Kirab Merah Putih, Kapolri: Jaga Semangat Persatuan Menuju Indonesia Emas 2045

Sigit menegaskan, semangat persatuan dan kesatuan harus tetap dijaga. Apalagi, saat ini seluruh dunia dihadapkan dengan ancaman krisis pangan dan energi.

oleh Liputan6.com diperbarui 28 Agu 2022, 19:30 WIB
Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo saat menyampaikan sambutan pada acara Kirab Merah Putih di Bundaran Hotel Indonesia (HI), Jakarta, yang dihadiri puluhan ribu orang, Minggu (28/8/2022) pagi. (Ist)

Liputan6.com, Jakarta Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo menyerukan kepada seluruh elemen bangsa untuk semangat menjaga dan menjunjung tinggi rasa persatuan dan kesatuan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).

Hal tersebut digelorakan Kapolri saat menyampaikan sambutan pada acara Kirab Merah Putih di Bundaran Hotel Indonesia (HI), Jakarta, yang dihadiri puluhan ribu orang, Minggu (28/8/2022) pagi.

"Mari kita jaga semangat persatuan dan kesatuan. Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) adalah harga mati. Oleh karena itu semangat ini harus terus kita jaga. Kita antar Indonesia menuju visi Indonesia Emas 2045, merdeka, merdeka, merdeka," kata Sigit dalam sambutannya.

Dalam kesempatan ini, Sigit pun berkilas balik soal semangat persatuan dan kesatuan para pendiri serta pejuang bangsa, ketika itu saat berjuang merebut kemerdekaan Indonesia. Para pemuda dan tokoh bangsa ketika itu, kata Sigit, sempat terpecah karena adanya politik pecah belah atau dikenal Divide et Impera.

Namun, ditekankan Sigit, dengan adanya rasa semangat dan kemauan bersama antar lintas elemen bangsa ketika itu, mulai dari pemuda, tokoh, hingga ulama, akhirnya Indonesia berhasil merebut kemerdekan dan mendeklarasikannya pada 17 Agustus 1945.

"Alhamdulillah dengan persatuan dan kesatuan yang bersama-sama kita lakukan pada saat itu dari seluruh pelosok negeri. Maka pada tanggal 17 Agustus 1945 dipimpin Bung Karno dan Bung Hatta kita menyatakan proklamasi kemerdekaan. Tentunya semangat itulah yang harus kita jaga, semangat persatuan dan kesatuan," ujar Sigit.

Pasca-kemerdekaan, Sigit mengungkapkan, masih ada pihak yang mencoba untuk merusak Pancasila, NKRI, dan Bhinneka Tunggal Ika, namun semua upaya tersebut bisa dikalahkan dengan adanya semangat persatuan dan kesatuan.

"Beberapa kali upaya untuk mengubah bangsa kita. Namun bisa kita buktikan bahwa yang namanya Pancasila, yang namanya NKRI, yang namanya bendera merah putih, yang namanya Garuda Pancasila, yang namanya Bhinneka Tunggal Ika sampai saat ini tetap melekat di hati sanubari kita semua. Ini adalah tugas kita untuk terus menjaga persatuan dan kesatuan," ucap Sigit.

Di era saat ini, mantan Kabareskrim Polri ini juga menekankan, persatuan dan kesatuan masih menjadi kunci dan modal utama bagi Bangsa Indonesia dalam menghadapi segala macam permasalahan maupun tantangan yang ada. Keberhasilan persatuan itu, kata Sigit, contoh konkretnya adalah dalam hal pengendalian pandemi Covid-19.

"Alhamdulillah berkat persatuan dan kesatuan yang kita lakukan bersama menghadapi Covid-19, kita segera terbebas. Dan Indonesia dengan kecepatannya dalam kegiatan vaksinasi pada saat itu dan saat ini, kita sudah mencapai 434 juta. Indonesia jadi negara nomor 4 atau nomor 5 dalam vaksinasi terbesar diseluruh dunia. Ini semua bisa terjadi karena persatuan dan kesatuan," tutur Sigit.

Berkat saling mendukung serta bergandengan tangan dalam penanganan Pandemi Covid-19, diungkapkan Sigit, Indonesia dewasa ini pertumbuhan perekonomiannya terus bertumbuh di angka 5,44 persen.

"Karena persatuan dan kesatuan pula lah Indonesia bisa bangkit, ekonomi kita, pertumbuhan ekonomi kita saat ini berada di angka 5,44 persen. Kenapa ini saya sampaikan, karena negara lain, negara tetangga kita, negara-negara maju rata-rata di bawah 3 persen. Indonesia bisa unggul di angka 5,44 persen. Itu bisa terjadi karena kita bersatu," tegas Sigit.

Oleh karena itu, Sigit menegaskan, semangat persatuan dan kesatuan harus tetap dijaga. Apalagi, saat ini seluruh dunia termasuk Indonesia dihadapkan dengan ancaman terjadinya krisis pangan dan energi. Belum lagi efek domino terjadinya konflik Rusia dan Ukraina.

Di dalam negeri, Sigit memaparkan, perhelatan Pemilihan Umum (Pemilu) 2024 juga harus dikawal dengan semangat persatuan dan kesatuan seluruh elemen bangsa. Hal itu tentu berkaca dari apa yang terjadi pesta demokrasi di tahun 2019 lalu. Dimana, hoaks, ujaran kebencian, polarisasi serta munculnya politik identitas.

"Hal ini tentunya kita semua sepakat bahwa di tahun 2024, kita ingin para pemimpin nasional nanti akan membawa semangat untuk bisa membangun, akan mau mewujudkan dan menunjukkan program-programnya untuk bisa menyejahterakan masyarakat. Dan tentunya yang paling penting adalah jangan menggunakan politik yang bisa mengakibatkan terjadinya polarisasi bangsa. Karena kita harus ingat bahwa di atas semuanya, persatuan dan kesatuan harus kita jaga. Di atas semuanya yang namanya Pancasila harus tetap kita pertahankan," papar Sigit.

"Di atas semuanya, Negara Kesatuan Republik Indonesia adalah harga mati. Oleh karena itu kita tentu ingin mendorong siapapun yang pantas nanti ke depan untuk memimpin bangsa tapi syaratnya dia harus bisa menjaga persatuan dan kesatuan," Sigit menekankan.

 


Menyiapkan SDM yang Unggul

Lebih dalam, Sigit juga berharap, di tahun 2030 mendatang dimana bonus demografi yang dihadapi oleh Indonesia, dapat dijadikan hal yang menguntungkan demi menyiapkan SDM-SDM bangsa yang unggul. Sehingga, mampu mewujudkan harapan untuk melakukan lompatan jauh menjadikan Indonesia sebagai negara yang modern dan maju.

"Tentu pilihan kita adalah bagaimana menjaga persatuan dan kesatuan ini untuk bersama-sama bergandeng tangan, berjabat tangan, rapatkan barisan, bersama-sama kita berjuang berhadapan dengan persaingan yang kita lakukan untuk membawa Indonesia bisa berada di posisi maju, berada di posisi yang lebih baik dibandingkan dengan negara-negara lain," kata Sigit.

Pemerintah, kata Sigit, saat ini terus mendorong hilirisasi industri demi kesejahteraan rakyat Indonesia. Pasalnya, seluruh kekayaan alam dikelola untuk kepentingan warga serta terjadinya pemerataan perekonomian di seluruh wilayah Indonesia.

"Ini bukan sekedar cita-cita. Ini bisa kita wujudkan karena kita memiliki negeri yang sangat kaya dengan keberagaman, negeri yang sangat kaya sumber daya alam, negeri yang kaya dengan kekuatan toleransi, kekuatan kerjasama, kekuatan kita untuk mengelola apa yang kita miliki untuk bisa menjadi negara yang lebih baik," ujar Sigit.

Dengan begitu, Sigit menyebut, di tahun 2045 mendatang, diharapkan para generasi bangsa saat ini mampu membawa Negara Indonesia jauh lebih baik dengan semakin memakmurkan dan mensejahterahkan rakyat Indonesia

"Oleh karena itu, sekali lagi mari kita jaga semangat persatuan, kita hindari polarisasi kita tunjukan bahwa Indonesia adalah negara besar, negara yang mampu memimpin, negara yang mampu berada di urutan atas dibandingkan negara maju yang lain yang ada di dunia. Itu semua bisa kita lakukan kalau kita bersatu. Oleh karena itu semangat ini harus terus kita jaga," tutup Sigit.

 

 

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya