Liputan6.com, Purwokerto - Bulan Safar adalah bulan kedua dalam kalender Hijriyah yang yang menggunakan penanggalan rembulan (Qamariyah).
Ada satu kepercayaan sejak zaman Jahiliyah, bulan Safar adalah bulan malapetaka atau bulan sial. Padahal, kepercayaan itu tak berdasar.
Kepercayaan terhadap adanya hari sial bisa dilacak keberadaannya sejak masa Jahiliyah. Hari-hari tertentu dianggap sebagai hari yang membawa petaka atau kesialan, misalnya hari Rabu terakhir atau Rebo wekasan.
Baca Juga
Advertisement
Keyakinan ini juga tetap ada setelah Islam datang, bahkan hingga kini. Dari sudut pandang aqidah, keyakinan seperti itu sebenarnya justru membuka pintu bala’ itu sendiri sebab Allah memang menyesuaikan rahmat atas seorang hamba sesuai dengan prasangka hamba itu sendiri. Allah berfirman dalam sebuah hadis qudsi sebagaimana berikut:
أَنَا عِنْدَ ظَنِّ عَبْدِي بِي
"Aku sesuai persangkaan hambaku tentang diriku." (Muttafaq ‘Alaihi)
Hadis di atas bisa menjadi dasar untuk selalu berprasangka baik, termasuk di bulan Safar yang dianggap sebagai bulan sial. Sebab, Allah SWT akan mengabulkan prasangka, sesuai dengan yang disangkakan oleh hamba-Nya.
Di sisi lain, hari Rabu diyakini juga merupakan hari yang penuh berkah. Dalam sebuah hadis disebutkan, hari Rabu adalah hari di mana Allah menciptakan nur (cahaya) alam semesta.
خَلَقَ اللهُ عَزَّ وَجَلَّ التُّرْبَةَ يَوْمَ السَّبْتِ، ...، وَخَلَقَ النُّورَ يَوْمَ الْأَرْبِعَاءِ
“Allah Yang Maha Agung menciptakan tanah di hari Sabtu, ... dan menciptakan cahaya di hari Rabu...” (HR. Muslim)
Di hadis sahih lainnya, seperti diriwayatkan Imam Bukhari dalam al-Adab al-Mufrad, justru hari Rabu adalah hari di mana doa Nabi dikabulkan setelah sebelumnya berdoa mulai senin di masjid al-Fath.
Karena itu, lebih baik kita memanjatkan doa agar Allah memberikan rahmat dan hidayah-Nya dan menghindarkan kita dari marabahaya.
Saksikan Video Pilihan Ini:
Doa untuk Menangkal Sial
Daripada mempercayai bulan Safar adalah bulan sial, lebih baik mengisinya dengan berbagai ibadah dan yakin bahwa bulan ini penuh keberkahan. Sebab, sebenarnya malapetaka atau kesialan dapat menimpa kapan saja, tidak mesti pada bulan tertentu.
Mengutip NU Online, doa yang bisa dibaca untuk terhindar dari marabahaya atau malapetaka adalah:
بِسْمِ اللَّهِ الَّذِي لَا يَضُرُّ مَعَ اسْمِهِ شَيْءٌ فِي الْأَرْضِ وَلَا فِي السَّمَاءِ وَهُوَ السَّمِيعُ الْعَلِيمُ
Artinya: Dengan menyebut nama Allah yang bersama nama-Nya tidak akan ada sesuatu di bumi dan di langit yang sanggup mendatangkan mudarat. Dialah Maha-mendengar lagi Maha Mengetahui.
Dalam sebuah keterangan dijelaskan barangsiapa yang membaca doa tersebut pagi dan sore, maka tidak akan menerima akibat buruk apalagi malapetaka. Keterangan tentang doa ini bisa ditemukan dalam hadits riwayat Abu Dawud, at-Tirmidzi, dan Ibnu Majah.
Syekh Ibnu Rajab al-Hanbali dalam Lathâif al-Ma’ârif fîmâ li Mawâsim al-‘Am min al-Wadhâif, berpesan melalui syair berikut:
كَمْ ذَا التَّمَادِي فَهَا قَدْ جَاءَنَا صَفَرُ ... شَهْرٌ بِهِ الْفَوْزُ وَالتَّوْفِيْقُ وَالظَّفَرُ
Artinya: Betapa banyak orang yang memiliki tuntutan, maka ini telah datang bulan Safar kepada kita. Bulan yang disertai dengan kemenangan, taufik, dan keberhasilan.
فَابْدَأْ بِمَا شِئْتَ مِنْ فِعْلٍ تَسُرُّ بِهِ ... يَوْمَ الْمَعَادِ فَفِيْهِ الْخَيْرُ يَنْتَظِرُ
Maka mulailah berbuat sesuatu yang akan membuatmu senang di hari kembali (hari kiamat), maka disana engkau akan melihat kebaikan.
تُوْبُوا إِلَى اللهِ فِيْهِ مِنْ ذُنُوْبِكُمْ ... مِنْ قَبْلُ يَبْلُغُ فِيْكُمْ حَدُّهُ الْعُمْرُ
Bertobatlah kepada Allah di bulan Safar dari dosa-dosa, sebelum batas akhir usia menghampiri pada kalian.
Tim Rembulan
Advertisement