Liputan6.com, Jakarta - Emiten teknologi disebut turut terdampak kenaikan suku bunga bank sentral. Analis menilai, kenaikan suku bunga akan berdampak salah satunya dari sisi permodalan terutama dari perbankan.
Ekonom Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Nailul Huda mengatakan kenaikan suku bunga bisa mengakibatkan minat investasi di pasar saham menurun. Di mana secara teoritis, harga saham akan turun ketika kenaikan suku bunga acuan terjadi.
Advertisement
"Dengan kenaikan suku bunga maka permintaan barang dari masyarakat menurun. Tidak terkecuali untuk sektor teknologi. Makanya hampir semua emiten turun dan merah untuk IHSG,” kata dia kepada Liputan6.com, Senin (29/8/2022).
Untuk saat ini, Huda menyebutkan emiten teknologi yang bisa dicermati adalah yang bergerak di sektor e-commerce. Menurutnya, sektor ini menarik lantaran masih ada tren belanja online, kendati belanja offline juga mulai ramai seiring pemulihan ekonomi dalam negeri.
“E-commerce tetap menarik karena saya masih melihat perpindahan pola belanja dari offline ke online masih terjadi,” imbuh Huda.
Dihubungi secara terpisah, Pengamat pasar modal yang juga founder Traderindo.com Wahyu Laksono menilai, dampak kenaikan suku bunga bagi emiten bergantung pada beberapa hal. Misalnya, dari sumber pendanaan, apakah bergantung dengan pinjaman bank atau tidak. Kemudian dari kinerjanya, apakah pola emiten akan terganggu dengan adanya kenaikan suku bunga.
“Jika basis kapital permodalan tidak tergantung pinjaman dan pendapatannya cukup bagus, artinya emiten ini relatif tidak sensitif dan aman dari kenaikan suku bunga. Misal MTDL di mana modal lebih mandiri dan pendapatan cukup bagus," ujar Wahyu.
Sentimen yang Bayangi Saham Emiten Teknologi
Wahyu menilai emiten teknologi dengan fundamental kurang kuat lebih rentan terhadap sentimen global. Di mana kenaikan suku bunga global yang agresif oleh bank sentral memicu pembalikan dan ancaman krisis kredit, serta likuiditas.
“Itu artinya modal tidak akan semurah dan semudah 2020-2021. jika demikian, maka sustainability-nya terganggu. Misalnya perusahaan akan mencari alternatif pendanaan, mengurangi beban operasional, dan lainnya,” imbuh dia.
Belum lagi, dari sentimen antisipasi krisis Wahyu mencermati kemungkinan emiten teknologi akan dijadikan alternatif kapital yang dilikuidasi atau dikorbankan jika terjadi kerugian demi menahan sektor yang lebih baik, misalnya sektor komoditas.
“Artinya saat terjadi pengetatan moneter dan antisipasi krisis. Investor sangat hati-hati dan perlu membaca valuasi dan fundamental yang support bahkan yang terbaik,” timpalnya.
Advertisement
Penutupan IHSG Senin 29 Agustus 2022
Diberitakan sebelumnya, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) bertahan di zona merah pada perdagangan saham, Senin, 29 Agustus 2022. IHSG meski melemah tetapi tekanan berkurang dan sektor saham teknologi pimpin koreksi.
Mengutip data RTI, pada penutupan perdagangan, IHSG turun tipis 0,04 persen ke posisi 7.132,04. Indeks LQ45 menguat 0,20 persen ke posisi 1.016,30. Sebagian besar indeks saham acuan menguat dan melemah. Pada awal pekan ini, IHSG berada di level tertinggi 7.132,04 dan terendah 7.015,34. Sebanyak 357 saham melemah sehingga menekan IHSG. 191 saham menguat dan 154 saham diam di tempat. Total frekuensi perdagangan 1.267.392 kali dengan volume perdagangan 29,5 miliar saham.
Sebagian besar sektor saham tertekan. Indeks sektor saham IDXtechnology susut 2,23 persen, dan catat koreksi terbesar. Diikuti indeks sektor saham IDXtransportasi melemah 1,34 persen, indeks sektor saham IDXfinance susut 0,92 persen, dan indeks sektor saham IDXinfrastruktur tergelincir 0,89 persen.
Kemudian, indeks sektor saham IDXproperty melemah 0,72 persen, indeks sektor saham IDXsiklikal tergelincir 0,88 persen, indeks sektor saham IDXbasic terpangkas 0,24 persen dan indeks sektor saham IDXindustry susut 0,22 persen.
Sementara itu, indeks sektor saham IDXenergy menguat 0,70 persen dan pimpin penguatan. Diikuti indeks sektor saham IDXnonsiklikal mendaki 0,40 persen dan indeks sektor saham IDXhealth menanjak 0,23 persen.
Bursa Saham Asia
Bursa saham Asia Pasifik juga melemah pada perdagangan Senin, 29 Agustus 2022. Hal ini seiring pasar respons pidato ketua the Federal Reserve (the Fed) Jerome Powell di Jackson Hole pada Jumat, 26 Agustus 2022.
Ia memperingatkan kenaikan suku bunga akan sebabkan “kesakitan” ekonomi Amerika Serikat (AS) dengan mengatakan suku bunga lebih tinggi akan bertahan untuk beberapa waktu.
Indeks Nikkei 225 tergelincir 2,66 persen ke posisi 27.878,96. Indeks Topix susut 1,79 persen ke posisi 1.944,10. Indeks Kospi Korea Selatan turun 2,18 persen ke posisi 2.426,89. Indeks Kosdaq melemah 2,81 persen ke posisi 779,89.
Di Australia, indeks ASX 200 melemah 1,95 persen ke posisi 6.965,50. Indeks Shanghai naik 0,14 persen ke posisi 3.240,73. Indeks Shenzhen susut 0,34 persen ke posisi 12.018,16. Indeks Hang Seng Hong Kong turun 0,76 persen. Indeks Hang Seng teknologi terpangkas 1,36 persen. Indeks MSCI dari saham Asia Pasifik di luar Jepang turun 1,9 persen. Sementara Yen Jepang diperdagangkan di kisaran 138,68 per dolar AS.
Advertisement