Liputan6.com, Jakarta - Pemain film dan sinetron Aliando Syarief sempat menghebohkan publik setelah mengungkapkan dirinya mengidap kondisi Obsessive Compulsive Disorder (OCD). Hal itu diungkapkan Aliando saat live Instagram pada awal tahun ini.
Aliando menjelaskan, alasan sempat menghilang dari dunia hiburan bukan karena mengidap OCD. Namun, ada hal lain yang ternyata merupakan penyebab dirinya menderita gangguan mental.
"Jujur, bukan karena penyakit OCD gue menghilang, OCD hanyalah dampak dari masalah ini," kata Aliando dikutip dari kanal YouTube Ricky Cuaca, Minggu, 28 Agustus 2022. "Ini kriminalitas, jadi ada kasus kriminal yang terjadi di rumah gue, habis itu terkena lah gue OCD," sambungnya.
Baca Juga
Advertisement
Aliando tidak bisa menjelaskan detail permasalahan yang dialami. Pria yang akrab disapa Ali ini hanya menceritakan bahwa saat itu dirinya seperti mengalami kekerasan domestik.
"Kalau bisa dibilang, kasus gue ini hampir ada namanya domestic abuse, kayak gue dipaksa untuk bekerja, menduiti mereka, kalau enggak, gue disiksa," ungkapnya.
Aliando perlahan mulai sadar bahwa orang tersebut telah menghasutnya dan memutuskan untuk meninggalkannya. "Gue salah juga, seneng mau terima orang begitu," kata Ali.
Ali menjelaskan ia mengalami OCD ekstrem yang membuatnya tidak bisa melakukan apa-apa. Ia pun menunjukkan drum beserta stik yang ada di sebelahnya, yang dianggap sebagai salah satu terapi baginya.
"Cukup mengganggu karena itu dulu pernah kena kelas 2 SD, tapi balik lagi umur 25 sekarang. Waktu SD tuh udah selesai OCD-nya, habis itu kena OCD lagi baru 2019 akhir kemarin," kata Aliando.
"Campur aduk ya, kita kayak berantem sama diri sendiri karena pikiran buruk itu ingin menguasai pikiran kita, otak kita gitu. Jadi kita harus lawan," tambahnya. Dalam kesempatan yang sama, Aliando juga mengungkapkan OCD yang dirasakannya tidak main-main efeknya.
Mengontrol Emosi
Sejak mengidap 'Obsessive Compulsive Disorder', pemilik nama lengkap Muhammad Ali Syarief kni mengakui terkadang menjadi lepas emosi. Ia pun belajar untuk menahan dengan cara mencari titik pemicu dan berusaha menenangkannya.
"Kalau marah itu kita kena beberapa lapis. Ibarat ada tujuh, paling nyampainya lima, jadi ada dua yang bisa kita pikirin dan kita kontrol. Itu yang kita cari tahu, coba ditenangin, dicari masalahnya dan dipikirin dengan baik," terang aktor yang angkat nama lewat sinetron Ganteng-Ganteng Serigala ini.
Ali juga menyebutkan OCD yang dirasakannya selama dua tahun ini termasuk ekstrem karena gejalanya lebih dari penderita biasa. Ia pun berpesan untuk tidak segan berkonsultasi apabila memiliki OCD. "Kalau OCD itu mereka kalau melihat buku nggak rapi, nggak enak ditutup lagi. Tapi ini lebih, masa mandi aja harus gue hitung rambut. Kan, kacau gitu," jelasnya.
Dengan kembalinya Aliando di industri hiburan setelah kondisinya sudah lebih membaik, pemuda 25 tahun tersebut belajar untuk lebih mengontrol emosi marah. "Emosi tuh bentuknya macam-macam ada marah, ada sedih, nah yang sering muncul itu marah yang nggak gue panggil tiba-tiba menyerang orang-orang dan nggak mau gue rasain. Jadi itu yang gue atur," tutup Aliando.
Advertisement
Gejala OCD
Lalu, apa sebenarnya dan seperti apakah OCD itu dan bagaimana cara mengatasinya? Mengutip laman Mayo Clinic, OCD menyebabkan pola pikir dan ketakutan yang tidak diinginkan, yang berujung pada obsesi dan membuat Anda melakukan perilaku berulang (kompulsif).
Hal tersebut bisa mengganggu aktivitas sehari-hari dan menyebabkan penderitaan yang cukup signifikan. Bahkan, saat seseorang berusaha mengabaikan OCD yang dialaminya, maka yang terjadi justru sebaliknya, tekanan dan kecemasan bisa meningkat.
OCD sering berpusat pada tema tertentu. Misalnya, ketakutan berlebihan akan kuman. Untuk meredakan ketakutan tersebut, Anda bisa mencuci tangan berlebihan hingga terasa sakit dan pecah-pecah. Tak hanya itu, gejala lainnya dapat berupa sebagai berikut.
- Takut akan kontaminasi dan kotoran
- Keraguan dan kesulitan menoleransi ketidakpastian
- Membutuhkan hal-hal yang teratur dan simetris
- Pikiran agresif atau mengerikan tentang kehilangan kendali dan melukai diri sendiri atau orang lain
- Pikiran yang tidak diinginkan, termasuk agresi, subjek seksual, atau agama
Gangguan obsesif kompulsif dapat dialami oleh siapa saja. Walau lebih sering terjadi di awal usia dewasa, OCD juga bisa terjadi pada anak-anak atau remaja.
Penderita OCD terkadang sudah menyadari pikiran dan tindakannya tersebut berlebihan, tetapi tetap merasa harus melakukannya dan tidak dapat menghindar. Belum diketahui secara pasti penyebab OCD, namun terdapat sejumlah faktor yang dapat meningkatkan risiko seseorang mengalami OCD, yaitu menderita gangguan mental, memiliki anggota keluarga yang menderita OCD, dan pernah mengalami peristiwa tidak menyenangkan.
Pengobatan OCD
Untuk mengatasi OCD, ada berbagai cara yang bisa dilakukan. Setelah mengetahui gejala-gejala penyakit OCD hingga Anda terdiagnosis dengan penyakit ini, sebaiknya segera temui dokter spesialis.
Dokter mungkin akan melakukan beberapa pengobatan yang dapat menurunkan tingkat kecemasan atau tingkat obsessive yang anda alami. Dilansir dari kanal Health Liputan6.com, ada dua cara umum pengobatan OCD dapat Anda lakukan, yaitu:
1. Terapi perilaku kognitif
Terapi ini akan membuat Anda yang memiliki pikiran negatif akan lebih berkurang. Terapi kognitif akan membantu anda menemukan kebiasaan bawah sadar yang menyebabkan pikiran negatif itu terjadi.
2. Pemberian obat
Dokter mungkin akan meresepkan beberapa obat untuk mengontrol pikiran obsessive Anda. Obat berjenis anti depresan atau obat pengurang rasa Stress seperti Clomipramine, Fluvoxamine, Fluoxetine, Paroxetine, dan Sertraline.
Selain metode pengobatan dengan terapi perilaku kognitif dan pemberian obat, bisa juga denngan menjalani kombinasi dari kedua metode tersebut. Pada beberapa penderita, pengobatan perlu dilakukan seumur hidup.Pengobatan OCD bertujuan untuk mengendalikan gejala yang muncul, sehingga metode yang dilakukan tergantung kepada tingkat keparahan gejala.
Advertisement