Liputan6.com, Jakarta - Dongeng menjadi salah satu metode yang dianggap penting dalam pola asuh anak. Ragam cerita dongeng bisa diberikan kepada si kecil sebagai pengantar tidur.
Diketahui, dongeng atau cerita rakyat merupakan bentuk penuturan cerita yang tersebar secara lisan, diwariskan turun-temurun di kalangan masyarakat.
Salah satu dongeng yang kerap menjadi pengantar tidur anak berasal dari Banyuwangi Jawa Timur. Dongeng tersebut berjudul asal usul Banyuwangi.
Baca Juga
Advertisement
Dirangkum dari berbagai sumber, dongeng asal usul Banyuwangi ini diawali pada sebuah kerajaan besar di ujung timur Pulau Jawa bernama Blambangan.
Kerjaaan Blambangan Banyuwangi ini dipimpin oleh Raja Silahadikrama. Diketahui, sang raja merupakan sosok berwatak tamak dan rakus kepada harta juga perempuan.
Setiap melihat perempuan cantik, ia ingin memilikinya tanpa memedulikan status perkawinan. Sang raja memiliki patih bernama Sidapeksa, memiliki istri cantik jelita beranama Sri Tanjung.
Suatu saat, sang raja berniat menyingkirkan patihnya demi merebut Sri Tanjung. Raja menyusun perintah palsu kepada patih dengan mencari tumbal di Alas Purwo.
Tumbal tersebut berupa emas sak gelung dan gumbala telugu plengkung atau sebongkah emas sebesar konde wanita dan tiga buah mahkota. Singkat cerita, sang patih mematuhi perintah raja dan pergi ke Alas Purwo.
Padahal, saat itu, sang istri Sri Tanjung tidak mengizinkan Sidapeksa karena khawatir sang suami tidak selamat dalam perjalanan pulang. Saat Sang Patih pergi, Raja berusaha menggoda Sri Tanjung dengan berbagai cara, tetapi tetap tidak berhasil.
Saksikan video pilihan berikut ini:
Telaga Suci
Raja sangat kesal dan kecewa pada kesetiaan dan keteguhan hati istri patihnya ini. Kekecewaan itu bertambah saat patihnya berhasil membawa tumbal yang disebutkan dengan kondisi selamat.
Tapi Sang Raja dengan licik kembali membuat fitnah Sri Tanjung berselingkuh dengan laki-laki lain selama suami bertugas. Patih Sidapeksa marah besar kepada istrinya dan menginginkan bukti jika memang istrinya tidak selingkuh.
Singkat cerita, sang istri mengajaknya ke sebuah telaga kecil di Banyuwangi. Sri Tanjung berkata, jika memang ia bersalah, telaga ini akan berbau busuk.
Tetapi jika ia benar dan masih suci, telaga ini menjadi wangi saat Sri Tanjung menceburkan diri. Sang istri, Sri Tanjung kemudian menceburkan diri.
Namun, sesaat setelah itu, muncullah aroma harum dari telaga. Tapi istri patih itu telah menghilang selamanya. Sang Patih merasa sedih dan menyesal atas tuduhannya kepada istrinya sendiri dan berucap, "kelak jika sudah ramai, tempat ini akan dinamai Banyuwangi," sebagai tanda bahwa istrinya adalah perempuan suci.
Baca Juga
Advertisement