Liputan6.com, Jakarta - Seorang warganet melalui akun Twitter @SRifqi membagikan informasi terkait dugaan kebocoran 1,3 miliar data registrasi SIM prabayar (nomor HP Indonesia).
"1,3 miliar data pendaftaran kartu SIM telepon Indonesia bocor! Data pendaftaran meliputi NIK, nomor telepon, nama penyedia (provider), dan tanggal pendaftaran," tulisnya di Twitter, dikutip Kamis (1/9/2022).
Advertisement
Ia menambahkan, pelaku yang menjual miliaran data itu mengaku mendapatkannya dari Kominfo RI.
"Penjual menyatakan bahwa data ini didapatkan dari Kominfo RI," ucapnya.
Sejumlah warganet menyayangkan isu kebocoran data SIM Prabayar ini, terlebih kasus yang berkaitan dengan data pribadi tersebut kerap terjadi di Indonesia. Tak sedikit pula yang melontarkan komentar pedas.
"Kalau emang bener, imbasnya besar loh. Keamanan data byk orang bisa bobol karena hacker bisa tahu data sim card kita dan bisa digunakan buat mudah ambil alih kode OTP tanpa harus pegang HPnya korban... CMIIW sebelumnya," tulis seorang warganet.
"Apa kabar OTP via SMS? Anda (Kominfo) ini mau tanggung jawab apa ndak?" ujar warganet dengan me-mention Kominfo.
"Hello @kemkominfo. Kejadian berulang cuman beda instansi, ini hacker-nya yang jago atau security-nya yang lemah ya?," komentar warganet lainnya.
"Data bocor mulu, suruh pakai pembalut sana," ketus seorang pengguna Twitter.
1,3 Miliar Data Registrasi SIM Prabayar Diduga Bocor di Internet
Kebocoran data pribadi warga Indonesia kembali terjadi, dan sudah mulai menyebar di internet.
Adapun kali ini data yang bocor tersebut diduga berasal dari registrasi kartu SIM prabayar sejumlah operator seluler di Tanah Air.
Berdasarkan tangkapan layar milik akun Bjorka di forum breached.to yang dibagikan oleh akun Twitter @SRifqi, data yang didapat berasal dari Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemkominfo).
Dijelaskan data berukuran 87GB ini berisikan NIK, nomor ponsel, operator seluler yang dipakai, dan tanggal registrasi.
Diketahui, pemerintah memang menerapkan peraturan dimana pengguna ponsel dengan kharus mendaftarkan nomor HP mereka dilengkapi dengan KTP dan KK.
Bagi pihak yang tertarik untuk membeli data tersebut, Bjorka menjual 1,3 miliar data registrasi SIM Prabayar tersebut seharga USD 50.000.
Sebagai contoh atau sampel untuk membuktikan kebenarannya, sang penjual membagikan gratis 2 juta sampel data registrasi miliknya tersebut.
"Datanya cukup dapat dipercaya dan menurut pengecekan secara random nomornya valid," kata pakar keamanan siber Alfons Tanujaya saat dihubungi tim Liputan6.com, Kamis (1/9/2022).
Hingga berita ini diterbitkan, kami sudah mengontak pihak Kominfo untuk meminta konfirmasi terkait dugaan bocornya data registrasi SIM Prabayar itu.
Advertisement
Tips Simpan Informasi Agar Tak Jadi Korban Kebocoran Data
Kehilangan informasi sensitif akibat kebocoran data bisa jadi masalah serius bagi siapa pun, individu, pebisnis, UMKM, hingga perusahaan besar.
Di zaman yang serba digital ini, tidak ada satu pun bisnis yang tidak memiliki data sensitif. Termasuk perusahaan ritel kecil misalnya, memiliki dokumen berisi data pribadi karyawan yang perlu dirahasiakan.
Untuk melindungi data dan informasi penting lain dari risiko kebocoran data, berikut 7 tips Kaspersky untuk menjaga keamanan data:
1. Aktifkan Enkripsi
Pastikan untuk mengaktifkan enkripsi disk penuh di seluruh perangkat yang menyimpan atau mentransmisikan data rahasia. Enkripsi bisa melindungi data jika perangkat jatuh ke tangan yang salah.
Di Windows, alat full disk encryption disebut BitLocker, sementara di MacOS dengan FileVault-nya. FDE diaktifkan secara default di sebagian besar ponsel iOS dan Android, jangan nonaktifkan kecuali benar-benar diperlukan.
2. Batasi Akses Data Penting Hanya di Kantor
Skenario umum dari banyak jatuhnya data penting ke tangan yang salah adalah melalui kehilangan atau pencurian media fisik. Misalnya hard disk eksternal atau flash drive.
Idealnya, media fisik ini tidak boleh dibawa ke luar kantor. Bahkan, saat harus menyalin ke media eksternal, Anda harus mengenkripsi data terlebih dahulu.
3. Jangan Transfer Data yang Tak Dienkripsi melalui Internet
Terkadang mungkin kita perlu mengirim data secara online, baik via email atau layanan file sharing. Kaspersy sangat menyarankan untuk menghindarinya bila memungkinkan, namun jika data harus dikirim, setidaknya lakukan enkripsi terlebih dahulu.
Cara enkripsi termudah dengan membuat arsip yang dilindungi kata sandi. Hampir semua utilitas arsip memiliki opsi ini.
Nah setelah informasi diienkripsi, krim kata pada penerima melalui saluran yang berbeda, misalnya lampirkan informasi ke email tetapi kirimkan kata sandi melalui aplikasi perpesanan yang mendukung enkripsi end-to-end.
4. Hapus Data Sensitif yang Tak Diperlukan
Informasi yang sudah tidak digunakan kadang bisa jadi masalah, untuk itu lebih baik menyingkirkannya.
Untuk informasi yang tidak begitu sensitif, paling tidak hapus dan kosongkan Recycle Bin, sehingga data tidak bisa dipulihkan dengan sekali klik.
Data apa pun yang tidak begitu sensitif, gunakan utilitas penghancur file untuk mencegah pemulihan.
Advertisement
5. Enkripsi Cadangan
Backup sangatlah penting tetapi juga bisa jadi sumber kebocoran. Untuk itu sebelum membuat backup, pengguna perlu menempatkannya di wadah kripto.
6. Simpan Lebih dari Satu Salinan
Simpanlah data di beberapa tempat yang terisolasi satu sama lain. Misalnya menyimpan satu salinan di komputer dan salinan lain di hard disk eksternal atau penyimpanan cloud yang andal. Jangan lupa untuk mengenkripsi file terlebih dahulu.
7. Amankan Arsip dan Kata Sandi Wadah Kripto
Kehilangan kata sandi untuk arsip yang berisi data bisnis penting berarti Anda telah kehilangan data itu. Untuk itu, simpan kata sandi dalam aplikasi yang dibuat khusus seperti aplikasi Kaspersky untuk membuat dan menyimpan kata sandi kompleks dengan aman.
Selain utilitas manajemen kata sandi, solusi keamanan untuk UMKM Kaspersky juga dilengkapi alat untuk membuat wadah kripto dan mengotomatisasi proses backup data.
Infografis Kejahatan Siber (Liputan6.com/Abdillah)
Advertisement