Liputan6.com, Brasilia - Masyarakat adat terakhir Brasil, pria pribumi yang hanya dikenal sebagai Man of the Hole atau "manusia lubang" ditemukan tewas, beberapa dekade setelah sukunya yang tak tersentuh dibunuh oleh para peternak dan penambang ilegal, kata para pejabat.
Dilansir Channel News Asia, Selasa (30/8/2022), setelah hidup dalam isolasi total selama 26 tahun, pria - yang nama aslinya tidak pernah diketahui dunia luar - ditemukan di hammock atau tempat tidur gantung di sebuah gubuk di wilayah adat Tanaru di negara bagian Rondonia -- perbatasan dengan Bolivia -- pada 23 Agustus. Yayasan India (FUNAI) mengatakan dalam sebuah pernyataan.
Advertisement
Sejak kehilangan semua orang yang dia kenal, pria itu menolak semua kontak dengan dunia luar dan mendukung dirinya sendiri dengan berburu dan bercocok tanam. Julukannya berasal dari kebiasaannya menggali lubang yang dalam di dalam gubuk yang dibangunnya, mungkin untuk menjebak hewan tetapi juga untuk bersembunyi di dalamnya.
Dia tinggal di wilayah adat yang dikelilingi oleh peternakan sapi yang luas dan di bawah ancaman terus-menerus dari penambang dan penebang liar di salah satu bagian paling berbahaya dari hutan hujan Amazon Brasil, menurut Survival International.
Pihak berwenang tidak mengomentari penyebab kematian pria itu, atau usianya, yang tidak diketahui, tetapi mengatakan "tidak ada tanda-tanda kekerasan atau perlawanan".
Mereka juga tidak menemukan bukti kehadiran orang lain di rumahnya atau di sekitarnya.
"Semuanya menunjukkan bahwa kematian itu karena sebab alami," kata FUNAI, lembaga pemerintah di bawah kementerian kehakiman yang bertugas menangani urusan adat.
Kabar kematiannya juga viral di Twitter dan mengundang simpati mendalam dari para netizen.
Musnah Akibat Genosida
Media lokal melaporkan bahwa tubuh pria itu ditutupi bulu macaw, mendorong seorang ahli untuk berspekulasi bahwa dia tahu dia akan mati.
Pria itu diyakini sendirian sejak anggota suku kecilnya yang tersisa dibunuh pada pertengahan 1990-an oleh penebang liar dan penambang yang berusaha mengeksploitasi wilayah suku.
Kelompok hak asasi mengatakan bahwa mayoritas suku telah terbunuh pada 1970-an ketika para peternak pindah ke daerah itu, menebang hutan dan menyerang penduduk.
"Dengan kematiannya, genosida masyarakat adat ini selesai," kata Fiona Watson, direktur investigasi Survival, yang mengunjungi wilayah Tanaru pada 2004.
"Itu benar-benar genosida: Pemusnahan yang disengaja atas seluruh rakyat oleh para peternak yang haus akan tanah dan kekayaan," tambahnya.
Advertisement
Masyarakat Adat Brasil
Menurut data pemerintah terbaru, ada sekitar 800.000 penduduk asli yang tergabung dalam lebih dari 300 kelompok berbeda yang tinggal di Brasil, sebuah negara berpenduduk 212 juta.
Lebih dari setengahnya tinggal di Amazon dan banyak dari mereka berada di bawah ancaman eksploitasi ilegal sumber daya alam yang mereka andalkan untuk kelangsungan hidup mereka.
Menurut FUNAI, ada 114 catatan kelompok adat yang terisolasi di Brasil, meskipun jumlahnya bervariasi.
Tingkat Deforestasi Meningkat
Di bawah Presiden sayap kanan Brasil Jair Bolsonaro, deforestasi Amazon mencapai tingkat rekor pada paruh pertama tahun 2022.
Presiden, yang tertinggal dalam jajak pendapat menjelang pemilihan tahun ini, telah mendorong aktivitas pertambangan dan pertanian di kawasan lindung, memicu kemarahan di kalangan pecinta lingkungan.
Advertisement