PBB Konfirmasi China Siksa Warga Uyghur

PBB meminta China untuk segera membebaskan tahanan di etnis Uyghur.

oleh Tommy K. Rony diperbarui 01 Sep 2022, 06:30 WIB
Massa menggelar demonstrasi solidaritas untuk muslim Uighur di depan Kedubes China, Jakarta, Jumat (3/6/2022). Mereka menuntut pemerintah China melalui kedutaan besarnya di Indonesia untuk segera menghentikan penyiksaan, penyanderaan, dan pelarangan umat muslim Uighur dalam melaksanakan aktivitas ibadah. (Liputan6.com/Faizal Fanani)

Liputan6.com, Jenewa - Laporan PBB telah mengonfirmasi bahwa China memang melakukan penyiksaan terhadap etnis Uyghur. China lantas diminta membebaskan semua individu Uyghur yang ditahan.

Dilaporkan BBC, Kamis (1/9/2022), investigator menyebut punya bukti kredibel terkait penyiksaan warga Uyghur. Ada juga kekerasan berdasarkan seks dan gender, serta kebijakan keluarga berencana yang diskriminatif.

Ada lebih dari satu juga yang diperkirakan ditahan di kamp-kamp yang berada di daerah Xinjiang yang berlokasi di Xinjiang. Sejumlah negara menyebut aksi China merupakan bentuk genoside.

Mantan Menteri Luar Negeri Amerika Serikat Mike Pompeo juga pernah berkata China melakukan genosida dan kejahatan terhadap kemanusiaan di Xinjiang dengan Uyghur sebagai target.

Merespons respons PBB, pihak pemerintah China membantah tudingan-tudingan tersebut, serta berkata mereka hanya ingin memberantas terorisme.

Laporan PBB ini sempat ditunda penerbitannya. Beberapa jam sebelum laporannya dirilis, China juga sempat melobi-lobi agar laporannya itu tidak terbit. Komisioner Tinggi HAM PBB Michelle Bachelet mengakui bahwa ia menghadapi tekanan sebelum laporan itu rilis. Human Rights Watch (HRW) lantas memuji tindakan Bachelet yang tetap merilisnya.

"Kelompok Uyghur dan korban-korban lain telah menaruh kepercayaannya padamu untuk melaporkan penganiayaan yang mereka hadapi," ujar John Fisher, kepala HRW. "Jika kamu tidak membela korban, siapa yang akan melakukannya?"

Duta Besar Inggris untuk Komisi HAM PBB, Rita French, juga berkata bahwa tak ada negara yang kebal pemeriksaan pelanggaran HAM.

"Tidak boleh ada negara yang diizinkan membungkam suara independen dari komisioner tinggi," ujar French yang berkata Inggris sudah konsisten agar tindakan China diperiksa..


AS Nilai China Berupaya Manipulasi Wacana tentang Xinjiang

"Pusat pelatihan vokasional Hotan" di Hotan County, Prefektur Hotan, Wilayah Otonomi Xinjiang-Uighur (XUAR) (Rizki Akbar Hasan / Liputan6.com)

Sebelumnya dilaporkan, AS mengemukakan dalam sebuah laporan hari Rabu (24/8) bahwa China berupaya “memanipulasi dan mendominasi wacana global mengenai Xinjiang dan mendiskreditkan sumber-sumber independen yang melaporkan genosida serta kejahatan terhadap kemanusiaan yang tengah berlangsung terhadap warga Uighur yang mayoritas Muslim” dan kelompok-kelompok minoritas lainnya.

Dilansir VOA Indonesia, Minggu (26/8), laporan Departemen Luar Negeri AS itu mengatakan metode yang digunakan China antara lain menekan laporan mengenai kekejaman dan membanjiri jaringan media sosial dengan cerita-cerita positif dan bohong mengenai Xinjiang.

Taktik lain yang disebut dalam laporan itu adalah penggunaan kampanye intimidasi untuk membungkam pengkritik, yang dapat berupa ancaman kematian dan serangan, serangan siber dan pelecehan lainnya.

Departemen Luar Negeri mengatakan Komisi Urusan Dunia Siber dan Departemen Propaganda Pusat China memiliki jutaan karyawan dan sukarelawan yang melakukan upaya semacam itu. Mereka menarget orang-orang di dalam China maupun diaspora Tionghoa.

Pekan lalu, pakar PBB mengenai perbudakan mengeluarkan laporan yang mengatakan “masuk akal untuk menyimpulkan bahwa kerja paksa di kalangan warga etnik Uighur, Kazakh dan etnik minoritas lainnya dalam berbagai sektor seperti pertanian dan manufaktur telah terjadi di Daerah Otonomi Uighur Xinjiang di China.”China telah membantah tuduhan mengenai pelecehan terhadap warga Uighur di Xinjiang. 


Beredar 2.884 Foto Warga Xinjiang yang Ditangkap Tiongkok, Ini Respons Kedubes China

Sebagian foto-foto warga Xinjiang yang ditangkap China. Ada wanita usia paruh baya hingga remaja. Sosok wanita paruh baya di sisi kanan adalah Hawagul Memet yang diidentifikasi berusia 52 tahun.

Situs Xinjiang Police Files mengungkap ribuan foto-foto warga Xinjiang yang ditangkap oleh China. Orang-orang yang ditangkap dan diberikan "re-edukasi" ada yang masih berusia 17 tahun, paruh baya, hingga lanjut usia. 

Sosok di balik Xinjiang Police Files adalah Adrian Zens, seorang antropolog asal Jerman. Ia itu menyorot program pemerintah China yang menangkapi warga Uighur di daerah Xinjiang sejak 2017. 

Bila melihat foto-foto di situs Xinjiang Police Files, ada gadis berusia 17 tahun yang ditangkap, serta pemuda 18 tahun. Ada juga pria tua berusia 65 tahun dan banyak lagi pemuda berusia 20-an. 

Beberapa warga yang ditangkap pemerintah China. Dok: Xinjiang Police Files

"Kampanye untuk menahan sejumlah besar warga Uyghur dan kelompok-kelompok mayoritas etnis Turki lainnya, menahan mereka di penjara serta fasilitas "re-edukasi" (secara harfiah "transformasi melalui edukasi") dimulai lima tahun lalu sejak 2017," tulis Adrian Zens di situs ChinaFile, dikutip Kamis (26/5/2022). 

"Para cendekiawan dan reporter telah menulis secara eksetnsif tentang kampanye itu yang tak hanya menggunakan penahanan, tetapi tindakan-tindakan koersif untuk membatasi kehamilan, membatasi praktek kultural dan religi, dan memfasilitasi kerja paksa," lanjut Zenz.

Klik di sini untuk melihat ribuan foto-foto Xinjiang Police Files.

Adrian Zenz tak bisa memastikan ada berapa jumlah orang di Xinjiang yang ditahan pemerintah. Ia mencatut laporan bahwa jumlah yang ditangkap antara 1 juta hingga 3 juta orang. 

China sering tempat detensi mempunyai tujuan edukasi, seperti terkait karier dan melawan ekstremisme. Namun, Adrian Zens melaporkan bahwa para polisi yang menjaga membawa senjata dan memborgol warga. 

 


Klaim Keadaan Xinjiang Damai

Gedung utama pusat pelatihan vokasional di di Atush, Prefektur Otonomi Kizilsu Kirgiz, Wilayah Otonomi Xinjiang-Uighur (XUAR) (Rizki Akbar Hasan / Liputan6.com)

Ketika laporan Xinjiang Police beredar, Kedutaan Besar China di Jakarta berkata situasi di Xinjiang sedang damai. Isu-isu negatif tentang Xinjiang dianggap hanya kebohongan semata dari "kekuatan-kekuatan yang Anti-China".

"Ini adalah trik serupa yang mereka mainkan sebelumnya. Kebohongan dan rumor yang mereka sebarkan tidak bisa menipu dunia, maupun menyembunyikan fakta bahwa Xinjiang menikmati perdamaian dan stabilitas, ekonominya berkembang dan rakyat hidup dan bekerja dalam kedamaian dan kenyamanan," ujar pihak Kedutaan Besar China di Jakarta kepada Liputan6.com, Kamis (26/5).

Terkait Adrian Zenz, China menuduh orang itu berasal dari kalangan sayap kanan ekstrem di AS. Zenz juga dianggap anti-China dan membuat rumor terhadap negara tersebut.

Selain menyerang Zens secara personal, China tidak membahas foto-foto yang tersebar.

"Zens yang kau sebutkan, media berulang kali mengulang bahwa ia adalah anggota organisasi far-right yang didirikan pemerintah AS dan seorang anggota kunci dari institu anti-China yang didirikan oleh lembaga intelijen AS," ujar pihak Kedubes China.

Selain itu, Kedubes China mengirimkan ancaman halus bahwa kelak Adrian Zenz akan dihukum oleh keadilan.

"Akan ada waktunya ketika Adrian Zens dan tukang fitnah besar lainnya akan dihukum oleh keadilan. Kami harap komunitas internasional bisa melihat jelas sifat dari kekuatan-kekuatan anti-China ini dan menghindari dari kesesatan rumor dan kebohongan mereka," pungkas pihak Kedubes China.

Infografis Olahraga Benteng Kedua Cegah Covid-19. (Liputan6.com/Abdillah)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya