Liputan6.com, Jakarta - Flightradar24 adalah sebuah platform pelacak penerbangan yang banyak digunakan oleh pengguna internet, untuk mengetahui atau melacak posisi sebuah pesawat.
Dalam laman resminya, dikutip Selasa (30/8/2022), Flightradar24 mengatakan mereka menyediakan pengguna informasi secara real-time, mengenai ribuan penerbangan di seluruh dunia.
Advertisement
Situs ini cukup sering menjadi sumber rujukan berbagai media di dunia dan masyarakat umum, apalagi saat ada insiden-insiden yang melibatkan pesawat terbang.
Tak hanya tersedia dalam bentuk situs web, Flightradar24 juta memiliki aplikasi yang dapat diunduh untuk pengguna iOS dan Android.
Mengutip keterangan di situsnya, Flightradar24 dimulai sebagai sebuah proyek hobi di tahun 2006 oleh dua pakar penerbangan Swedia, yang memutuskan untuk membangun jaringan penerima ADS-B di Eropa Utara dan Tengah.
Pada 2009, Flightradar24 membuka jaringan itu dan memungkinkan siapa saja yang memiliki receiver ADS-B, untuk mengunggah data ke jaringan tersebut.
Dengan cepat, banyak bagian dunia yang tercakup. Namun menurut platform itu, upaya untuk menyediakan cakupan ADS-B global masih berlangsung.
Flightradar24 menggabungkan data dari beberapa sumber termasuk ADS-B, MLAT, dan data radar.
Data ADS-B, MLAT, dan radar, dikumpulkan bersama dengan jadwal dan data status penerbangan dari maskapai dan bandara, untuk menciptakan pelacakan penerbangan di situs dan aplikasi.
Teknologi yang Digunakan untuk Melacak Penerbangan
Teknologi utama yang digunakan platform ini untuk menerima informasi penerbangan adalah ADS-B atau automatic dependent surveillance-broadcast.
Penjelasan untuk ADS-B, pesawat mendapatkan lokasinya dari sumber navigasi GPS (satelit), lalu transponder ADS-B pada pesawat mentransmisikan sinyal yang berisi lokasi (dan banyak lagi).
Kemudian, sinyal ADS-B diambil oleh penerima yang terhubung ke Flightradar24. Penerima lalu memasukkan data ke Flightradar24. Data ditampilkan di www.flightradar24.com dan di aplikasi Flightradar24.
Flightradar24 memiliki jaringan lebih dari 20 ribu penerima ADS-B di seluruh dunia yang menerima informasi penerbangan dari pesawat dengan transponder ADS-B dan mengirimkan informasi ini ke server mereka.
Teknologi lain yang digunakan adalah Multilateration atau MLAT, yang dipakai untuk menghitung posisi pesawat yang tidak dilengkapi dengan ADS-B, dengan menggunakan metode yang dikenal sebagai Time Difference of Arrival (TDOA).
Advertisement
Penggunaan Satelit
Flightradar24 juga menggunakan satelit untuk melacak penerbangan, sebagai bagian dari upaya untuk cakupan ADS-B global.
Satelit yang dilengkapi dengan penerima ADS-B mengumpulkan data dari pesawat di luar area jangkauan jaringan ADS-B terestrial Flightradar24 dan mengirimkan data tersebut ke jaringan mereka.
Data ADS-B berbasis satelit yang tersedia di Flightradar24 berasal dari beberapa penyedia. Karena jumlah satelit yang memasok data dan lokasinya dinamis, cakupan satelit bervariasi.
Umumnya, ADS-B berbasis satelit meningkatkan cakupan penerbangan di atas lautan di mana penerimaan berbasis darat tidak memungkinkan. Hanya pesawat yang dilengkapi dengan transponder ADS-B yang dapat dilacak melalui satelit.
Platform ini juga menerima data langsung tambahan untuk penerbangan di Amerika Utara. Data ini didasarkan pada data radar (bukan hanya pesawat yang dilengkapi dengan transponder ADS-B).
Ini mencakup sebagian besar lalu lintas udara komersial dan terjadwal di wilayah udara AS dan Kanada, serta sebagian Samudra Atlantik dan Pasifik.
Penerbangan yang Tidak Ditampilkan
Sementara, data pelacakan untuk glider dan pesawat ringan lainnya berasal dari Open Glider Network (OGN). Ini adalah proyek yang bertujuan untuk menyediakan platform pelacakan terpadu untuk glider, drone, dan pesawat kecil lainnya.
Saat ini fokus pada pelacakan pesawat yang dilengkapi dengan pelacak FLRM dan OGN, tetapi juga menerima sumber data lain seperti SPOT, FANET, PilotAware, dll.
Meski begitu, tidak semua penerbangan mendapatkan izin untuk dilacak di Flightradar24.
Platform mengatakan, informasi tentang beberapa penerbangan bisa saja dibatasi atau diblokir berdasarkan permintaan dari pemilik, operator, atau melalui layanan pihak ketiga.
Beberapa penerbangan berstatus high profile misalnya Air Force One (pesawat kepresidenan Amerika Serikat), juga tidak ditampilkan. Sebagian besar pesawat yang tunduk pada pembatasan ditampilkan sebagai anonim menurut jenis pesawat.
(Dio/Isk)
Advertisement