Gantungkan Kehidupan dari Bertani dan Memungut Biji Asam, Kakek Disabilitas di NTT Terima Bantuan

MB (nama disamarkan) adalah penyandang disabilitas fisik asal Desa Taaba, Kecamatan Weliman, Kabupaten Malaka, Provinsi Nusa Tenggara Timur.

oleh Ade Nasihudin Al Ansori diperbarui 31 Agu 2022, 17:00 WIB
Ilustrasi disabilitas Foto: Pixabay

Liputan6.com, Jakarta MB (nama disamarkan) adalah penyandang disabilitas fisik asal Desa Taaba, Kecamatan Weliman, Kabupaten Malaka, Provinsi Nusa Tenggara Timur.

Sejak lahir, kakek berusia 69 ini memiliki kaki yang pendek sebelah. Kaki sebelah kiri lebih pendek dari yang kanan, akibatnya ia berjalan dengan pincang.

Untuk mobilitas sehari-hari, ia menggunakan alat bantu tongkat kayu. Secara keseluruhan, fisiknya sehat dan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari ia bekerja sebagai petani di desanya.

Jika musim hujan, MB menghabiskan hari-harinya dengan menanam dan mengurus berbagai tanaman. Sedangkan, di musim kemarau ia kegiatannya acap kali diselingi dengan memungut biji asam untuk dijual seharga Rp. 3.500 per kilo.

MB hidup bersama istri berinisial B (65 tahun). B membantu meningkatkan pendapatan keluarga dengan menenun. Jika tidak ada pesanan, B tetap menenun untuk dijual di pasar. Harga pesanan tenun rata-rata seharga Rp 500.000 hingga Rp 750.000 tergantung motif. Motif garuda memiliki harga paling tinggi yakni Rp 750.000.

Disamping bertani kakek  MB juga memelihara ternak babi. Saat ini jumlah ternak babinya berjumlah 5 ekor. Dua indukan dan tiga anakan.

Menurutnya, dulu ternak babinya banyak, lebih dari 20 ekor. Tetangga juga sering membeli bibit babi pada kakek ini. Namun, pada 2020, babinya terserang penyakit dan banyak yang mati.

Meski rajin bekerja, tapi pendapatan sebagai petani dan penenun hanya cukup untuk memenuhi kebutuhan makan.


Rumah MB

Dalam data kependudukan kartu keluarga (KK) tertuang bahwa keluarga MB terdiri dari suami, istri dan ada 4 orang anak.

Setelah dicocokkan, hasil konfrmasi keluarga menyatakan bahwa MB dan B memiliki 3 anak. Anak pertama meninggal, anak kedua bertempat tinggal di sebelahnya. Anak kedua sering membantu dan ikut merawat dan mengurus MB dan B. Sementara anak ke 3 merantau di Malaysia dan tidak pernah pulang, sementara KK belum diperbaharui.

Menurut pantauan dari tim Kementerian Sosial (Kemensos) kondisi rumah MB sederhana dengan ukuran yang kecil. Dindingnya terbuat dari papan kayu dan anyaman bebak (anyaman pelepah daun giwang) dan beratap seng.

Kondisi rumah tidak rapi, ruangan tidak bersekat, dan lantainya masih tanah. Selain ada rumah hunian, MB juga memiliki rumah untuk gudang makanan dan menenun. 

Di sisi lain, kakek tersebut memiliki lahan untuk pekarangan rumah dan bertani. Lahan yang dimiliki cukup luas. Di samping lahan, ia juga memiliki kandang untuk ternak babi.


Menerima PKH dan Kartu BPJS-PBI

Keluarga MB juga menerima dana dari Program Keluarga Harapan (PKH) dan memiliki kartu Badan Penyelenggara Bantuan Sosial-Penerima Bantuan Iuran (BPJS-PBI).

Adapun  kebutuhan yang mendesak dibutuhkan keluarga adalah alat bantu, pangan dan bantuan pemberdayaan ekonomi berupa bibit jagung, bibit sayur, pupuk dan benang tenun.

Untuk itu, Kementerian Sosial melalui Sentra “Efata” Kupang dengan Program Asistensi Rehabilitasi Sosial (ATENSI) memberikan bantuan Atensi kepada MB.

Kepala Sentra “Efata”, Supriyono menyatakan bantuan Atensi keluarga ini diberikan kepada lansia dengan disabilitas tersebut sesuai dengan hasil asesmen yang telah dilakukan oleh para petugas yaitu Pekerja Sosial Sentra “Efata”.

Petugas yang melakukan asesmen berjumlah 2 orang pekerja sosial, didampingi oleh rekan Sakti Peksos dan Pendamping Disabilitas Kabupaten Malaka.

Intervensi yang telah dilakukan oleh Sentra "Efata" di Kupang yaitu koordinasi dan kolaborasi dengan Direktorat Disabilitas dan Direktorat Lansia Ditjen Rehsos untuk mengampu bantuan makanan.


Bantuan Lainnya

Pemberian bantuan Atensi juga diberikan untuk pemeliharaan kesehatan yang mencakup sabun mandi, sabun cuci, pasta gigi, sikat gigi dan sampo.

Tak lupa kebutuhan dasar berupa beras, minyak goreng dan sarden. Pemberian Alat bantu disabilitas berupa tongkat ketiak (kruk), juga pemberian bantuan Atensi untuk pemberdayaan ekonomi berupa benang tenun, bibit jagung, bibit sayur dan pupuk.

Serta Berkoordinasi dengan dinas sosial dan dukcapil untuk perbaharui dokumen kependudukan (KK).

Tindak lanjut ke depannya yang akan dilakukan oleh Sentra yaitu mendampingi dan membantu pemasaran produk tenun melalui SKA Sentra Efata, menjalin kerja sama dengan Dewan Kerajinan Nasional Daerah (Dekranasda) dan membantu pemasaran melalui daring.

“Lalu memastikan identitas lansia dan disabilitas masuk dalam daftar penerima bansos sambil diampu bantuan pangan sementara oleh Sentra dan juga koordinasi dengan Dinas Sosial untuk memonitor kondisi keluarga,” mengutip keterangan pers Kemensos, Rabu (31/8/2022).

Infografis Akses dan Fasilitas Umum Ramah Penyandang Disabilitas. (Liputan6.com/Triyasni)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya