Liputan6.com, Jakarta - Semangat kerja sama para anggota aliansi G20 EMPOWER telah dibangun sejak Kepresidenan Saudi Arabia, tahun 2020, yang kemudian diperkuat di bawah Kepresidenan Itali, tahun 2021. Tongkat estafet G20 EMPOWER Kepresidenan Indonesia berlandaskan semangat kerjasama terus dilanjutkan.
Rinawati Prihatiningsih selaku Co-Chair G20 EMPOWER mengatakan, di bawah Kepresidenan Indonesia, tahun 2022 dengan tema 'Pulihkan Bersama, Pulihkan Lebih Kuat, untuk Menutup Kesenjangan Gender', aliansi G20 EMPOWER mendorong kerja sama tersebut menjadi semakin solid, sukses menghasilkan kesepakatan yang dituangkan dalam “Lampiran Teknis”, berupa poin-poin komitmen dari sektor swasta yang telah disepakati bersama.
"Lampiran Teknis beserta Buku Pedoman atau Playbook dan Dashboard KPI, untuk mendukung sektor swasta dan pemerintah dalam meningkatkan partisipasi perempuan dalam angkatan kerja dan bisnis telah diserahkan secara langsung pada Menteri PP-PA, di acara Ministerial Conference on Women’s Empowerment (MCWE) G20 2022 di Bali," ungkap Rinawati, Rabu (31/8/2022).
Penyerahan tersebut dilakukan oleh Chair G20 EMPOWER, Yessie D Yosetya dan Co-Chair, Rinawati Prihatiningsih. Serta didampingi Co-Chair dari Jepang, Tsukiko Tsukahara, Co-Chair dari India, Sangita Reddy dan Lenita Tobing dari BCG.
Baca Juga
Advertisement
G20 EMPOWER sebagai aliansi dari Group of Twenty (G20) di bawah Kepresidenan Indonesia mengusung 3 aksi prioritas menyoroti akuntabilitas untuk implementasi G20 Empower KPI, perempuan dan UMKM sebagai penggerak ekonomi, dan strategi membangun ketahanan digital & ketrampilan masa depan bagi perempuan.
Tiga poin rekomendasi yang mudah diadopsi, disusun untuk memastikan pengukuran KPI dalam mendukung pemberdayaan dan kepemimpinan ekonomi perempuan. Pertama, bersama ILO & OECD, G20 EMPOWER menghasilkan dashboard untuk mengukur KPI yang telah disepakati yang akan dirilis setiap tahun.
"Kedua, G20 EMPOWER memanfaatkan jaringan Advokat dari seluruh negara anggota G20 yang bertujuan multiplier effect dalam mempercepat partisipasi akses kepemimpinan ekonomi perempuan. Ketiga, G20 EMPOWER telah menghasilkan Playbook yang berisi 73 praktik baik dari berbagai perusahaan di 15 negara yang dapat diimplementasikan oleh sektor swasta," tuturnya.
G20 EMPOWER juga memperkuat isu-isu prioritas dengan mengangkat pembahasan tentang perempuan sebagai pekerja dan perempuan sebagai pemilik usaha terutama skala UMKM sebagai basis pemulihan ekonomi.
Dalam hal ini, G20 EMPOWER menghasilkan rekomendasi yang dapat diambil oleh sektor swasta untuk mendukung keterlibatan dalam Usaha Mikro, Kecil dan Menengah. Hal ini sejalan dengan isu prioritas kedua.
Kerja sama Sektor Publik dan Swasta
Upaya terkoordinasi lebih lanjut yang mencakup peningkatan kerja sama sektor publik dan swasta dalam mendukung baik perempuan yang bekerja di UMKM maupun bagi perempuan pemilik UMKM sebagai penggerak pertumbuhan ekonomi.
Memperkuat isu prioritas ketiga, G20 EMPOWER menyoroti pembangunan ekonomi masa depan melalui peningkatan ketrampilan dan pemberdayaan digital. Sektor swasta didorong untuk membangun ketrampilan masa depan terkait digital ekonomi dengan meningkatkan kesadaran dan partisipasi digital, membuat program pelatihan yang disesuaikan, dan pelacakan dan pemantauan berkelanjutan.
“Atas nama Tim Kepresidenan G20 EMPOWER Indonesia, saya menyampaikan apresiasi dan terima kasih yang tulus kepada semua pihak yang telah membantu. Di antaranya untuk Co-Chair G20 EMPOWER dari Itali, Jepang, Kanada, dan India, juga para Delegasi G20 dan Negara Undangan, para Advocates G20 EMPOWER, mitra kerja dari ILO, OECD atas partisipasi aktif, dukungan, pandangan, masukan, berbagi pengalaman, pertukaran ide dan kerjasama yang solid," kata Rinawati.
Advertisement