SMRC: Mayoritas Publik Menghendaki Indonesia Berperan Aktif Ikut Damaikan Rusia-Ukraina

Direktur Riset SMRC, Deni Irvani, dalam presentasi hasil risetnya menunjukkan ada 63 persen publik yang mengetahui atau pernah mendengar tentang perang yang terjadi antara Rusia dan Ukraina.

oleh Teddy Tri Setio Berty diperbarui 30 Agu 2022, 19:02 WIB
Pertemuan tete-a-tete antara Presiden Jokowi dengan Presiden Zelensky di Istana Maryinsky, Kiev, Ukraina. (Laily Rachev - Biro Pers Sekretariat Presiden)

Liputan6.com, Jakarta - Publik Indonesia menghendaki pemerintah berperan aktif untuk ikut mendamaikan Rusia dan Ukraina yang sedang terlibat dalam perang. Demikian temuan survei Saiful Mujani Research and Consulting (SMRC) bertajuk “KTT G20 dan Perang Rusia-Ukraina” yang ditayangkan melalui kanal Youtube SMRC TV pada Selasa, 30 Agustus 2022.

Direktur Riset SMRC, Deni Irvani, dalam presentasi hasil risetnya menunjukkan ada 63 persen publik yang mengetahui atau pernah mendengar tentang perang yang terjadi antara Rusia dan Ukraina. Dari yang tahu, mayoritas (71 persen) tidak setuju Rusia menyerbu Ukraina. Hanya ada 16 persen yang setuju.

Dari yang tahu perang Rusia-Ukraina, ada 58 persen yang ingin agar Indonesia mengambil peran untuk ikut mendamaikan kedua negara. Ada 34 persen yang ingin Indonesia tetap menjaga jarak dan netral. Hanya ada 2 persen yang menyatakan Indonesia harus memihak salah satu negara. Sementara ada 6 persen yang tidak menjawab.

Lebih jauh survei ini juga menemukan bahwa di antara yang tahu Indonesia akan jadi tuan rumah KTT G20, ada 76% yang yakin Indonesia di bawah kepemimpinan Presiden Jokowi dapat mengambil peran untuk berupaya meredakan peperangan antara Rusia dan Ukraina dengan terus melakukan penengahan antara kedua negara yang berperang.

Dari yang yakin, ada 80 persen yang menilai sebaiknya Presiden Jokowi terus melakukan kunjungan ke dua negara tersebut untuk meredakan, kalau bukan menghentikan, peperangan antara keduanya, demikian disebutkan dalam rilis yang terima Liputan6.com dari SMRC, Selasa (30/8/2022).

Survei ini dilakukan secara tatap muka pada 5-13 Agustus 2022. Populasi survei ini adalah seluruh warga negara Indonesia yang punya hak pilih dalam pemilihan umum, yakni mereka yang sudah berusia 17 tahun atau lebih, atau sudah menikah ketika survei dilakukan.

Dari populasi itu dipilih secara random (multistage random sampling) 1220 responden.

Response rate (responden yang dapat diwawancarai secara valid) sebesar 1053 atau 86%. Sebanyak 1053 responden ini yang dianalisis.

Margin of error survei dengan ukuran sampel tersebut diperkirakan sebesar ± 3,1% pada tingkat kepercayaan 95% (asumsi simple random sampling).


Mayoritas WN Indonesia Ingin RI Tetap Undang Rusia ke G20

Presiden Joko Widodo (kiri) berjabat tangan dengan Presiden Rusia Vladimir Putin (kanan) usai menyampaikan pernyataan bersama di Istana Kremlin, Moskow, Rusia, Kamis (30/6/2022). Presiden menyatakan siap menjadi jembatan komunikasi antara Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy dan Presiden Rusia Vladimir Putin agar kedua pihak mencapai perdamaian. (FOTO: Biro Pers Sekretariat Presiden)

Mayoritas publik Indonesia setuju pemerintah tetap undang Rusia untuk hadir dalam Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) negara-negara G20 pada November 2022 di Bali.

Hal ini terungkap dalam survei Saiful Mujani Research and Consulting (SMRC) bertajuk “KTT G20 dan Perang Rusia-Ukraina” yang ditayangkan melalui kanal Youtube SMRC TV pada Selasa, 30 Agustus 2022.

Direktur Riset SMRC, Deni Irvani, dalam presentasi hasil surveinya menunjukkan ada 78 persen dari yang tahu Indonesia akan menjadi tuan rumah KTT G20 yang setuju dengan sikap pemerintah Indonesia tetap mengundang Rusia dalam pertemuan G20 di Bali.

Hanya ada 14 persen yang tidak setuju dan 8 persen yang tidak menjawab.

Lebih jauh survei ini juga menemukan bahwa mayoritas publik (81 persen) yang tahu Indonesia akan menjadi tuan rumah KTT G20 menilai kehadiran Rusia di konferensi tingkat tinggi itu adalah sepenuhnya terserah pada negara tersebut dan Indonesia sebagai tuan rumah tidak boleh melarangnya karena Rusia adalah anggota yang berhak hadir.

 


Sedikit yang Ingin Rusia Tak Datang

Presiden Joko Widodo (kiri) bersama Presiden Rusia Vladimir Putin usai menyampaikan pernyataan bersama di Istana Kremlin, Moskow, Rusia, Kamis (30/6/2022). Sebelum ke Rusia, Jokowi juga ke Ukraina pada Rabu (29/6). Dalam lawatan itu, Jokowi bertemu dengan Presiden Volodymyr Zelensky. (FOTO: Biro Pers Sekretariat Presiden)

Hanya ada 13 persen yang menilai Rusia tidak boleh hadir karena telah memerangi dan menduduki Ukraina. Masih ada 5 persen yang tidak menjawab.

Survei ini dilakukan secara tatap muka pada 5-13 Agustus 2022. Populasi survei ini adalah seluruh warga negara Indonesia yang punya hak pilih dalam pemilihan umum, yakni mereka yang sudah berusia 17 tahun atau lebih, atau sudah menikah ketika survei dilakukan.

Dari populasi itu dipilih secara random (multistage random sampling) 1220 responden. Response rate (responden yang dapat diwawancarai secara valid) sebesar 1053 atau 86%. Sebanyak 1053 responden ini yang dianalisis.

Margin of error survei dengan ukuran sampel tersebut diperkirakan sebesar ± 3,1% pada tingkat kepercayaan 95% (asumsi simple random sampling).


Publik RI Percaya Perang Rusia-Ukraina Sebabkan Kenaikan Harga Pangan dan Energi

Seorang pria membersihkan puing-puing dari bangunan yang hancur selama pertempuran antara pasukan Rusia dan Ukraina, di luar Kyiv, Ukraina, Jumat, 1 April 2022. Sejak Rusia menginvasi Ukraina pada 24 Februari 2022, kini perang yang berkecamuk memasuki hari ke-37. (AP Photo/Vadim Ghirda)

Mayoritas masyarakat Indonesia percaya bahwa perang antara Rusia dan Ukraina menyebabkan terjadinya kenaikan harga pangan dan energi. Demikian temuan survei Saiful Mujani Research and Consulting (SMRC) bertajuk “KTT G20 dan Perang Rusia-Ukraina” yang ditayangkan melalui kanal Youtube SMRC TV pada Selasa, 30 Agustus 2022.

Direktur Riset SMRC, Deni Irvani, dalam presentasinya menunjukkan bahwa dari 63 persen yang tahu perang Rusia dan Ukraina, sebagian besarnya (56 persen) pernah mendengar pandangan bahwa perang tersebut telah mengakibatkan kenaikan harga pelbagai kebutuhan pokok terutama makanan dan energi seperti bahan bakar minyak (BBM) dan gas.

Dari yang tahu atau pernah dengar pandangan bahwa perang antara Rusia dan Ukraina mengakibatkan kenaikan harga pangan dan energi, hampir seluruhnya (86 persen) percaya dengan pandangan tersebut. Hanya 9 persen yang tidak percaya dan 5 persen yang tidak menjawab.

Survei ini dilakukan secara tatap muka pada 5-13 Agustus 2022. Populasi survei ini adalah seluruh warga negara Indonesia yang punya hak pilih dalam pemilihan umum, yakni mereka yang sudah berusia 17 tahun atau lebih, atau sudah menikah ketika survei dilakukan.

Dari populasi itu dipilih secara random (multistage random sampling) 1220 responden. Response rate (responden yang dapat diwawancarai secara valid) sebesar 1053 atau 86%. Sebanyak 1053 responden ini yang dianalisis. Margin of error survei dengan ukuran sampel tersebut diperkirakan sebesar ± 3,1% pada tingkat kepercayaan 95% (asumsi simple random sampling).

Infografis Rencana Kunjungan Jokowi ke Ukraina-Rusia di Tengah Konflik (Liputan6.com/Triyasni)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya