Komika Mamat Alkatiri: Humor Itu Kritik Terhadap Negara dalam Bentuk Ringan

Tak bisa dianggap sepele. Humor dapat menjadi gebrakan yang punya kekuatan besar dalam politik tawa.

oleh Liputan6.com diperbarui 02 Sep 2022, 09:04 WIB
(Liputan6.com/ Pathrichia Putriani Syamsury)

Liputan6.com, Jakarta - Secara umum, humor adalah sesuatu yang lucu yang mampu membangkitkan gelak tawa. Lebih dari sakadar candaan, apakah humor dapat menjadi sarana untuk mengoreksi dan mengekspresikan beragam hal yang terjadi dalam dinamika kehidupan masyarakat? 

Mencoba menggali hal ini, Universitas Multimedia Nusantara (UMN) menghadirkan acara "Diskusi Humor dalam Dinamika Kehidupan Bermasyarakat" dengan mengundang narasumber yang ahli di bidangnya. 

“Jika di negaramu komedian semakin banyak dan dari jumlah yg banyak itu banyak juga yg lucu. Maka negara kalian sedang tidak baik2 saja. Ada sesuatu di negara,” ungkap Komika Mamat Alkatiri, Kamis (1/9/2022), di kampus UMN, Tanggerang.

Beberapa tahun terakhir, stand up comedy populer di Indonesia sebagai sarana untuk meluapkan keresahan yang terjadi di sekitar masyarakat. Lewat stand up comedy, orang dapat mengkritisi dunia politik negara yang sebenarnya terjadi tetapi dibungkus dengan sangat apik dan lucu. 

Dulu, media mainstream digunakan untuk menggerakkan publik. Namun, dunia terus berubah dan dinamis. Hal ini memungkinkan adanya beragam cara dan alat untuk menggerakkan publik. Salah satunya lewat humor yang disampaikan oleh komika. 

"Komika adalah bagian dari aktor politik," kata S. Alvin, S.I.Kom., M.A., Dosen PJJ Ilmu Komunikasi UMN, Kamis (1/9/2022). 

Tak bisa dianggap sepele. Humor dapat menjadi gebrakan yang punya kekuatan besar dalam politik tawa.

Apa itu politik tawa? Sederhananya, mengkritik dengan tawa. Mengkritik situasi dan kondisi perpolitikan di sebuah negara. 

Ide-ide dan keunikan komika menarik perhatian dan mempengarui orang lain. Ini menjadi salah satu fungsi penting dari politik tawa. “Sesuatu yang lucu akan lebih menarik perhatian,” tambah CEO IHIK3 & Humor Justice Warrior, Novrita Widiyastuti.


Menjadi Netizen yang Berbakat

(Liputan6.com/ Pathrichia Putriani Syamsury)

Setiap komika punya caranya sendiri untuk menyampaikan kegelisahan yang terjadi dalam dinamika kehidupan bermasyarakat.  

“Kita sebagai netizen adanya baiknya melihat humornya, jangan dari ketersinggungannya. Jangan bentar-bentar baper. Jangan bentar-bentar tersinggung,” ungkap Novrita. 

Komedi yang disampaikan komika dapat ditangkap berbeda-beda oleh audiens. Jangan latah. Sebagai netizen yang berbakat, kekritisan adalah nomor satu. 

Mengutip dari buku yang pernah ditulis oleh Alvin, Novita menjelaskan bahwa berbeda dengan orasi, materi stand up comedy yang disampaikan komika bisa dimaknai lebih dari sekadar lelucon sehingga dapat menghilangkan esensi pesan. 

Jadi, bila ingin negara ini semakin maju, jadilah netizen yang berbakat. 


Komedi: Penyambung Lidah Rakyat

(Liputan6.com/ Pathrichia Putriani Syamsury)

“Kalau kata Soekarno, komedi itu penyambung lidah rakyat,” ungkap Mamat. 

Mempunyai pengaruh untuk menarik perhatian masyarakat, komika dapat membungkus keresahan bahkan hal-hal tabu dengan cara yang mudah dan menyenangkan untuk masuk telinga masyarakat.

“Komedi itu pada dasarnya kritik terhadap negara dalam bentuk seringan-ringannya,” tambah Mamat.

Penulis:

Pathrichia Putriani Syamsury

Universitas Multimedia Nusantara

Infografis Deretan Efek Negatif Marah bagi Kesehatan Tubuh. (Liputan6.com/Lois Wilhelmina)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya