Liputan6.com, Banyumas - Masjid, surau, atau musala, menjadi salah satu bukti tak terbantahkan penyebaran dan perkembangan perabadan Islam.
Di Indonesia, ditemukan masjid-masjid tertua dengan usia lebih dari 500 tahun dan bahkan ada yang diyakini nyaris berusia 800 tahun.
Itu artinya, tempat ibadah ini melewati berbagai masa pemerintahan, mulai dari zaman kerajaan-kerajaan kuno di Nusantara.
Sebagian besar harus dipugar karena beberapa bagiannya telah lapuk termakan usia. Namun, pemugaran tetap memperhatikan keaslian bangunan sebagaimana arsitektur awal.
Baca Juga
Advertisement
Seperti diketahui, masjid bukan hanya sekadar tempat ibadah. Masjid juga digunakan untuk aktivitas sosial, politik, ekonomi, dan lain sebagainya.
Masjid tersebut tersebar mulai dari Pulau Sumatera, Jawa, hingga NTB. Mengutip berbagai sumber, berikut adalah enam masjid tertua di Indonesia:
1. Masjid Saka Tunggal Banyumas
Masjid tertua di Indonesia yang pertama adalah Masjid Saka Tunggal. Masjid ini dibangun pada tahun 1288 M pada era Mataram Kuno. Masjid ini berlokasi di Desa Cikakak, Kecamatan Wangon, Kabupaten Banyumas, Provinsi Jawa Tengah.
Satu hal yang unik, bangunannya hanya ditopang oleh satu tiang penyangga tunggal. Selain itu, hutan sekitar masjid, juga menjadi habitat ratusan monyet yang sering turun ke pelataran masjid.
Masyarakat sekitar tidak ada yang berani mengganggu monyet ini. Sebab, diyakini monyet-monyet ini telah ada sejak awal pendirian masjid di Banyumas ini.
Saksikan Video Pilihan Ini:
Masjid Agung Sunan Ampel, Masjid Kuno Bayan Beleq dan Masjid Agung Demak
2. Masjid Agung Sunan Ampel
Masjid ini berlokasi di Masjid Agung Sunan Ampel, Surabaya, Jawa Timur. Dibangun pada tahun 1421 oleh Raden Achmad Rachmatulloh yang tak lain adalah Sunan Ampel.
Gaya arsitektur masjid Agung Sunan Ampel khas Jawa Kuno dan Arab Islami.
3. Masjid Kuno Bayan Beleq
Masjid ini berlokasi di Desa Bayan, Lombok Barat. Dibangun sekitar abad ke-16, masa awal di mana Islam berkembang di Pulau Lombok.
Nama Beleq mempunyai arti “makam besar”. Hal ini sesuai dengan kondisi di sekitar masjid yang banyak terdapat makam.
Makam-makan tersebut merupakan makam dari Plawangan, Karang Salah, Anyar, Reak, Titi Mas Penghulu, Sesait, tokoh-tokoh agama Islam lain, dan orang-orang yang ikut membangun dan mengurus masjid sejak awal pembangunannya.
4. Masjid Agung Demak
Masjid yang berlokasi di Kota Demak, Jawa Tengah ini cukup populer karena menjadi berkumpulnya Wali Songo.
Masjid ini dibangun tahun 1474 dengan gaya khas Majapahit, yang membawa corak kebudayaan Bali. Gaya ini berpadu harmonis dengan langgam rumah tradisional Jawa Tengah.
Persinggungan arsitektur Masjid Agung Demak dengan bangunan Majapahit bisa dilihat dari bentuk atapnya.
Namun, kubah melengkung yang identik dengan ciri masjid sebagai bangunan Islam, malah tak tampak. Sebaliknya, yang terlihat justru adaptasi dari bangunan peribadatan agama Hindu.
Advertisement
Masjid Agung Sang Ciptarasa dan Masjid Tuo Kayu Jao
5. Masjid Agung Sang Ciptarasa
Masjid Agung Sang Ciptarasa didirikan pada tahun 1480 oleh Sunan Gunung Jati dan Sunan Kalijaga. Masjid ini berlokasi di Kesepuhan, Kota Cirebon, Jawa Barat.
Dilihat dari bentuk kubahnya memang tidak terlalu istimewa karena bentuknya hampir sama dengan kebanyakan masjid kuno di Indonesia. Namun jika masuk ke dalam, corak arsitektur akan terlihat jelas dari warna Tiongkok.
6. Masjid Tuo Kayu Jao
Masjid Tuo Kayu Jao adalah salah satu masjid tertua di Indonesia. Masjid ini terletak di Jorong Kayu Jao, Nagari Batang Barus, Kecamatan Gunung Talang, Kabupaten Solok, Sumatra Barat.
Dari pusat Kota Padang, masjid ini dapat dicapai setelah menempuh perjalanan selama 1,5 jam. Masjid yang tercatat telah berdiri sejak tahun 1599 ini merupakan masjid tertua di Kabupaten Solok dan salah satu yang tertua di Indonesia yang masih berdiri sampai saat ini.
Salah satu keturunan pendiri masjid bahkan menyebut tahun 1419 Masehi sebagai awal pembangunan. Masjid Tuo Kayu Jao merupakan cagar budaya di Sumatra Barat dan diawasi oleh Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala.
Masjid ini telah beberapa kali mengalami pemugaran, seperti pemugaran salah satu tiang dan penggantian atap ijuk yang lama dengan yang baru karena telah lapuk.
Meskipun telah beberapa kali dipugar, keaslian masjid ini masih tetap dipertahankan. Namun dalam pemugaran terakhir, warna cat masjid ini yang sebelumnya putih diganti menjadi coklat kehitaman.