Liputan6.com, Jakarta - PT Sarimelati Kencana Tbk (PZZA), emiten pengelola gerai Pizza Hut meraih kinerja keuangan beragam hingga Juni 2022. PT Sarimelati Kencana Tbk membukukan kenaikan penjualan tetapi alami rugi pada semester I 2022.
Mengutip laporan keuangan yang disampaikan ke Bursa Efek Indonesia (BEI), Selasa, 30 Agustus 2022, PT Sarimelati Kencana Tbk meraih penjualan Rp 1,74 triliun pada semester I 2022. Penjualan tersebut naik 3,58 persen dari periode sama tahun sebelumnya Rp 1,68 triliun.
Advertisement
Beban pokok penjualan turun 1,12 persen menjadi Rp 560,60 miliar pada semester I 2022 dari periode sama tahun sebelumnya Rp 566,96 miliar.
Dengan demikian, perseroan mencatat laba kotor meningkat 5,96 persen menjadi Rp 1,18 triliun pada semester I 2022 jika dibandingkan periode sama tahun sebelumnya Rp 1,12 triliun.
Perseroan mencatat beban penjualan naik menjadi Rp 1,07 triliun pada semester I 2022 dari periode sama tahun sebelumnya Rp 977,77 miliar. Beban umum dan administrasi bertambah menjadi Rp 112,12 miliar jika dibandingkan semester I 2021 sebesar Rp 97,65 miliar. Namun, pendapatan operasi lainnya susut menjadi Rp 13,85 miliar pada semester I 2022 dari periode sama tahun sebelumnya Rp 20,78 miliar.
Laba operasi turun 80,38 persen pada semester I 2022 menjadi Rp11,27 miliar, dibandingkan periode yang sama sebelumnya Rp 57,46 miliar.
PT Sarimelati Kencana Tbk (PZZA) mencatat rugi periode berjalan Rp 5,7 miliar pada semester I 2022. Kondisi ini berbeda dari periode sama tahun sebelumnya untung Rp 31,52 miliar.
Dengan demikian rugi per saham dasar tercatat Rp 2,0 pada semester I 2022 dari periode sama tahun sebelumnya mencatat laba per saham Rp 10,5.
Perseroan mencatat ekuitas Rp 1,10 triliun pada Juni 2022 dari Desember 2021 sebesar Rp 1,16 triliun. Liabilitas perseroan naik menjadi Rp 1,24 triliun pada semester I 2022 dari Desember 2021 sebesar Rp 1,05 triliun.
Total aset meningkat menjadi Rp 2,34 triliun pada semester I 2022 dari Desember 2021 sebesar Rp2,21 triliun. Perseroan kantongi kas dan bank Rp 53,21 miliar pada 30 Juni 2022 dari Desember 2021 sebesar Rp98,93 miliar.
Tanggapan Terkait Kenaikan Tarif PPN
Diberitakan sebelumnya, Pemerintah memastikan akan tetap memberlakukan tarif Pajak Pertambahan Nilai atau PPN 11 persen mulai 1 April 2022. Kenaikan PPN 11 persen ini sesuai dengan Undang-Undang No 7 Tahun 2021 tentang Harmonisasi Peraturan Perpajakan (HPP).
Kenaikan PPN itu turut berimbas pada sejumlah emiten, termasuk emiten pengelola gerai makanan. Sekretaris Perusahaan PT Sarimelati Kencana Tbk (PZZA), Kurniadi Sulistyomo menyampaikan, secara garis besar kenaikan meski hanya 1 persen berdampak pada perusahaan.
"Dampaknya semua vendor sama supplier sudah ada kenaikan, bahkan sejak awal tahun,” kata Kurniadi kepada Liputan6.com, Selasa (29/3/2022).
Namun begitu, untuk saat ini Kurniadi belum bisa merinci sejauh mana dampaknya bagi perseroan. Ia menjelaskan, dampak keseluruhan baru akan terlihat setidaknya tiga bulan hingga satu tahun implementasi PPN 11 persen. Sehingga perseroan belum akan melakukan penyesuaian yang signifikan.
"Saya belum bisa bilang dampaknya untuk saat ini. Tapi kalau dari sisi seller, kia lihat dulu tiga bulan ini bagaimana, nanti baru bisa ambil keputusan. Karena kita juga harus melihat bagaimana dampaknya terhadap margin profit kita sebelum pajak,” terangnya.
“Dampak yang paling mengkhawatirkan lebih ke daya beli masyarakat. Kita harus melihat ke sana,” imbuhnya.
Advertisement
PPN 11 Persen Berlaku 1 April 2022
Sebelumnya, Menteri Keuangan (Menkeu), Sri Mulyani menegaskan aturan PPN 11 persen tetap akan diberlakukan mulai 1 April 2022. Dia menuturkan, saat ini rata-rata tarif PPN secara global adalah 15 persen. Sementara, Indonesia sendiri tarifnya 10 persen. Dengan kata lain, masih terdapat ruang untuk meningkatkan tarif tersebut.
"Kami lihat PPN space masih ada, kami naikkan hanya 1 persen. Kami paham bahwa fokus sekarang ini pemulihan ekonomi. Namun, fondasi pajak yang kuat harus mulai dibangun," ujarnya.
Bukan tanpa sebab. Menurunnya, penerimaan negara merupakan aspek penting untuk mendorong pemulihan ekonomi karena dapat menunjang berbagai subsidi dan pembangunan. Untuk itu, UU HPP diyakini bisa meningkatkan potensi penerimaan di berbagai pos, seperti pajak penghasilan (PPh) dan PPN.
Penutupan IHSG 30 Agustus 2022
Sebelumnya, laju Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) bertahan di zona hijau hingga penutupan perdagangan Selasa, 30 Agustus 2022. Namun, penguatan IHSG menjadi terbatas dan sektor saham teknologi memimpin penguatan.
Pada penutupan perdagangan, IHSG naik tipis 0,38 persen ke posisi 7.159,47. Indeks LQ45 bertambah 0,54 persen ke posisi 1.021,74. Sebagian besar indeks acuan menghijau. Pada perdagangan Selasa pekan ini, IHSG berada di level tertinggi 7.223,12 dan terendah 7.140,15. Sebanyak 301 saham melonjak dan 239 saham melemah. 162 saham diam di tempat.
Total frekuensi perdagangan 1.377.725 kali dengan volume perdagangan 34,6 miliar saham. Nilai transaksi harian Rp 14,6 triliun. Posisi dolar Amerika Serikat terhadap rupiah di kisaran 14.911.
Sebagian besar sektor saham menghijau yang dipimpin indeks sektor saham IDXtechno melonjak 1,59 persen, dan catat kenaikan terbesar. Diikuti indeks setor saham IDXindustry menanjak 1,33 persen, indeks sektor saham IDXinfrastruktur mendaki 1,3 persen, indeks sektor saham IDXhealth menanjak 1,25 persen, indeks sektor saham IDXbasic menguat 0,55 persen, indeks sektor saham IDXsiklikal mendaki 0,41 persen.
Sementara itu, indeks sektor saham IDXfinance menguat 0,42 persen, indeks sektor saham IDXtransportasi mendaki 0,47 persen. Sedangkan indeks sektor saham IDXenergi susut 1,03 persen, indeks sektor saham IDXnonsiklikal melemah 0,50 persen dan indeks sektor saham IDXproperty susut 0,32 persen.
Advertisement