak komunis bangkit melawan pemerintah yang didukung AS dan pemisahan Korea sebagai dua negara yang terpisah. Antara 14 ribu hingga 30 ribu warga atau sekitar 10 persen populasi terbunuh saat pasukan pemerintah membantai seluruh desa dan pemberontak memaksa penduduk desa untuk pindah ke gua gunung untuk bersembunyi dari polisi.


Warisan Dunia UNESCO

Patroli penjaga pantai mencari pesawat jatuh Asiana Airlines di Pulau Jeju Korea Selatan. (AP)

Pada 2006, pemerintah meminta maaf dan sekarang mendukung Jeju sebagai 'pulau damai'. Peristiwa itu kini selalu diperingati setiap 3 April, yakni tanggal dimulainya pemberontakan, di taman perdamaian 4.3 di Bonggae-dong, Kota Jeju.

Pulau Jeju memiliki tiga situs Warisan Dunia UNESCO berupa kuda, gunung, gua tabung lava, dan air terjun bersama samudra biru jernih yang menghiasi pantainya. Ada pula museum dan taman hiburan di situs tersebut.

Salah satu situs UNESCO adalah Haenyeo, yakni penyelam wanita Jeju. Hasil panen mereka sangat terkenal, yakni tiram, abalon, kerang, rumput laut, dan kehidupan laut lainnya, dan sejarahnya dipamerkan di Museum Haenyeo di pulau itu.  

Pemerintah Korea Selatan memanfaatkan potensi pariwisata itu yang dikelola oleh Korean National Tourism Corporation (KNTC). Badan itu dibentuk pada 1962 untuk memantau dan mengatur pariwisata internal dan eksternal. KNTC kemudian berganti nama menjadi Korean National Tourism Organization (KNTO).

Korea Selatan tidak memiliki sumber daya alam yang melimpah, sehingga pariwisata menjadi entitas yang menghasilkan pendapatan nasional Korea Selatan, khususnya di Pulau Jeju. Pariwisata terbukti bermanfaat dan menjadi kontributor pertumbuhan ekonomi. 


Letusan Gunung

Pemandangan udara Seongsan Ilchulbong, atau 'Puncak Matahari Terbit', formasi batuan vulkanik di pulau Jeju, Korea Selatan (10/5/2019). Pulau Jeju adalah pulau terbesar di Korea dan terletak di sebelah selatan Semenanjung Korea. (AFP Photo/Ed Jones)

Para penggemar drama Korea familiar dengan Jeju sebab tempat wisata ini kerap jadi lokasi syuting. Ternyata, keindahan pulau Jeju terbentuk dari letusan gunung berapi bawah laut sekitar dua juta tahun lalu. Pulau seluas 73 km ini berisi Situs Warisan Dunia alami, yaitu Pulau Vulkanik Jeju dan Tabung Lava.

Pulau Jeju memiliki iklim, relatif sedang tidak terlalu dingin. Sekalipun di musim dingin, suhu jarang turun di bawah 0 derajat Celcius. Jeju merupakan tujuan liburan yang populer dan sebagian besar ekonomi bergantung pada pariwisata dan kegiatan ekonomi terkait di pulau tersebut. 

Pulau Jeju juga memiliki bentuk oval 73 km, kemiringannya landai di sekitar Gunung Halla berada di tengahnya. Di ujung utara Pulau Jeju terdapat Pantai Kimnyeong, ujung selatan Gunung Songak, ujung barat Suwolbong, dan ujung timur Seongsan Ilchulbong. Pulau Jeju juga sering dibandingkan dengan Hawaii sebagai tujuan musim dingin untuk turis Asia yang mencari cuaca hangat dan pantai yang indah.

Infografis Destinasi wisata berkelanjutan di Indonesia dan dunia (Liputan6.com/Triyasni)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya