Target Ambisius RI-Korea Selatan, Nilai Dagang Tembus 30 Miliar Dolar AS di Tahun 2022

Pemerintah Indonesia dan Korea Selatan memasang target ambisius di nilai perdagangan kedua negara hingga akhir tahun 2022.

oleh Teddy Tri Setio Berty diperbarui 29 Agu 2022, 19:58 WIB
Won, mata uang Korea Selatan. (Sumber Foto: Jung Yeon-Je/AFP Photo)

Liputan6.com, Jakarta - Pemerintah Indonesia dan Korea Selatan memasang target ambisius di nilai perdagangan kedua negara hingga akhir tahun 2022.

Nilai dagang yang ditargetkan yaitu mencapai USD 30 miliar. Hal ini diungkapan oleh Muhammad Takdir, Kepala Pusat Strategi Kebijakan Kawasan Asia Pasifik dan Afrika.

"Kedua negara punya ambisi besar untuk mencapai target nilai perdagangan di bidang ekonomi mencapai USD 30 miliar tahun ini," ujar Muhammad Takdir dalam workshop pertama Indonesian Next Generation Journalist Network on Korea Batch 2, Jumat (26/8/2022).

Indonesian Next Generation Journalist Network on Korea Batch 2 merupakan program kerja sama antara Foreign Policy Community of Indonesia (FPCI) bersama Korea Foundation dalam memperdalam wawasan para jurnalis Indonesia soal hubungan Indonesia-Korea.

Meski demikian, Muhammad Takdir menyebut bahwa ambisi ini sangat baik lantaran bisa mendorong kerja sama di bidang ekonomi lebih baik lagi, serta menjadi peluang bagi Indonesia dan Korea untuk mempererat hubungan menjelang peringatan ke-50 tahun hubungan diplomatik kedua negara di tahun 2023.

Dalam pemaparannya, Muhammad Takdir menyebut Korea Selatan adalah negara keenam yang memiliki nilai dagang terbesar bagi Indonesia.

"Dimana tahun lalu, total perdagangan kedua negara tahun 2021, mencapai USD 18,41 miliar. Namun ada defisit USD 446 juta tahun lalu," kata Muhammad Takdir dalam workshop pertama bertajuk 'Assessing Indonesia-Korea Special Strategic Partnership Toward It's 50 Years Diplomatic Relationship'.

Keyakinan ini disampaikan oleh Muhammad Takdir lantaran Indonesia dan Korea Selatan tergabung dalam sejumlah kesepakatan, antara lain; G20, MIKTA, APEC, ARF, FEALAC, RCEP, IK-CEPA, ASEAM-KOREA FTA.

Sejauh ini, ada sekitar 50 produk dan komoditas unggulan Indonesia untuk pasar Korea Selatan. Selain itu, peluang kerja sama ini dianggap bisa meningkat lantaran adanya peningkatan jumlah tenaga kerja terampil (Skilled Labor) Indonesia dalam dua dekade terakhir -- meningkat hampir 2 kali lipat.

 


Peran Tenaga Kerja Terampil hingga Energi Terbarukan

Ilustrasi ladang panel surya sebagai bagian dari pengadaan energi terbarukan. (Sumber Pixabay)

Meski begitu, Muhammad Takdir turut memaparkan tantangan lain soal peningkatan tenaga kerja terampil. Selama pandemi COVID-19, angka pengangguran di Indonesia meningkat tajam dan tercatat sebagai tingkat pengangguran tertinggi dalam 10 tahun terakhir. Sehingga Muhammad Takdir menyebut, penyerapan tenaga kerja menjadi esensial.

Penyerapan tenaga kerja sangat diperlukan kedua negara. Pasalnya, sektor pertambangan dan manufaktur menyerap banyak tenaga kerja asing di Korea dan mayoritas diserap untuk mengoperasikan mesin dan assembling.

Muhammad Takdir turut menyinggung soal peluang Korea Selatan di Indonesia, salah satunya soal energi terbarukan dan investasi di Tanah Air.

Muhammad Takdir menyebut bahwa Indonesia siap membangun kerja sama yang potensial di bidang tersebut bersama investor.

"Ini peluang Korea Selatan untuk berinvestasi dan membantu kebutuhan nasional Indonesia. Sebab pemanfaatan energi terbarukan di Indonesia masih terbilang rendah. Dengan kemampuan dan bantuan dari teknologi Korea akan baik bagi Indonesia untuk membangun sektor itu bersama."

