7 Mitos Kanker Paru-Paru yang Sebaiknya Diabaikan

Temukan kebenaran dan jawaban yang tepat mengenai kanker paru-paru.

oleh Fany Triany diperbarui 02 Sep 2022, 10:11 WIB
ilustrasi paru-paru (sumber: freepik)

Liputan6.com, Jakarta - Menurut Pusat Pengadilan dan Pencegahan Penyakit (CDC), pada tahun 2018, ada 218.520 kasus baru kanker paru-paru dan 142. 080 kematian terkait di Amerika Serikat.

Secara global, pada tahun 2020, kanker paru-paru adalah kanker paling umum kedua setelah kanker payudara, dengan 2,21 juta kasus. Data tersebut bertanggung jawab atas 1,8 juta kematian. 

Meskipun lazim, kanker paru-paru umumnya disalahpahami. Untuk mendapatkan kebenaran yang pasti, Dr. Fred R. Hirsch, selaku direktur eksekutif Pusat Keunggulan untuk Onkologi Toraks di Institut Kanker Tisch Mount Sinai, New York, akan meluruskan permasalahan tersebut.

Melansir dari Medical News Today, Senin (29/8/2022), inilah 10 mitos tentang kanker paru-paru yang sebaiknya Anda abaikan.

1. Hanya perokok yang terkena kanker paru-paru

Mengutip dari Medical News Today, Dr. Hirsch menyatakan itu tidak benar. “Itu tidak benar, dan sayangnya, itu adalah mitos yang sangat menyakitkan dan menyebabkan stigma di masyarakat,” paparnya. 

Menurut CDC, sekitar 10-20% orang dengan kanker paru-paru di Amerika Serikat tercatat dengan riwayat tidak merokok, atau jika pernah sekalipun mereka hanya menghisap kurang dari 100 batang selama hidupnya. 

Data yang dimiliki oleh CDC, setiap tahun, sekitar 7.300 kematian akibat kanker paru-paru di kalangan bukan perokok berasal dari perokok pasif, dan 2.900 lainnya berasal dari paparan radon, yaitu gas radioaktif yang diproduksi secara alami ketika uranium, torium, dan radium terurai di lingkungan.

 


2. Tidak ada cara untuk mengurangi resiko

Dokter ungkap bahaya komplikasi cacar monyet yang bisa sebabkan radang paru-paru hingga merusak otak. (pexels/andreapiacquadio).

Menurut Dr. Hirsch, pernyataan yang diketahui masyarakat itu salah. Faktanya, masih ada beberapa cara yang bisa dilakukan untuk mengurangi resiko terkena kanker paru-paru.

“Ada beberapa cara untuk mengurangi resiko kanker paru-paru. Pertama dan yang terpenting adalah pencegahan merokok atau berhenti merokok,” kata Dr. Hirsch. 

Selain itu, ia juga menjelaskan tentang betapa pentingnya membatasi paparan asap rokok, yang dikenal sebagai perokok pasif.

Menurut CDC paparan asap rokok bagi perokok pasif menunjukkan angka tertinggi pada wilayah perkantoran.

“Perokok pasif lebih besar terpapar di tempat kerja dan rumah. Ini meningkatkan resiko kanker paru-paru sebesar 20-30%. Sedangkan rokok lainnya juga dianggap sebagai potensi resiko perkembangan kanker paru-paru.”

“Faktor resiko lainnya termasuk paparan radon. Jadi mengukur radon di rumah Anda itu penting. Selain itu, perilaku gaya hidup tertentu dianggap sebagai faktor resiko potensial, dan olahraga serta menghindari obesitas adalah penting,” kata Dr. Hirsch.

 


3. Orang tua lebih beresiko terkena kanker paru-paru

Ilustrasi Hasil Scan Penyakit Penderita Paru-Paru Credit: pexels.com/pixabay

3. Orang tua lebih beresiko terkena kanker paru-paru

Menurut Dr. Hirsch usia muda juga banyak yang terkena kanker paru-paru. Penyakit ini tidak terpaku dengan usia. Semua mungkin bisa terkena, tanpa terkecuali. 

“Ini tidak benar. Meskipun lebih dari setengah orang yang didiagnosa derita kanker paru-paru berusia lebih dari 65 tahun, namun banyak juga orang yang berusia di bawah 50 tahun terkena kanker paru-paru, terutama wanita,” kata Dr. Hirsch.

4. Tinggil di kota yang tercemar lebih buruk dampaknya daripada merokok

Memang benar bahwa polusi udara dari lalu lintas dapat meningkatkan resiko Anda terkena kanker paru-paru. Ini juga bisa berkitan dengan paparan limbah pabrik yang cukup beresiko. Namun, perbandingan antara polusi dan merokok ini sangat memberatkan. Sebab hingga sekarang masih belum ada yang bisa mengukur seberapa berat diantara kedua hal tesebut.

“Tingga di kota yang tercemar memiliki resiko terkena kanker paru-paru yang besar. Tetapi tidak ada yang tahu pasti apakah itu lebih buruk daripada penggunaan produk tembakau, dan kombinasinya mungkin lebih buruk lagi,” jelas Dr. Hirsch.


5. Saya sudah merokok selama bertahun-tahun, tidak ada gunanya berhenti sekarang

Asap Rokok Meningkatkan Risiko Anak Terinfeksi Flek Paru

Menurut Dr. Hirsch, cara sederhana untuk mengurangi resiko terkena kanker paru-paru adalah dengan berhenti merokok. Ini akan berpengaruh sangat signifikan bagi siapa saja. Anda mungkin memiliki peluang yang lebih besar menghindari resiko apabila mencoba berhenti merokok mulai sekarang.

Selain kanker paru-paru, berhenti merokok juga mengurangi resiko mengembangkan berbagai kondisi lain, termasuk penyakit jantung, osteroporosis, dan diabetes. 

Kata National Intitute on Aging:

“Tidak perduli berapa usia Anda atau berapa lama Anda merokok, berhenti merokok kapan saja akan meningkatkan kesehatan Anda. Ketika Anda berhenti, Anda cenderung menambah tahun dalam hidup, bernapas lebih mudah, memiliki lebih banyak energi dan menghemat uang.

6. Jika saya menderita kanker paru-paru, saya akan memiliki gejala

Sayangnya tidak semua orang yang menderita kanker paru-paru akan menunjukkan gejala. Menurut Dr. Hirsch, kanker paru-paru memang sulit dideteksi pada orang tanpa gejala maupun dengan gejala sekalipun. Dalam kasus ini, tetap dibutuhkan tes skrining untuk mengetahui lebih jelasnya.


7. Merokok adalah satu-satunya faktor resiko kanker paru-paru

Alodokter meluncurkan fitur baru yang memungkinkan pasien memeriksa kondisi paru-parunya sendiri lewat suara batuk.  (Pexels/edward jenner).

Saya tidak merokok, jadi saya aman dari kanker paru-paru. Benarkah begitu? Jawabannya tentu tidak. Merokok mungkin merupakan faktor resiko yang paling terkenal untuk kanker paru-paru, tetapi jelas bukan satu-satunya. Faktor lain bisa termasuk:

- Riwayat keluarga

- Paparan polusi udara

- Paparan radon

- Paparan asbes

- Radiasi di area dada

- Penyakit paru-paru kronis

Itulah tujuh mitos terkait kanker paru-paru yang sebaiknya jangan dipercaya. Apabila Anda mengidap atau tengah beresiko terkena kanker paru-paru, sebaiknya untuk berkonsultasi kepada dokter atau tenaga profesional lainnya, agar mendapatkan arahan yang tepat mengenai permasalahan yang tengah Anda alami.

Selain tujuh mitor tersebut, mungkin masih banyak mitos lainnya yang beredar dan dipercayai masyarakat. Ingat, tanyakan kepada ahli sebelum mempercayai atau meyakini informasi yang Anda dapatkan.

Infografis 1 dari 4 Perempuan Mengalami Kekerasan Fisik atau Seksual. (Liputan6.com/Trieyasni)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya