Liputan6.com, Jakarta - Nilam merupakan nama sebuah tanaman yang bisa menghasilkan essential oil atau disebut dengan minyak atsiri. Minyak nilam banyak diminati tidak hanya oleh masyarakat Indonesia, tetapi hingga ke luar negeri. Nilam banyak dijumpai untuk digunakan sebagai campuran dalam pembuatan kosmetik, farmasi, dan aroma terapi dan berfungsi sebagai zat pengikat.
"Indonesia merupakan negara produsen utama minyak nilam dunia, menguasai sekitar 95 persen pasar dunia," ujar Kepala Atsiri Research Center (ARC)-PUIPT Nilam Aceh Universitas Syiah Kuala, Syaifullah Muhammad, saat Talkshow Peningkatan Indeks Literasi Masyarakat (PILM) Jakarta, Selasa (30/8/2022).
Advertisement
Yang patut dibanggakan, kini Universitas Syah Kuala sudah memiliki rumah produksi minyak nilam dan telah memperoleh sertifikasi dari BPOM. Bahan baku nilam berasal dari daerah-daerah seperti Kabupaten Aceh Utara, Aceh Besar, Bener Meriah, dan belasan kabupaten lainnya di Provinsi Aceh. Negara-negara Eropa seperti Prancis, Jerman, dan Inggris pun secara khusus telah melakukan kerja sama di bidang ekspor bahan baku dengan pihak Universitas Syah Kuala. Rata-rata mereka gunakan Nilam sebagai bahan baku produksi parfum.
Ikhtiar yang dilakukan Syaifullah dan Universitas Syah Kuala merupakan bentuk nyata dari manfaat literasi untuk kesejahteraan. Terbukti banyak nilai tambah yang dihasilkan dari bahan baku daun Nilam.
Penguasaan literasi yang mumpuni akan membantu manusia secara personal dan komunal dalam menghadapi perkembangan dunia yang semakin hari semakin complicated dan smart.
Literasi merupakan salah satu bentuk investasi yang besar negara karena dapat menjadikan negara sebagai pusat peradaban. Namun, tidak banyak yang menganggap buku sebagai barang berharga. Padahal selama ilmu pengetahuan terus berkembang maka buku-buku baru akan terus ada. Jangan dibiasakan mengandalkan mesin pencari, seperti Google, dalam mencari sesuatu. Biasakan mencari informasi dan pengetahuan dari bahan bacaan, seperti buku misalnya.
"Maka, ironis jika ada anggota DPR yang melihat perpustakaan sebagai hal yang tidak penting karena segala informasi bisa dicari lewat google. Jika persepsi ini terus didengungkan, maka pola pikir masyarakat akan seperti konsumen bukan produsen," imbuh inisiator Pustaka Bergerak Nirwan Ahmad Arsuka.
Peran Baru Pustakawan
Sedangkan, Ketua Umum Ikatan Pustakawan Indonesia (IPI) T Syamsul Bahri, mengatakan segala kemajuan dan dampak literasi yang dirasakan adalah buah dari perubahan paradigma perpustakaan yang telah mengikuti perkembangan peradaban dan kebutuhan manusia. Baik perpustakaan mau pun pustakawan tidak bisa menafikan adanya dinamika yang positif yang terjadi dalam ekosistem pengetahuan.
"Oleh karena itu, perpustakaan dan pustakawan harus bersikap adaptif dan agile (tangkas, gesit). Pengetahuan tidak bisa berkembang jika hanya dikoleksi, justru akan lebih bermanfaat bagi khalayak jika didayagunakan dengan maksimal," kata Syamsul.
Kepala Pusat Analisis dan Pengembangan Budaya Baca Perpustakaan Nasional, Adin Bondar, menambahkan transformasi perpustakaan tidak hanya menjadikan perpustakaan kembali hidup. Dari sisi layanan, misalnya pustakawan tidak lagi berdiam diri menanti pengunjung meminjam koleksi.
"Pustakawan di era paradigma perpustakaan yang baru dituntut untuk mampu beradaptasi dengan teknologi informasi dan cakap dalam penguasaan pengetahuan sebagai pra syarat perpustakaan sebagai ruang publik yang sarat kreativitas, inovasi, dan pembelajaran tepat guna," pungkas Adin.
Talkshow PILM juga turut menghadirkan narasumber lain, pegiat literasi/pahlawan sampah dari Kabupaten Bekasi, Rodinatun, dan pustakawan/trainer literasi dari Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Kabupaten Gunung Kidul.
Advertisement