Peluang lain bagi Korea Selatan turut dipaparkan oleh Muhammad Takdir. Dalam pemaparanya menujukkan peta proyek infrastruktur di Indonesia yang masih terfokus pada wilayah Jawa.

"Saya rasa butuh membangun lebih banyak di wilayah timur Indonesia dan Indonesia siap menyambut kerja sama di bidang investasi tersebut bersama Korea Selatan."


Bertemu Presiden Korsel, Jokowi: Saya Yakin Kemitraan Semakin Kokoh Terutama Bidang Ekonomi

Presiden Jokowi bertemu Presiden Korea Selatan Yoon Suk-yeol di Kantor Kepresidenan Yongsan, Seoul, Kamis (28/7/2022). (Biro Pers/Setpres)

Sebelumnya, Presiden Joko Widodo atau Jokowi melakukan pertemuan bilateral dengan Presiden Korea Selatan (Korsel) Yoon Suk Yeol di Kantor Kepresidenan Yongsan, Seoul, Kamis (28/7/2022). Jokowi meyampaikan bahwa Korsel merupakan mitra penting Indonesia di Asia Timur.

Menurut dia, Indonesia dan Korea Selatan adalah mitra strategis khusus. Jokowi pun meyakini kemitraan Indonesia dan Korsel akan semakin kuat di bawah kepemimpinan Presiden Yoon, khususnya di bidang ekonomi.

"Kita juga akan memperingati 50 tahun persahabatan negara kita. Saya yakin di bawah kepemimpinan Presiden Yoon, kemitraan kita akan semakin kokoh ke depan terutama kemitraan di bidang ekonomi," jelas Jokowi sebagaimana disiarkan di Youtube Sekretariat Presiden, Kamis.

Dia menyambut baik tren perdagangan bilateral yang terus meningkat. Jokowi menyampaikan Indonesia-Korea Selatan telah sepakat untuk terus membuka akses pasar, mengatasi hambatan-hambatan perdagangan, dan mempromosikan produk-produk unggulan kedua negara.

"Implementasi konkret dari Indonesia-Korea Economic Partnership Agreement akan mendorong pemenuhan berbagai target ini," tuturnya.

Jokowi menyebut investasi Korea Selatan di Indonesia mengalami pertumbuhan pesat dan prospek yang baik. Khususnya, di bidang industri baja, petrokimia, baterai kendaraan listrik, industri kabel listrik, dan telekomunikasi, serta garmen, dan energi terbarukan.

Dalam pertemuan ini, Jokowi mendorong kerja sama investasi dari Korea Selatan, terutama di bidang percepatan pembangunan ekosistem mobil listrik di Indonesia. Indonesia-Korea Selatan juga telah memulai kerjansama dalam pengembangan Ibu Kota Nusantara (IKN).

"Antara lain kerja sama di bidang pembangunan, sistem penyediaan air minum dan capacity building di bidang pembangunan smart city," pungkas Jokowi.


Teken Kerja Sama

Presiden Jokowi bertemu Presiden Korea Selatan Yoon Suk Yeol di Kantor Kepresidenan Yongsan, Seoul, Kamis (28/7/2022). (Biro Pers/Setpres)

Setelah pertemuan bilateral selesai, Jokowi dan Presiden Yoon kemudian menuju ruangan terpisah untuk menyaksikan penandatanganan kerja sama. Adapun kerja sama yang ditandatangani yaitu:

1. Nota Kerja sama antara Kementerian Investasi/Badan Koordinasi Penanaman Modal Republik Indonesia dengan Kementerian Perdagangan, Perindustrian dan Energi Republik Korea untuk Meningkatkan Investasi Hijau Berkelanjutan.

2. Protokol Perubahan Memorandum Saling Pengertian antara Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Republik Indonesia dengan Kementerian Pertanahan, Infrastruktur dan Transportasi Republik Korea tentang Kerja Sama Teknis Pemindahan dan Pembangunan Ibu Kota Negara.

3. Memorandum Saling Pengertian antara Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Republik Indonesia dengan Kementerian Kelautan dan Perikanan Republik Korea tentang Kerja Sama Maritim.

Hasil Utama KTT Korea Utara-Korea Selatan adalah Perang Korea Berakhir (Liputan6.com/Abdillah)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya