BPS Beri Peringatan Pemerintah soal Kenaikan Harga BBM: Waspada Inflasi

Badan Pusat Statistik (BPS) Margo Yuwono mengingatkan, kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) bersubsidi bisa mendorong peningkatan inflasi

oleh Liputan6.com diperbarui 01 Sep 2022, 13:40 WIB
Petugas mengisi BBM pada sebuah motor di salah satu SPBU, Jakarta, Sabtu (5/1/2019). PT Pertamina (Persero) menurunkan harga BBM non subsidi masing-masing Dexlite Rp 200 per liter, dan Dex Rp 100 per liter. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta Badan Pusat Statistik (BPS) Margo Yuwono mengingatkan, kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) bersubsidi bisa mendorong peningkatan inflasi. Kenaikan harga Pertamax beberapa waktu lalu telah menyumbang inflasi di bulan April sebesar 5,34 persen dengan andil 0,19 persen.

Andil inflasi bensin terhadap inflasi komoditas komponen harga diatur pemerintah dalam 5 bulan terakhir terus mengalami kenaikan. Per Agustus inflasinya sudah mencapai 5,75 persen dengan andil 0,20 persen.

"Terutama buat bensin, di 1 April ada kenaikan (inflasi) dan ini belum ada kenaikan lagi tapi trennya naik. Ini jadi penting buat perkembangan inflasi," kata Margo dalam konferensi pers di Gedung BPS, Jakarta Pusat, Kamis, (1/9/2022).

Margo menuturkan, kenaikan harga BBM akan memberikan dampak ekonomi lebih lanjut. Harga-harga diperkirakan akan mengalami peningkatan dan mendorong kenaikan inflasi.

"Kalau BBM naik ini bisa menyebabkan harga-harga di sektor lain meningkat dan berdampak ke inflasi," kata Margo.

Komoditas BBM rumah tangga juga mengalami tren peningkatan. Per Agustus inflasinya 15,72 persen dengan andil 0,28 persen terhadap inflasi nasional.

"BBM rumah tangga juga mengalami peningkatan dibanding tahun lalu, andilnya 0,28 persen," kata dia.

 


Tarif Listrik Juga Naik

Warga memeriksa meteran listrik di kawasan Matraman, Jakarta, Kamis (2/4/2020). Di tengah pandemi COVID-19, pemerintah menggratiskan biaya tarif listrik bagi konsumen 450 Volt Ampere (VA) dan pemberian keringanan tagihan 50 persen kepada konsumen bersubsidi 900 VA. (Liputan6.com/Herman Zakharia)

Tak hanya itu, tarif listrik sejak bulan Juli mengalami peningkatan inflasi. Per Agustus inflasinya 1,05 persen (mtm) dan memberikan andil 0,004 persen terhadap inflasi nasional.

Lebih tinggi dari bulan Juli 0,42 persen dengan andil 0,02 persen. Namun yang menjadi perhatian, sejak Januari-Juni, tarif listrik tidak mengalami inflasi.

"Tarif listrik mengalami peningkatan dan andilnya ini 0,04 persen (yoy)," kata dia.

Margo mengingatkan kenaikan harga yang diatur pemerintah perlu menjadi perhatian. Terutama pada kelompok bensin dan BBM rumah tangga.

"Ini penting buat dilihat karena ini berpengaruh ke pergerakan harga di sektor lainnya," pungkasnya.

Reporter: Anisyah Al Faqir

Sumber: Merdeka.com


BPS: Pemerintah Terpaksa Naikkan Harga BBM

Kertas bertuliskan "Pertalite Dalam Perjalanan (Habis)" terpampang di salah satu SPBU kawasan Galur, Johar Baru, Jakarta Pusat, Kamis (11/8/2022). Kekosongan pertalite diduga disebabkan oleh migrasi pengguna pertamax dan BBM nonsubsidi lainnya akibat disparitas harga yang cukup tinggi. (merdeka.com/Iqbal S. Nugroho)

Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Margo Yuwono memberi sinyal, pemerintah terpaksa menaikkan harga BBM atau Bahan Bakar Minyak. Mengingat Indonesia masih mengimpor minyak dan harganya ditingkat global yang terus merangkak naik.

"Satu lagi pemerintah terpaksa melakukan penyesuaian (harga BBM) karena sebagain barang ini impor dan ada kenaikan dari harga secara internasional," kata Margo dalam Rapat Kordinasi Pengendalian Inflasi Daerah di Kantor Kementerian Dalam Negeri, Jakarta, Selasa (30/8).

Margo menuturkan selama bulan Juli, inflasi yang disebabkan komoditas energi telah mencapai 5,02 persen (yoy). Angka ini lebih tinggi dari inflasi nasional sebesar 4,94 persen.

Selain itu, sepanjang Januari -Juli tahun ini, produk turunan dari sektor energi menjadi penyumbang inflasi sepanjang tahun ini. Antara lain, tarif angkutan udara, bahan bakar rumah tangga dan bensin.

Sehingga akan akan kembali harga-harga yang dikendalikan pemerintah setelah harga tingkat nasional terus mengalami peningkatan.

"Tarif angkutan udara, bahan bakar rumah tangga dan bensin ini mengalami kenaikan harga atau menyumbang inflasi karena harganya yang diatur pemerintah," kata Margo.

 


Bahan Pangan

Pedagang merapikan barang dagangannya di Tebet, Jakarta, Senin (3/10). Secara umum, bahan makanan deflasi tapi ada kenaikan cabai merah sehingga peranannya mengalami inflasi. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Tak hanya komoditas energi, bahan pangan juga turut berkontribusi terhadap inflasi sepanjang tahun ini. Kontribusinya mencapai 10,88 persen yang didorong kenaikan harga cabe merah dan bawang merah.

"Dua komoditas yang volatile ini karena musiman, cabe merah dan bawang merah ini perlu diperhatikan agar tidak menghasilkan inflasi," kata Margo.

Maka tantangan utama Pemerintah sekarang mengendalikan inflasi yang disebabkan bahan makanan dan energi. Sebab masing-masing komponen telah menyumbang inflasi yang tinggi.

"Jadi isu utamanya mengendalikan bahan makanan dan energi," pungkasnya.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya