Surge Bakal Resmikan Ekosistem Metaverse

Dalam menciptakan My Verse, perseroan berkolaborasi dengan 2 perusahaan kreatif digital.

oleh Gagas Yoga Pratomo diperbarui 29 Agu 2022, 14:48 WIB
Ilustrasi metaverse. (Pexels.com/Tima Miroshnichenko)

Liputan6.com, Jakarta - PT Solusi Sinergi Digital Tbk (WIFI) dalam waktu dekat akan meluncurkan ekosistem metaverse terbaru dalam memperingati Kemerdekaan Indonesia ke-77 bernama MyVerse. 

MyVerse mengusung konsep metaverse yang dapat diakses oleh seluruh kalangan masyarakat tanpa harus menggunakan perangkat khusus (wearable device) dalam berselancar di dalam ekosistem MyVerse.

Dengan didukung infrastruktur yang dimiliki perseroan yaitu infrastruktur serat optik berkapasitas besar di sepanjang jalur kereta hingga 64 Tbps serta Edge Data Center di berbagai lokasi bagi kebutuhan Content Delivery Network, diharapkan dapat memberikan experience terbaik bagi pengguna dalam memanfaatkan MyVerse.

Pada tahap awal, potensi pengguna MyVerse merupakan 18,5 juta pengguna moda transportasi berbasis rel yang selama ini menikmati layanan dari Surge. Hal ini akan memberikan potensi dalam pengembangan lini bisnis periklanan digital perseroan yang dapat berkontribusi signifikan kepada pendapatan perseroan ke depan. 

My Verse Kolaborasi Dua Perusahaan

Dalam menciptakan My Verse, perseroan berkolaborasi dengan 2 perusahaan kreatif digital yaitu Fromlabs Pte. Ltd. dan PT Lini Imaji Kreasi Ekosistem (FuturPhuture). 

CEO Surge, Hermansjah Haryono mengungkapkan, membangun ekosistem di dunia Metaverse memang tidak mudah, diperlukan latency konektivitas yang rendah dalam memberikan experience terbaik bagi pengguna. 

“Diperlukan perpaduan antara device, network, dan application yang dapat menunjang metaverse untuk berjalan lancar,” ujar Hermansjah dalam keterangan tertulis, dikutip Senin (29/8/2022).

 

 


Memiliki Ekosistem yang Lengkap

Ilustrasi metaverse. (Pexels.com/ThisIsEngineering)

"Potensi pengembangan pasar dari metaverse pun masih terbuka sangat lebar bahkan pangsa pasar metaverse secara global diperkirakan akan tumbuh lebih dari 40 persen tiap tahunnya,” pungkas Indra.

Hermansjah memaparkan, Surge telah memiliki ekosistem yang lengkap dalam akomodasi kebutuhan metaverse, yaitu konektivitas serat optik berkapasitas besar, edge data center, content delivery network, maupun pengalaman yang cukup dalam pengembangan aplikasi.

Adapun, CEO FuturPhuture, Jeremy Quek mengatakan, My Verse menghadirkan pengalaman menikmati dunia virtual yang memiliki kemiripan dengan dunia nyata, karena aset digital yang dibangun merupakan visualisasi dari aset yang sebenarnya pada kehidupan nyata.

"Para pengguna dapat menikmati seluruh fitur yang ada pada My Verse dengan lebih mudah seperti mendapatkan informasi secara real time, melakukan komunikasi antar pengguna, aktivitas komunitas, perdagangan, berbagai aktivitas gamifikasi yang menarik, serta bisa menjadi wadah media periklanan dan hiburan yang atraktif,” kata Jeremy. 

 


Kolaborasi

Ilustrasi metaverse. (Pexels.com/Alexandr Podvalny)

Telah Berkolaborasi dengan 36 Brand

Surge telah berkolaborasi dengan 36 brand untuk tahap awal pemanfaatan ekosistem MyVerse. Selain itu perseroan juga mengundang berbagai komunitas pengguna kereta serta 168 ribu mitra warung dan UMKM yang selama ini memanfaatkan berbagai layanan dari Surge untuk mulai memanfaatkan ekositem MyVerse untuk berbagai kebutuhan. 

Perseroan juga telah melakukan pengujian awal dengan berbagai komunitas pengguna kereta pada 13 Agustus 2022 dan mendapatkan respon yang positif.

CEO Fromlabs Pte. Ltd, Indra Wijaya mengungkapkan banyak perusahaan dari berbagai industri mencoba memasuki metaverse dengan berbagai cara. Meskipun ada banyak hype dan skeptisisme.


Mantan CEO Google Sebut Konsep Metaverse Masih Belum Jelas

Ilustrasi Metaverse Sandbox (Dok.YouTube/Kenal Kripto)

Diberitakan sebelumnya, seorang pengusaha yang juga mantan CEO raksasa teknologi Google, Eric Schmidt memberikan pandangan terbarunya terkait metaverse yang saat ini tengah ramai diperbincangkan. 

Schmidt menyatakan ada kebingungan dan ketidakjelasan tentang konsep metaverse serta apa artinya bagi orang-orang. Bahkan, menurut Schmidt perusahaan seperti Facebook yang memutar operasinya untuk menduduki pasar metaverse, masih belum ada definisi yang jelas tentang konsep tersebut dan bagaimana hal itu akan mempengaruhi kehidupan masyarakat.

"Tidak ada kesepakatan tentang apa itu metaverse, meskipun satu perusahaan telah mengubah namanya untuk mengantisipasi mendefinisikannya” kata Schmidt dikutip dari Bitcoin.com, Minggu (24/7/2022). 

 

Tanah di Metaverse dan Investasi

Meskipun belum jelas tentang konsep metaverse, perusahaan dan bahkan negara sudah sangat berinvestasi dalam metaverse, teknologi yang saat ini dikaitkan dengan teknologi VR dan AR, serta aplikasi yang menggunakannya. 

Salah satu negara pertama yang menganggap metaverse sebagai teknologi kunci untuk masa depan adalah Korea Selatan, yang mengumumkan pada Mei akan mengalokasikan USD 177 juta atau Rp 2,6 triliun langsung ke platform metaverse, dengan gagasan untuk memulai perusahaan nasional yang tertarik pada teknologi tersebut.

Real estate di metaverse juga telah dianggap sebagai subjek kontroversial oleh Schmidt. 

"Saya sendiri tidak khawatir membeli petak besar real estate pribadi di metaverse. Itu bukan kekhawatiran yang saya miliki setiap hari,” kata Schmidt.

Di sisi lain menurut riset dari Metametric Solutions, sebuah perusahaan analitik metaverse, penjualan properti real estate di metaverse diperkirakan mencapai USD 1 miliar pada 2022.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya