Gelombang Panas Picu Musim Gugur Palsu di Inggris, Kok Bisa?

Musim gugur palsu di Inggris terjadi karena pepohonan menggugurkan daunnya untuk mencoba mempertahankan kelembapan di tengah suhu mencekik selama gelombang panas.

oleh Asnida Riani diperbarui 03 Sep 2022, 20:31 WIB
Ilustrasi musim gugur | unsplash.com/@jakobowens1

Liputan6.com, Jakarta - Suhu musim panas yang ekstrem di Inggris tidak hanya mengeringkan tanah, sungai, danau, dan waduk. Gelombang panas di negara itu bahkan menyebabkan pepohonan menggugurkan daunnya lebih awal, menghadirkan "musim gugur palsu."

Alih-alih hijau, banyak kebun, taman, dan hutan kota di Inggris sekarang jadi lautan daun berwarna oranye, kuning, merah, dan cokelat, dengan karpet daun tebal di tanah, lapor AFP, melansir Japan Today, Rabu, 31 Agustus 2022. Gugurnya daun lebih awal adalah tanda stres.

Dijelaskan bahwa pepohonan menggugurkan daunnya untuk mencoba mempertahankan kelembapan. Para ahli mengatakan, sementara pohon lebih tua dengan akar yang dalam dapat bertahan dalam kondisi lebih kering, pohon lebih muda dan kurang mapan berisiko mati.

"Pohon-pohon itu menggunakan hormon yang mereka gunakan di musim gugur untuk menarik kembali dan memastikan kelangsungan hidup mereka," kata Rosie Walker dari badan amal konservasi Woodland Trust, pada radio BBC. "Mereka akan terus seperti ini selama beberapa tahun, tapi akan mulai berdampak pada pohon jika kita tidak terlalu berhati-hati."

Suhu melonjak di atas 40 derajat celcius untuk pertama kalinya di Inggris pada Juli 2022. Perubahan iklim telah disalahkan atas gelombang panas yang telah menyebabkan kekeringan dan larangan penggunaan pipa selang untuk menghemat air di beberapa daerah.

The Woodland Trust mengatakan, daun yang jatuh kemungkinan besar berasal dari pohon birch, silver birch, dan rowan. "Kami melihat pergantian pertama pada birch perak pada 12 Agustus, yang sangat awal," kata Walker, menambahkan bahwa spesies lain juga menggugurkan daunnya.

 


Terjadi Lebih Sering

Ilustrasi musim gugur. (Photo by GR Stocks on Unsplash)

Leigh Hunt, penasihat hortikultura utama di Royal Horticultural Society, mengatakan bahwa situasi serupa diamati selama musim kemarau yang berkepanjangan pada 2006--2007 dan tepat sebelum pandemi COVID-19.

"Ini benar-benar sangat parah tahun ini," katanya pada Times Radio. "Tapi, apa yang saya perhatikan adalah peristiwa ini tampaknya terjadi lebih sering. Suhu yang akan lebih panas, musim panas lebih kering. dan hujan lebih tidak menentu sangat cocok dengan gagasan tentang perubahan iklim."

Sementara itu, The Woodland Trust mengatakan telah mencatat kemunculan paling awal blackberry liar matang, yang biasanya buah musim gugur, pada 28 Juni 2022. Pematangan buah dan kacang sebelum waktunya dapat berdampak negatif pada mamalia kecil dan burung yang menyimpan energi pada September dan Oktober.

"Waktu alam adalah segalanya bagi satwa liar kita," kata Steve Hussey dari Devon Wildlife Trust di barat daya Inggris. "Krisis iklim membawa serta pola cuaca musiman yang tidak dapat diadaptasi oleh satwa liar kita."

"Musim panas kami yang panjang dan panas dan 'musim gugur palsu' akan memengaruhi banyak spesies hingga bulan-bulan musim gugur yang sebenarnya dan seterusnya," ia menambahkan.


Dipengaruhi Perubahan Iklim

Warga duduk di kursi malas Taman Alnwick saat gelombang panas melanda Eropa di Alnwick, Inggris, Rabu (24/7/2019). Badan cuaca nasional Inggris, Met Office, meramalkan suhu akan memuncak di negara tersebut hingga bisa mencapai 39 Celcius. (Owen Humphreys/PA via AP)

Gelombang panas Inggris baru-baru ini begitu "membara." Kondisi suhu panas tersebut terjadi setidaknya 10 kali lebih mungkin akibat perubahan iklim yang disebabkan manusia, demikian sebuah analisa baru oleh World Weather Attribution (WWA) menunjukkan.

Mengutip CNN, mereka juga menyebut bahwa temuannya kemungkinan terlalu rendah. Pasalnya, alat yang tersedia bagi para ilmuwan memiliki keterbatasan dan menciptakan kekurangan tentang seberapa besar peran yang dimainkan manusia dalam gelombang panas.

Gelombang panas jadi lebih sering dan lebih lama secara global. Para ilmuwan mengatakan, perubahan iklim yang disebabkan manusia memiliki pengaruh pada banyak hal. Pertanyaan yang lebih sulit untuk dijawab: "Seberapa besar pengaruh manusia?"

Demi menentukan pengaruh manusia terhadap panas ekstrem, para ilmuwan menggunakan kombinasi pengamatan dan model iklim. Panas ekstrem yang diamati di Eropa barat meningkat lebih dari yang diperkirakan model iklim.

"Sementara model memperkirakan emisi gas rumah kaca meningkatkan suhu dalam gelombang panas ini sebesar dua derajat celcius, catatan cuaca historis menunjukkan bahwa gelombang panas akan jadi empat derajat celcius lebih panas," jelas WWA dalam keterangannya.


Infrastruktur Inggris Takluk

Seorang pria menggunakan koran sebagai kipas saat bepergian di jalur Bakerloo di London pusat selama gelombang panas, Senin (18/7/2022). Untuk pertama kalinya, Inggris mengalami cuaca panas dengan suhu diperkirakan mencapai 40 derajat celsius. (Yui Mok/PA via AP)

WWA melanjutkan, ini menunjukkan bahwa model meremehkan dampak nyata dari perubahan iklim yang disebabkan manusia pada suhu tinggi di Inggris dan bagian lain dari Eropa Barat. "Ini juga berarti bahwa hasil analisa konservatif dan perubahan iklim kemungkinan meningkatkan frekuensi kejadian lebih dari faktor-faktor yang diperkirakan penelitian," tambahnya.

Saat suhu di Inggris melonjak, bulan lalu, infrastruktur negara itu takluk. Rel kereta api tidak berbentuk, landasan pacu bandara bahkan meleleh. Pemadam kebakaran London menyatakan "insiden besar" ketika sejumlah kebakaran terjadi, dalam apa yang dikatakan dinas itu sebagai hari tersibuk sejak Perang Dunia II.

Orang-orang disarankan bekerja dari rumah, beberapa sekolah ditutup, sementara rumah sakit dan layanan darurat dibatasi.

"Di Eropa dan bagian lain dunia kita melihat semakin banyak gelombang panas yang memecahkan rekor menyebabkan suhu ekstrem yang menjadi lebih panas (dan) lebih cepat daripada di kebanyakan model iklim," kata Friederike Otto dari Grantham Institute for Climate Change di Imperial College London, yang memimpin proyek WWA.

Infografis: Bumi Makin Panas, Apa Solusinya? (Liputan6.com / Abdillah)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya