Liputan6.com, Singapura - Bursa saham Asia Pasifik jatuh pada perdagangan Rabu, 31 Agustus 2022 menyusul petunjuk negatif dari wall street, seiring investor menantikan rilis data aktivitas pabrik China.
Indeks Hong Kong Hang Seng turun 1,38 persen. Indeks Hang Seng teknologi susut 1,74 persen. Sementara itu, saham Alibaba melemah 3,3 persen.
Advertisement
Indeks Shanghai susut 0,36 persen dan indeks Shenzhen tergelincir 0,78 persen. Indeks Manufaktur Pembelian China pada Agustus berada di posisi 49,4. Sedangkan non manufaktur PMI berada di posisi 52,6.
Pembacaan PMI berurutan dan mewakili ekspansi atau kontraksi dari month on month (bulan ke bulan). Tanda 50 poin yang memisahkan pertumbuhan dari kontraksi.
Indeks Nikkei 225 di Jepang turun 0,52 persen, dan indeks Topix tergelincir 0,56 persen. Indeks S&P/ASX 200 Australia turun 0,34 persen. Di Korea Selatan, indeks Kospi 0,46 persen lebih rendah dan Kosdaq turun 0,2 persen.
Indeks MSCI dari saham Asia Pasifik di luar Jepang turun 0,75 persen. Semalam di Wall Street, indeks saham utama jatuh untuk sesi ketiga secara berturut-turut.
Indeks S&P 500 turun 1,1 persen menjadi 3.986,16, jatuh di bawah level 4.000 untuk pertama kalinya sejak Juli. Indeks Nasdaq Composite turun 1,1 persen, menjadi ditutup pada 11.883,14, dan Dow Jones Industrial Average turun 308,12 poin, atau hampir 1 persen, menjadi 31.790,87.
"Pasar ekuitas terus dipengaruhi oleh ekspektasi bahwa bank sentral akan tetap pada akselerator dalam hal kenaikan suku bunga," tulis ANZ Research Brian Martin dan Daniel Hynes dalam sebuah catatan, dikutip dari CNBC, Rabu (31/8/2022).
Pada Selasa di Amerika Serikat, Presiden Federal Reserve New York John Williams mengatakan, melihat suku bunga naik lebih lanjut dan tetap pada level tersebut sampai inflasi terkendali.
Sedangkan, produksi industri di Jepang secara tak terduga naik 1 persen pada Juli dari bulan sebelumnya, menurut data resmi.
Data terbaru mengalahkan perkiraan kontraksi 0,5 persen yang diprediksi oleh analis dalam survei Reuters, setelah output pabrik Juni melonjak 9,2 persen karena China melonggarkan pembatasan COVID-19.
Penjualan Ritel
Penjualan ritel untuk Juli juga naik 2,4 persen dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya.
Yen Jepang sedikit menguat dan terakhir berada di 138,63 terhadap dolar. Pemerintah China berusaha untuk meningkatkan penjualan mobil, dan ini kemungkinan akan lebih menguntungkan kendaraan listrik daripada rekan-rekan mereka yang berbasis bensin. Hal itu diungkapkan oleh Morgan Stanley.
"Sementara China bersiap untuk pertumbuhan ekonomi kuartalan paling lambat dalam dua tahun, industri mobil mendapat manfaat dari stimulus multifaset yang ditawarkan oleh pemerintah pusat dan daerah," kata Analis bank dalam sebuah catatan bulan ini.
Mereka menyebutkan tiga saham dengan peringkat beli yang mereka harapkan mendapat dorongan dari langkah-langkah tersebut.
Penutupan Bursa Saham Asia 30 Agustus 2022
Bursa saham Asia Pasifik bervariasi pada perdagangan Selasa, 30 Agustus 2022 setelah turun tajam usai ketua The Federal Reserve Jerome Powell menyampaikan pidato yang hawkish di Jackson Hole.
Di Jepang, indeks Nikkei 225 mendaki 1,14 persen ke posisi 28.195,58, dan indeks Topix menguat 1,25 persen ke posisi 1.968,38.
Indeks Korea Selatan Kospi mendaki 0,99 persen ke posisi 2.450,93. Indeks Kosdaq naik 2,2 persen ke posisi 797,02. Di Australia, indeks ASX 200 menguat 0,47 persen ke posisi 7.230,40.
Indeks Hang Seng melemah 0,42 persen. Indeks Hang Seng teknologi susut 0,7 persen. Bursa saham China melemah. Indeks Shanghai susut 0,42 persen ke posisi 3.227,22. Indeks Shenzhen turun 0,39 persen ke posisi 11.970,79. Indeks MSCI Asia Pasifik di luar Jepang menguat 0,5 persen.
Advertisement
Penutupan Wall Street 30 Agustus 2022
Sebelumnya, bursa saham Amerika Serikat (AS) atau wall street anjlok pada perdagangan Selasa, 30 Agustus 2022. Koreksi wall street terjadi dalam tiga hari dan membahayakan reli musim panas.
Hal ini seiring the Federal Reserve (the Fed) dan bank sentral global lainnya terus memberi sinyal akan menaikkan suku bunga untuk menekan inflasi meski ada konsekuensi negatif bagi pertumbuhan ekonomi dan potensi keuntungan perusahaan.
Pada penutupan perdagangan wall street, indeks S&P 500 turun 1,1 persen menjadi 3.986,16. Indeks S&P 500 turun di bawah level 4.000 untuk pertama kali sejak Juli 2022.
Indeks Nasdaq anjlok 1,1 persen ke posisi 11.883,14. Indeks Dow Jones melemah 308,12 poin atau hampir 1 persen menjadi 31.790,87.
Pasar menambah kerugian yang dimulai Jumat, 26 Agustus 2022 ketika indeks S&P 500 merosot lebih dari tiga persen seiring komentar dari ketua the Fed Jerome Powell untuk melawan inflasi dan terus turun pekan ini.
Kembalinya acuan dari level terendah pertengahan Juni 2022 telah terpangkas menjadi 8,7 persen. Indeks Dow Jones dan Nasdaq saat ini sekitar 6 persen dan 11 persen di atas posisi terendah pada musim panas.
Komentar terbaru pun datang dari Presiden the Fed New York John Williams pada Selasa, 30 Agustus 2022. “Saya pikir dengan permintaan yang jauh melebihi pasokan, kita perlu mendapatkan suku bunga riil di atas nol. Kami perlu memiliki kebijakan yang agak membatasi untuk memperlambat permintaan dan kami belum sampai di sana,” ujar William kepada Wall Street Journal dikutip dari CNBC, Rabu (31/8/2022).
“Kami masih jauh dari itu,” ia menambahkan.
Dibayangi Kebijakan Bank Sentral
Komentar Williams mengikuti sentimen serupa yang disuarakan oleh pembuat kebijakan Bank Sentral Eropa dan Gubernur Bank Sentral Estonia Madis Muller yang mengatakan bank sentral harus membahas kenaikan suku bunga 75 basis poin pada September 2022 mengingat inflasi yang sangat tinggi.
Suku bunga jangka pendek melanjutkan perjalanan lebih tinggi karena investor bertaruh kenaikan suku bunga lebih banyak. Imbal hasil treasury bertenor dua tahun mencapai level tertinggi dalam hampir 15 tahun.
“Pasar rapuh dan penerimaan hawkish the Fed menunjukkan mencoba untuk menjadi jelas kalau inflasi menjadi prioritas nomor satu mereka,” ujar Chief Investment Officer Homrich Berg, Stephanie Lang.
Ia menambahkan, semua mata tertuju kepada laporan pekerjaan Jumat pekan ini tetapi angka yang kuat hanya akan berarti lebih banyak retorika yang sama dari the Fed, dalam hal komitmennya untuk menurunkan inflasi.
“Kami berada pada saat yang sulit, tetapi saya tidak berpikir pada satu titik data tertentu akan memberikan kelegaan pasar,” ujar Lang.
“Anda perlu melihat beberapa bulan data inflasi actual terus bergerak turun agar the Fed merasa sedikit nyaman,” kata dia.
Advertisement