Elektabilitas Demokrat Jatim Merosot, Faktor Gaduh Musda

Surokim mengatakan, mundurnya Bayu memberi pengaruh besar terhadap merosotnya elektabilitas Demokrat.

oleh Dian Kurniawan diperbarui 30 Agu 2022, 13:11 WIB
Peneliti senior Surabaya Survey Center (SSC) Surokim Abdussalam. (Dian Kurniawan/Liputan6.com)

Liputan6.com, Surabaya - Peneliti senior Surabaya Survey Center (SSC) Surokim Abdussalam mengungkapkan, berdasarkan survei terbarunya, elektabilitas Partai Demokrat terus merosot di Jawa Timur hingga mencapai angka 6,8 persen.

Menurutnya, merosotnya elektabilitas partai berlambang Mercy itu dipengaruhi sejumlah faktor yaitu ramai-ramainya Musyawarah Daerah (Musda) beberapa bulan yang lalu dan diikuti mundurnya Bayu Airlangga.

"Jelas punya pengaruh Musda, hingga ramai-ramainya kemarin. Mundurnya Mas Bayu juga membuat internal Demokrat ini goyah," ujar Surokim di Surabaya, Senin (29/8/2022).

Surokim mengatakan, mundurnya Bayu memberi pengaruh besar terhadap merosotnya elektabilitas Demokrat. Tidak hanya itu, kepindahan Menantu Mantan Gubernur Jatim Pakde Karwo ke Golkar juga memberi angin segar.

"Karena Mas Bayu juga pindah ke Golkar otomatis jadi bawaannya ikut. Mas Bayu kan ya tokoh dengan di belakangnya ada Pakde Karwo. Gerbong kepindahan kader Demokrat ke Golkar itu juga harus diselesaikan Demokrat kalau gak ingin kehilangan ceruknya," ucapnya.

Surokim menyebut, merosotnya suara Demokrat harus bisa dimanfaatkan Golkar. Partai berlambang Pohon Beringin tersebut saat ini semakin kompetitif dan punya peluang sangat besar menyalip Demokrat.

"Masih ada waktu satu tahun enam bulan semua perkembangan masih terjadi. Tapi posisi hari ini Golkar patut menyambut baik karena bisa kompetitif terhadap Demokrat. Ini menarik irisannya sama antara Demokrat dan Golkar," ujarnya.


Faktor Sarmuji

Emil Dardak sah menjadi ketua DPD Demokrat Jatim. (Dian Kurniawan/Liputan6.com).

Tidak hanya faktor Bayu, Surokim melihat gaya kepemimpinan Sarmuji di Golkar juga sangat baik dan jauh dari kegaduhan. Hal ini menjadi keuntungan untuk menggaet suara rasional.

"Selain faktor Bayu di Golkar sehingga Golkar dapat mentahan Demokrat, ada juga faktor Pak Sarmuji yang tipikal pemimpin gak suka gaduh. Lempeng-lempeng saja, saya kira untuk partai tengah itu positif karena biasanya pemilih rasional tengah itu pemilih yang gak suka kegaduhan," ucapnya.

"Tinggal penguatan dari Pak Sarmuji, soal progresifitas yang harus dikuatkan. Partai tengah progresnya harus terus terlihat," tambah Surokim.

Untuk Demokrat sendiri, Surokim melihat tugas berat yang diemban oleh Emil Dardak sebagai Ketua DPD Demokrat Jatim. Dengan sisa waktu satu tahun enam bulan menjelang Pileg 2024, Emil harus bisa menghilangkan egonya untuk suara Demokrat.

"Ini pertaruhan Mas Emil bagaimana mengkonsolidasikan internal Demokrat, apa bisa mulus atau tidak. Kalau Mas Emil bisa konsolidasi dengan baik, dan merangkul faksi bersebrangan, hasilnya akan baik. Dan Mas Emil harus sering turun sebagai ketua partai, tidak hanya wagub saja," ujarnya.

"Di sisi lain, partai level tengah berharap konsolidasi Demokrat tidak mulus. Ini catatan untuk Demokrat kalau tidak bisa merawat maka ceruk suara akan diambil partai lain," sambung Surokim.

Infografis Geger Isu Dongkel AHY dari Kursi Ketum Demokrat. (Liputan6.com/Trieyasni)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya