Liputan6.com, Gorontalo - Pemulihan ekonomi usai pandemi menjadi fokus pemerintah saat ini. Beragam program diluncurkan agar pemulihan ekonomi secara nasional bisa dipercepat.
Tak tanggung-tanggung, pemerintah bahkan menggelontorkan dana triliunan untuk pemulihan ekonomi dari berbagai sektor. Hingga kini tercatat, realisasi Program Penanganan Covid-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional (PC-PEN) telah mencapai Rp178 triliun hingga Agustus 2022.
Baca Juga
Advertisement
Berbeda dengan yang ada di Desa Ulanta, Kecamatan Suwawa, Kabupaten Bone Bolango (Bonebol). Untuk memulihkan ekonomi, pemerintah desa membentuk Kelompok Wanita Tani (KWT).
Bahkan KWT hadir di Desa Ulanta tidak hanya membawa misi pemulihan ekonomi. Gerakan KWT tersebut juga membawa program ketahanan pangan melalui tanaman sayur dan buah jenis hortikultura dan budidaya air tawar.
Desa yang memiliki jumlah penduduk sekitar 1.389 jiwa dengan 404 kepala keluarga (KK) itu, memiliki komitmen besar menjadi desa kawasan ketahanan pangan terpadu di Kabupaten Bonebol.
Secara geografis, desa Ulanta berada tepat di kaki gunung Hutan Taman Nasional Bogani Nani Wartabone (TNBNW). Itulah mengapa, jika desa ini memiliki debit air yang melimpah sebagai menunjang pertanian dan perikanan.
Ditambah lagi, desa ulantha berada dekat dengan pusat pemerintahan kabupaten Bonebol. Hal itu memudahkan pemerintah desa setempat sangat mudah melakukan koordinasi dengan pihak pemerintah Kabupaten.
Menurut Kepala Desa Ulanta, Like E Ambow bahwa desanya sendiri memiliki potensi pertanian yang sangat besar. Itulah mengapa, jika potensi ini yang mencoba mereka gali melalui dana pemulihan ekonomi yang ada di desa.
"Mengapa saya berdayakan KWT, karena mamang di desa ini banyak ibu rumah tangga yang tidak punya pekerjaan. Apa salahnya mereka kita pekerjakan tanpa mengabaikan pekerjaan rumah mereka," kata Like Ambow.
Selain itu kata Like, bahwa desa ulanta tidak begitu melirik pertanian. Tercatat saat ini, yang memiliki pekerjaan petani di desa ulanta hanya 12 persen, sementara ASN hanya 1 persen yang paling banyak adalah swasta berada di angka 87 persen.
"Ini menandakan, jika presentasi pertanian sangat kecil, semetara potensinya sangat besar," tuturnya.
"Saya ilustrasikan, jika KWT kedepan bisa menghasilkan komoditi yang menjadi kebutuhan warga, saya yakin dan percaya perputaran ekonomi dari hasil pertanian akan meningkat signifikan," tuturnya.
Sementara aktivitas KWT sendiri tidak hanya melakukan penanaman secara konvensional. Namun ada juga beberapa komoditas yang ditanam dengan menggunakan sistem hidroponik tanpa harus takut dengan musim kemarau.
"Saat ini, KWT sudah melakukan penanaman baik itu secara konvensional maupun dengan metode hidroponik. Untuk hidroponik sendiri kami sudah mulai memproduksi sayur dan buah berbagai varian,"ungkapnya.
"Untuk penjualan, KWT sudah memiliki langganan baik baik rumah makan dan hotel yang sudah menjadi langganan mereka," imbuhnya.
Mewujudkan Desa Mandiri
Sementara itu, Yuriko Kamaru, salah satu tokoh masyarakat juga pembina KWT mengatakan, jika gerakan KWT sejatinya untuk mewujudkan masyarakat mandiri. Sebab, jika masyarakat sudah mandiri maka ekonomi akan tumbuh.
Menurutnya, kebanyakan program pemerintah pusat saat ini menjadikan warga agar sejahtera. Berbeda dengan KWT, gerakan mereka adalah bagaimana warga desa bisa mandiri.
"Karena sesungguhnya sejahtera itu sampai kapanpun tidak akan terwujud. Kata sejahtera hanyalah kata sifat. Akan tetapi, jika mereka mandiri, yakin dan percaya kebutuhan ekonomi mereka akan tercukupi," kata Yuriko.
Selain itu, program ini selaras dengan status desa Ulanta kedepan. Tahun ini, desa ulanta yang sebelumnya berstatus desa maju akan berusaha berubah menjadi mandiri. Sehingga dibutuhkan langkah konkrit dari program KWT untuk bisa meraih status desa mandiri.
"Kami yakin dan percaya, melalui KWT semua akan terwujud, terutama soal status desa mandiri, pemulihan ekonomi nasional hingga kawasan ketahanan pangan terpadu," ia menandaskan.
Advertisement