Saling Tuding Korupsi, 2 Calon Presiden Brasil Debat Sengit

Kedua calon presiden Brasil terlibat debat sengit.

Oleh DW.com diperbarui 31 Agu 2022, 11:00 WIB
Seorang pria mengambil foto handuk bergambar Presiden Brasil Jair Bolsonaro (kiri) dan mantan Presiden Brasil Luiz Inacio da Silva atau Lula yang digantung untuk dijual menjelang pemilihan umum presiden di Rio de Janeiro, Brasil, 27 Juli 2022. Persilangan ideologi kedua kandidat mencerminkan perpecahan yang melanda Brasil. (AP Photo/Silvia Izquierdo)

, Brasilia - Kedua kandidat utama untuk pemilihan presiden di Brasil terlibat debat sengit di televisi hari Minggu (28/8). Presiden Brasil Jair Bolsonaro menuduh penantangnya, mantan presiden Luiz Inacio "Lula” da Silva melakukan korupsi besar-besaran selama menjadi presiden. Dia menyebut Lula adalah ancaman terhadap demokrasi. Pemilihan presiden di Brasil akan diadakan pada 2 Oktober mendatang.

"Pemerintahan Anda adalah yang paling korup dalam sejarah Brasil," kata Jair Bolsonaro menyerang Lula atas skandal besar yang berpusat pada raksasa minyak milik negara, Petrobras.

"Itu adalah kleptokrasi, pemerintahan yang didasarkan pada perampokan... Untuk apa kamu ingin kembali berkuasa? Untuk melakukan hal yang sama pada Petrobras lagi?" Bolsonaro mengatakan dengan berapi-api dalam duel televisi yang melibatkan calon-calon presiden yang lain.

Penyelidikan kasus itu telah menyeret mantan presiden berusia 76 tahun itu ke penjara dari 2018 hingga 2019. Namun tuduhan kontroversial itu dibatalkan oleh Mahkamah Agung Brasil pada 2021.

Namun Lula, yang menjadi presiden 2003 hingga 2010, membantah tuduhan Jair Bolsonaro yang disebutnya menyebarkan "ketidakbenaran."

Dia mengatakan bahwa pemerintahannya telah mewariskan pertumbuhan ekonomi dan langkah-langkah jelas yang diambil untuk mengurangi kemiskinan.

"Negara yang saya tinggalkan adalah negara yang dirindukan orang, ini adalah negara pekerja, di mana orang memiliki hak untuk hidup dengan bermartabat, dengan kepala tegak," kata Lula. "Ini adalah negara yang sedang dihancurkan oleh presiden saat ini."


Lula vs Bolsonaro

Seorang pembeli menyentuh handuk kecil bergambar mantan Presiden Brasil Luiz Inacio da Silva atau Lula di sebelah Presiden Brasil Jair Bolsonaro yang dijual menjelang pemilihan umum presiden di Rio de Janeiro, Brasil, 27 Juli 2022. Jair Bolsonaro diusung partai-partai populis kanan melawan tokoh kiri Luiz Inacio da Silva. (AP Photo/Silvia Izquierdo)

Debat hari Minggu (28/08) di Sao Paulo menampilkan enam dari 12 kandidat presiden yang tampil dalam pemilihan presiden mendatang. Namun sorotan utama tertuju kepada Lula dan Bolsonaro yang saat ini memimpin jajak pendapat agak jauh di depan.

Menurut jajak pendapat terakhir, Lula da Silva masih unggul cukup jauh di atas Jair Bolsonaro. Tapi minggu-minggu terakhir kampanye masih bisa mengubah situasi. Jajak pendapat terbaru dari lembaga Datafolha menunjukkan, Lula masih unggul dengan 47% atas Bolsonaro, yang mencapai 32%.

Jika tidak ada pesaing yang berhasil memenangkan lebih dari 50% suara pada putaran pertama pada 2 Oktober nanti, pemilihan akan dilanjutkan ke putaran kedua pada 30 Oktober.


Warga Brasil Protes

Jair Bolsonaro, politikus Brasil yang dinilai memiliki sikap rasis seperti Presiden Donald Trump (AFP)

Sebelumnya, ribuan warga Brasil turun ke jalan di tengah kekhawatiran Presiden Jair Bolsonaro akan mencoba kembali dalam pemilihan presiden dan melanjutkan kekuasaannya.

Para pengunjuk rasa berbaris di beberapa kota pada hari Kamis untuk membela demokrasi atas kekhawatiran si pemimpin sayap kanan tersebut tidak akan menghormati hasil pemungutan suara.


Ragukan Sistem Pemungutan Suara

Presiden Brasil Jair Bolsonaro (tengah) melambaian tangan kepada pendukungnya saat peresmian rumah sakit lapangan di Aguas Lindas, Goiais, Brasil, 5 Juni 2020. Hingga 6 Juli 2020, otoritas Brasil melaporkan 1,6 juta orang dinyatakan positif dan 65 ribu di antaranya meninggal dunia. (Sergio LIMA/AFP)

Jair Bolsonaro juga berulang kali mengecam sistem pemungutan suara elektronik di Brasil, yang menyebabkan kekhawatiran kubunya dan berpotensi membuatnya dapat menentang hasil pemilu jika mengalami kekalahan, seperti yang dilakukan Donald Trump di AS.

Dia mengklaim bahwa mesin pemungutan suara elektronik memungkinkan kecurangan, karena tidak adanya jejak kertas -- secara manual.

 Setahun yang lalu, Bolsonaro mencoba mengubah sistem guna memperkenalkan surat suara tercetak, tetapi proposal itu ditolak oleh Kongres.

Kritik terhadap Bolsonaro disuarakan atas kekhawatiran bahwa dia akan mengikuti contoh 'buruk' yaitu Presiden AS Donald Trump.

Demonstrasi terjadi pada hari yang sama ketika manifesto warga dibacakan dan ditandatangani oleh satu juta orang Brasil.

Manifesto tersebut, yang diilhami oleh sebuah deklarasi dari tahun 1977 yang mencela kediktatoran Brasil pada saat itu, memperingatkan bahwa demokrasi Brasil sedang menghadapi bahaya besar.

Infografis 3 Manfaat Tidur Cukup Cegah Risiko Penularan Covid-19. (Liputan6.com/Abdillah)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya