Liputan6.com, Washington, DC - Amerika Serikat ingin menyita pesawat milik perusahaan minyak LUKOIL di Rusia. Kabar itu diungkap Kementerian Kehakiman AS tak lama sebelum meninggalnya bos LUKOIL karena jatuh dari gedung rumah sakit di Moskow.
Dilaporkan VOA Indonesia, Kamis (1/9/2022), AS telah memperoleh surat perintah untuk menyita pesawat senilai US$ 45 juta milik perusahaan energi Rusia PJSC Lukoil LKOH.MM, kata Departemen Kehakiman AS, pada Rabu 31 Agustus, meskipun pesawat itu saat ini diyakini berada di Rusia.
Baca Juga
Advertisement
"Pengadilan Distrik AS untuk Distrik Texas Selatan telah mengizinkan penyitaan itu," kata Departemen Kehakiman dalam sebuah pernyataan. Pesawat itu, terbang masuk dan keluar dari Rusia yang melanggar sanksi Departemen Perdagangan AS terhadap Rusia. Pesawat Boeing 737-7EM itu terakhir terbang ke Amerika pada Maret 2019, tambah Departemen Kehakiman.
"Pesawat yang menjadi pusat dari surat perintah hari ini adalah milik LUKOIL, meskipun kepemilikan itu disamarkan melalui serangkaian perusahaan induk yang sekarang menjadi milik umum," kata Departemen Kehakiman dalam sebuah pernyataan.
"Dengan diperolehnya perintah penyitaan hari ini, perusahaan penerbangan, asuransi, dan jasa keuangan, diberitahu mengenai struktur perusahaan-perusahaan boneka itu, dan bisa secara proaktif menghindari memberi layanan yang mungkin membantu pergerakan pesawat ini saat Amerika Serikat berupaya menyitanya."
Sejak 2014, Lukoil telah dikenai sanksi sektoral yang dijatuhkan oleh Kantor Pengawasan Aset Asing (OFAC) Departemen Keuangan AS. Amerika baru-baru ini juga memberlakukan kontrol ekspor dan sanksi persyaratan izin terhadap Rusia setelah invasi Moskow ke Ukraina. Rusia sendiri menyebut tindakannya di Ukraina sebagai "operasi militer khusus".
Bos LUKOIL Jatuh dari Gedung
Bos minyak Rusia dilaporkan meninggal secara mencurigakan karena jatuh dari lantai enam rumah sakit. Pria bernama Ravil Maganov (67) itu adalah chairman dari LUKOIL yang merupakan perusahaan minyak top di Rusia.
Berdasarkan laporan Daily Mail, Kamis (1/9/2022), Maganov jatuh dari Central Clinical Hospital yang ada di Moskow pada pagi hari, Kamis 1 September. Ia jatuh sekitar pukul 07.30 waktu setempat.
Maganov disebut datang ke rumah sakit untuk check-up masalah jantung yang ia lama derita.
Daily Mail berkata kematian Maganov adalah satu dari sekian kematian misterius di Rusia dalam beberapa bulan terakhir. Banyak dari mereka yang jatuh dari jendela.
Polisi masih menginvestigasi penyebab jatuhnya Maganov untuk mengetahui apakah ini kasus bunuh diri atau bukan. Ada rokok di jendela dekat jatuhnya Maganov, sehingga muncul asumsi bahwa ia merokok sebelum terjatuh.
Saat ia jatuh, istrinya berada di ruangan sebelah.
Tidak ada kamera CCTV di lokasi ia terjatuh. Tak ada pula catatan bunuh diri.
Maganov pernah mendapat Order of Alexander Nevsky dari Presiden Rusia Vladimir Putin.
Sebelumnya, ada pula kasus kematian pebisnis Dan Rapoport yang meninggal pada 14 Agustus 2022. Ia disebut jatuh dari apartemen mewah. Rapoport disebut anti-Vladimir Putin.
Advertisement
Visa Diperketat, Warga Rusia Bakal Sulit Masuk ke Wilayah Uni Eropa
Para menteri luar negeri Uni Eropa telah setuju untuk menangguhkan perjanjian visa dengan Moskow, sehingga mempersulit warga Rusia untuk masuk ke blok tersebut.
Dilansir BBC, Kamis (1/9/2022), Ukraina dan beberapa negara anggota telah menyerukan larangan total, tetapi yang lain seperti Prancis dan Jerman menentang.
Lebih dari satu juta warga Rusia telah melakukan perjalanan ke UE sejak invasi ke Ukraina pada Februari. Beberapa negara Uni Eropa timur yang berbatasan dengan Rusia diperkirakan akan memberlakukan pembatasan lebih lanjut.
Wakil Menteri Luar Negeri Rusia Alexander Glushko mengatakan Uni Eropa "menembak dirinya sendiri" dan langkah itu tidak akan terjawab.
Menteri Luar Negeri Ukraina Dmytro Kuleba mengkritik keputusan itu sebagai "tindakan setengah-setengah".
"Berkenaan dengan Rusia [ini] adalah persis apa yang menyebabkan invasi besar-besaran pada 24 Februari," katanya.
Kepala kebijakan luar negeri Uni Eropa Josep Borrell mengatakan peningkatan substansial dalam penyeberangan perbatasan dari Rusia membuatnya perlu untuk menangguhkan perjanjian tersebut.
"Ini telah menjadi risiko keamanan bagi negara-negara tetangga ini," katanya.
"Selain itu, kami telah melihat banyak orang Rusia bepergian untuk bersantai dan berbelanja seolah-olah tidak ada perang yang berkecamuk di Ukraina."
Namun dia memperingatkan agar tidak memotong orang-orang yang menentang perang atau "masyarakat sipil" di Rusia.
Rusia Setop Pasok Gas ke Jerman Sejak Rabu 31 Agustus 2022
Sebelumnya, Rusia telah menghentikan pasokan gas ke negara ekonomi terbesar Eropa melalui pipa utama mereka, Nord Stream 1.
Dilansir dari US News, Kamis (1/9/2022) raksasa energi negara Rusia Gazprom mengatakan aliran gas Nord Stream 1 yang mengalir ke Jerman tidak beroperasi dari Rabu (31/8/2022) pukul 01.00 waktu setempat hingga Sabtu (3/9/2022) di jam yang sama.
Gazprom mengatakan penutupan terakhir diperlukan untuk melakukan perawatan pada kompresor pipa yang tersisa di stasiun Portovaya di Rusia. Perusahaan energi itu menerangkan, perbaikan ini hanya akan dapat dilakukan oleh spesialis dari perusahaan alat berat Jerman, Siemens.
Sementara itu, presiden regulator jaringan Jerman Klaus Mueller mengatakan bahwa negara itu akan mampu mengatasi pemadaman tiga hari jika memang aliran gas akan dilanjutkan pada hari Sabtu.
"Saya berasumsi bahwa kami akan mampu mengatasinya," kata Mueller dalam sebuah wawancara.
"Saya percaya bahwa Rusia akan kembali ke setidaknya 20 persen mulai Sabtu, tetapi tidak ada yang benar-benar bisa memastikannya," ujarnya.
Rusia sebelumnya juga telah berhenti memasok gas ke Bulgaria, Denmark, Finlandia, Belanda dan Polandia, dan mengurangi aliran melalui pipa lainnya sejak perang Rusia-Ukraina memicu sanksi dari negara Barat.
Diketahui, krisis energi di Eropa akibat aliran gas Rusia yang terganggu telah memicu lonjakan harga gas grosir hingga 400 persen sejak Agustus lalu. Situasi tersebut menekan bisnis dan konsumen serta membuat pemerintah terpaksa mengeluarkan dana miliaran untuk meringankan beban.
Inflasi di Jerman sendiri, negara ekonomi terbesar di Eropa sudah melonjak ke level tertinggi dalam hampir 50 tahun pada Agustus 2022. Tingginya inflasi juga disertai dengan sentimen konsumen yang meningkat karena rumah tangga bersiap untuk lonjakan tagihan energi.
Advertisement